9

143 18 1
                                    

Langit sudah mulai berubah menjadi oranye, namun Jimin dan Jungkook masih tetap berlatih dan berusaha mempraktekkan apa yang diajarkan oleh sang pelatih. Setelah beberapa kali mereka kesulitan mengerti dengan apa yang diajarkan pelatih itu, akhirnya mereka berdua bisa mengerti dan bisa menggunakan lebih banyak jenis kekuatan mereka.

Seperti mereka yang sudah bisa mengalirkan kekuatan dengan lancar, lalu bisa membentuk kekuatan mereka di udara yang dibentuk menjadi sebuah senjata, sang pelatih saja sungguh kagum dengan kecepatan perkembangan mereka berdua.

Sang pelatih selalu memuji kemampuan mereka, walau mereka hanya baru bisa membentuk, belum bisa mengarahkan arah serangan senjata dari kekuatan yang mereka bentuk di udara tadi. "Bagaimana caranya SeokJin hyung mengarahkan kekuatannya? Dia bahkan bisa membuat tujuh tombak es secara bersamaan,"

"Oh tujuh? Apakah SeokJin hyung itu yang diperintahkan ikut turnamen oleh Tuan Aeraf?" Jimin dan Jungkook menganggukkan kepala mereka, "kalau begitu berarti sudah masuk akal mengapa dia memerintahkannya untuk kemari, mempertahankan tiga senjata elemen saja sudah sangat sulit, apalagi sampai tujuh, waah aku harap dia mau menunjukkannya lagi nanti di depanku,"

"Dia memang hebat,"

"Lalu dimana SeokJin hyung itu?"

"Dia sedang beristirahat, dan eum... Maaf saya mengoreksi, anda bisa memanggilnya dengan SeokJin saja, hyung itu sebutan di negara kami untuk memanggil kakak laki-laki," sang pelatih hanya menggumamkan kata 'oh' dan tertawa kecil.

"Pelatih Iv, jam latihan kami sudah selesai, kami akan kembali ke kelas," saat Jimin dan Jungkook sedang fokus mendengarkan beberapa masukkan dari pelatih mereka, seorang pemuda datang mendekati sang pelatih, pelatih itu menanyakan beberapa hal kepada pemuda tadi, lalu ia tersenyum kecil dan memperbolehkan mereka kembali ke kelas.

"Apa kalian berdua juga ingin pergi?" Jungkook dan Jimin kembali bertatapan, dan menganggukkan kepala mereka secara bersamaan, "sudah hampir sore, kami harus kembali sebelum hari gelap, atau bisa-bisa kami akan dimarahi,"

"Baiklah, kalian berdua teruslah berlatih mengenal dan mengendalikan kekuatan kalian, sehingga akan mudah untuk mengendalikan arah serangan senjata elemen tadi ya," Jimin dan Jungkook menganggukkan kepala, mereka izin keluar dari ruangan itu sembari mengucapkan terimakasih kepada sang pelatih.

"Tubuhku terasa lelah sekali, padahal kita tidak banyak bergerak," Jungkook mengiyakan perkataan Jimin, ia memijat bahu kanannya yang terasa sangat pegal. Jimin dan Jungkook membuka pintu keluar ruangan itu. Mereka berdua sempat berhenti bergerak saat melihat banyaknya pelajar yang ada di lapangan olahraga, jumlah mereka berbeda jauh dari saat mereka datang tadi.

Disaat banyak pelajar yang mengalihkan pandangan mereka kepada Jimin dan Jungkook, yang lebih muda langsung bersembunyi dibalik tubuh yang lebih tua, "sepertinya sekarang sudah waktunya pulang sekolah, ayo kita lari saja," Jungkook dan Jimin berlari sambil menutup wajah mereka, merasa malu saat diperhatikan banyak murid disana.
.

.
"Haah, akhirnya sampai juga disini," Jungkook bersender di dinding depan ruangan asrama mereka, sedangkan Jimin sudah tiduran di lantai tanpa bisa bergerak, karena ia menggunakan kekuatannya agar cepat sampai kamar asrama mereka dengan menggendong tubuh besar Jungkook.

"Ini mengerikan, tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali..." Jimin memanggil Jungkook dan memberikan pemuda itu perintah untuk membawa dirinya ke dalam asrama, Jungkook yang mengerti hanya tertawa kecil dan menggendong tubuh Jimin yang katanya tidak bisa digerakkan lagi.

Mereka berdua masuk kedalam, dan melihat punggung seseorang yang sedang duduk di sofa dan membelakangi mereka, "Kalian kenapa?" Jungkook mendekati Hoseok yang sedang memakan kue-kue kering di ruang utama, pemuda itu mengambil beberapa kue dan langsung memakannya hanya dengan satu tangan.

ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang