⚠⚠
Muture content
Brother-sister complex
⚠⚠•••
Gadis cantik dengan rambut hitam panjang itu menggeram marah saat coklat, bunga serta surat berada diatas mejanya disebelah miliknya.
"SIAPA?!" Ia berteriak penuh kekesalan melihat semua penjuru kelas itu, menatap sinis teman sekelasnya. Semua orang disana beringsut takut, tak ada yang berani bersuara. Untuk sekedar menenangkan gadis itu saja mereka tak berani.
Tap
"Chae, ada apa?" tanya pria itu pelan namun lembut.
Gadis itu tak menjawab dan memilih duduk dibangku miliknya. Sang pria pun berjalan menuju mejanya, dan matanya melihat benda-benda menyebalkan berada diatas mejanya. Ini bukan yang pertama sih, tapi ini jadi yang pertama setelah sekian lama ia tak mendapatkan hal-hal seperti ini. Tanpa menyentuh benda-benda itu, Ia menjatuhkan coklat, bunga serta surat itu.
"Buang itu." perintahnya dingin.
Segera orang-orang dalam kelas itu mengumpulkan benda yang pria itu jatuhkan agar segera mereka buang atau setidaknya mereka simpan untuk diri mereka.
Siswa kelas itu segera pergi ke lapangan setelah guru mereka tiba dan membawa mereka untuk memulai kelas olahraga. Kedua remaja berbeda gender itu berjalan bersamaan dengan sang gadis yang memeluk lengan sang pria.Mereka melakukan pemanasan, dan kedua remaja itu terus berdampingan.
Saat semua orang tengah melakukan olahraga, beberapa dari siswa duduk dipinggir lapangan, kebetulan sekali hari ini melakukan olahraga dalam ruangan sehingga mereka tidak harus berpanas-panasan.
"Oppa, kau bisa pergi, aku akan merahasiakannya." ucap gadis itu pada pria yang kini duduk didepannya.
Pria itu menggelengkan kepalanya, tiba-tiba ia menjatuhkan tubuhnya dan berbaring ditubuh sang gadis."Diamlah Chaeng." suruh pria itu.
Gadis itu meringis dalam diam. Ia tahu betapa pria itu menyukai basket, bola, atau futsal dan ia sangat ingin mendalami berbagai olahraga itu.
Sayangnya, mereka adalah orang kaya. Berbeda dengan di drama, dimana anak yang terlahir dari keluarga kaya akan hidup sesuka hatinya, bertingkah seolah dunia ini ada ditangannya. Yang dua remaja itu rasakan berbalik dari itu. Semua anak konglomerat akan hidup dibawah bayang-bayang orangtua mereka, masa depan mereka sudah ditentukan sejak mereka bernafas, yang harus mereka lakukan adalah menerima.
Tiga gadis yang tengah berada di tribun itu menatap pasangan remaja itu dengan wajah kesal. "aku berharap Chaeyoung mati!" umpat satu dari mereka yang duduk ditengah menatap sinis gadis yang terlihat tengah berbicara dengan seorang pria.
"apa itu masuk akal?" tanya gadis kedua yang duduk disebelah kiri gadis tadi, ia menunjuk kedua remaja itu heran.
Gadis ketiga mendecih. "Si kembar gila!" sinisnya saat dua orang disana terlihat begitu bahagia saat bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called Love
FanfictionSemacam kumpulan cerita pendek? No Children !