Renjun berjalan menuju gedung perusahaan. Ia merengut kesal karena pesan dari sang manajer yang menganggu acara bersantainya. Ini hari weekend, seharusnya itu menjadi hari berlibur bagi Renjun.
Jam 12 siang. Renjun mengecek jam tangan nya dan mengambil handphone miliknya yang ada di saku jaket nya. Membaca pesan sang manajer yang meng-spam dirinya.
Geez. Tidak sabaran sekali dia, pikir Renjun.
Renjun menaiki lift. Menuju ke lantai 6. Dia menatap dirinya di pantulan lift. Tersenyum sembari memperbaiki riasan nya.
Ting.
Suara dentingan lift terdengar. Pintu lift terbuka dan Renjun langsung saja keluar dari lift. Berjalan menuju pintu ruangan yang agak cukup besar dengan tulisan "Ruangan Direktur" . Renjun mendorong pintu itu. Melipat tangannya di dada. Menatap boss nya yang sedang makan siang.
"Oh Renjuna. Duduk dulu."
Lee Mark, nama yang tertera di ukiran kayu di atas meja sang boss. Renjun menatap datar sang boss yang terlihat santai. Kesabaran nya sudah habis di depan si boss ini.
"Jangan basa-basi boss. Ada apa?"
"Duduk dulu. Kita bicarakan mengenai film baru mu."
Renjun mengerjapkan matanya. Apa dia tidak salah dengar? Film baru? Renjun duduk di depan Mark, menaikan satu kakinya ke kaki lainnya. Memainkan kuku-kuku yang sudah agak panjang. Mark membuang kotak makannya ke sampah dan minum. Duduk di depan Renjun.
"Jangan cemberut seperti itu, nanti wajahmu tidak cantik lagi."
"Boss jangan basa-basi."
Mark melempar amplop berwarna coklat. Menyenderkan punggung nya di kursi dan menunjuk amplop itu oleh dagunya agar Renjun membuka nya.
"Disitu ada tawaran kontrak untuk film baru mu."
"Siapa yang jadi lawan mainku?"
Mark membuka laci kecil dan melempar beberapa foto pria-pria tampan. Yang Renjun tahu itu semua adalah aktor-aktor papan atas. Senior nya di dunia perfilman.
"Lee Jeno, Huang Hendery, Lee Taeyong dan Jung Jaehyun. Itu kandidat sementara lawan mainmu."
"Kenapa mereka harus di casting lagi sementara aku hanya harus menandatangani ini? Tidak adil."
Mark tersenyum singkat dan menggeleng.
"Penulis skrip memercayakan karakter nya padamu. Dia yakin kau bisa."
Renjun membaca sekilas judul di kertas tebal yang akan menjadi judul dari film yang akan dia mainkan.
"Aku akan membacanya."
"Bagus. Pergilah. Aku malas melihatmu lama-lama disini."
Renjun mendengus kesal dan mengambil tas nya. Menatap nyalang Mark.
"Aku juga muak melihat boss!"
Mark terbahak melihat wajah Renjun yang merengut. Renjun keluar dari ruangan sembari menggerutu.
"Jika dia bukan boss ku sudah aku cabik-cabik. Geez aku membencimu Mark Lee!"
Renjun berjalan ke arah lift dan sebelumnya memberi jari tengah ke arah pintu boss nya.
***
"Jeno kenapa berubah pikiran? Bukannya kau akan ikut casting?"
Haechan selaku manajer Jeno mengikuti Jeno yang sedang melakukan gym.
"Jeno ayolah. Bukannya kau sudah lama tidak bermain film?"
Haechan memberikan infused water untuk Jeno. Jeno menerima nya dan meminumnya dengan beberapa tegukan.
"Berisik Haechan."
Jeno mengangkat barbel nya dan fokus menatap dirinya di pantulan cermin besar.
"Tapi - lawan mainmu Huang Renjun.."
Jeno menghentikan acara mengangkat barbel dan melempar barbel seberat 40 kg ke lantai. Membuat Haechan tersentak.
"Siapa?"
"Huang Renjun. Lawan mainnya Huang Renjun."
"Lalu lawan dari kandidat ku?"
Haechan menggeser layar ipad nya dan melihat note di ipad nya.
"Kau, Hendery, Taeyong dan Jaehyun."
Jeno merebut handuk kecil yang ada di pundak Haechan. Dan berjalan menuju luar ruangan gym.
"Ya."
Haechan mengerutkan dahinya dan mendekat pada Jeno.
"Ya apa Jeno?"
Jeno mendengus dan menyentil dahi manajer nya. Haechan mengusap dahinya yang terasa sangat sakit.
"Ya aku akan casting."
Haechan membelalakan matanya. Terkejut.
"B-benarkah? Kau serius?"
"Hm."
Jeno masuk ke dalam mobil pribadi nya. Haechan memekik senang.
"Aku harus memberitahu boss Jaemin."
TBC
Halo! Ini book kesekian author. Kita awali chapter pertama dengan 500 words dulu ya <3 test ombak dulu ehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACTING (NOREN) 🔞
FanfictionWarn : 21+, bxb, sex content, inappropriate language. Jeno dan Renjun, artis yang sedang naik daun. Dipaksa bermain film bersama. Awalnya mereka enggan disatukan dalam film yang sama. Namun karena suatu adegan yang mereka baca dalam skrip, membuat t...