My Quiet Best Friend's just Tongue Tied - 9

2K 277 15
                                    


"Naruto! Apa kau sudah membawa kotak bekal makan siangmu!?"

"Sudah!" Naruto berteriak sambil mengikat tali sepatu. "Aku berangkat!"  Mengambil tas ransel di sampingnya, Naruto beranjak meninggalkan area genkan. Wajahnya berubah murung begitu keluar dari rumah. Pikirannya melanglang buana memikirkan bagaimana bersikap di hadapan Sasuke setelah melihat kejadian kemarin. Haruskah ia bersikap ceria seperi biasanya dan menanyakan siapa gadis yang bersamanya.

Tunggu! Sepertinya bersikap seolah cemburu mungkin bukanlah ide buruk. Menghela napas lelah, Naruto terus berjalan gontai menuju stasiun kereta. Mungkin nanti, ia akan bertanya apakah sahabatnya itu sebenarnya sudah memiliki kekasih atau belum.

Akibat terlalu memikirkan banyak hal, tanpa disadari Naruto, ia sudah memasuki area stasiun dan hal tak terduga lainnya adalah Sasuke kini berada di depannya. "A!" Naruto terdiam sejenak. "Selamat pagi." Naruto menggaruk kepalanya, menyapa Sasuke dengan rasa canggung.

***

Naruto memperhatikan Sasuke yang berdiri di sampingnya, menyandar pada besi samping pintu kereta.

"Kita hampir tak pernah menggunakan kereta yang sama saat berangkat sekolah."

"Ya." Naruto menjawab dengan nada datarnya, bahkan ekspresi wajahnya tak kalah datar.

"Jadwal pagi kita berbeda."

Naruto tertunduk sejenak. Ia selalu memikirkan  banyak hal semenjak kemarin. Melihat wajah Sasuke yang terlihat lelah membuatnya takut untuk menanyakan tentang gadis yang bersama Sasuke kemarin. Apalagi alat pengukur nafsunya kini kembali penuh lagi. Jika alat pengukurnya di level terendah kemarin karena gadis itu itu lebih masuk akal daripada oleh seorang laki-laki sepertinya. Gadis cantik selalu menjadi pilihan terbaik, tapi ....

Lalu ... apa maksud dari ciuman itu? Bukan hal istimewa, tapi apa ia bisa menerimanya?

Naruto kembali memandang Sasuke. Ia berharap Sasuke mau mengatakan arti dari ciuman itu? Mengenal Sasuke sepenuhnya itu hal tidak mungkin. Ada sebuah batasan seberapa banyak ia mengenal Sasuke dengan hanya melihat saja.

"Ada apa?"

Wajah Naruto memerah saat Sasuke memergokinya terus mencuri pandang. "Ti-tidak ada." Naruto membuang muka ke samping. Sungguh berbahaya. Ia terus saja memikirkan Sasuke tanpa henti. Entah sampai kapan ia akan memikirkannya. Kecuali Sasuke mau terbuka, tapi ia tak berhak tau.

Tubuh Naruto memanas saat hawa panas begitu  terasa menyelimuti tubuh bagian depannya. Jantungnya berdetak tak karuan. Tangan Sasuke tertekuk menempel pada kaca pintu kereta. Tubuhnya begitu dekat, hampir menempel padanya.

"Hei ...."

Naruto memejamkan mata. Wajahnya kian memerah ketika kepala Sasuke berada di samping kepalanya.

"Ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu. Jangan pulang tanpaku, oke."

***

Sungguh hal yang sangat mengejutkan bagi Naruto mendengar Sasuke ingin berbicara dengan nada serius seperti itu. Alangkah senangnya jika Sasuke mau membicarakan masalah kemarin, atau sebenarnya ia tak menyukainya? Itu pasti tentang gadis itu. Dia sudah mendapatkan kekasih, jadi apa pun yang terjadi diantara mereka berakhir. Mungkin itulah yang akan disampaikan Sasuke. Ia berharap Sasuke berbicara padanya.

Naruto termenung di kursinya. Mengapa ia selalu saja gelisah? Merasa cemas saat melihat Sasuke bersama gadis itu. Ia merasa kesal Sasuke mendapatkan kekasih terlebih dahulu. Ia juga merasakan hal yang sama seperti ini saat kencan buta, saat menyadari Sasuke mendapatkan kekasih begitu cepat, sekarang malah menjadi semakin buruk.

Kamoku na Shinyuu Tada no Muttsuri deshita (SasuNaru ver. )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang