Bab 6

14.3K 922 134
                                    

Alarm handphone berwarna hijau itu terus berbunyi. Renjun menyelimuti tubuh nya dengan selimut hingga dagu. Tangannya meraba-raba mencari handphone. Dilihatnya jam di handphone nya. Ini sudah jam 10 pagi.

Renjun meregangkan tubuhnya. Beranjak dari kasur nya dan pergi ke dapur, mengambil jus jeruk di kulkas. Menuangnya segelas penuh dan meneguknya perlahan sembari memijat wajahnya yang terasa bengkak.

"Aku kebanyakan makan cemilan di malam hari. God.... Wajahku bengkak sekali."

Renjun meletakkan gelas itu dan duduk di sofa. Menyalakan televisi dan mengambil handphone nya. Mendial nomor sang manajer sembari mengoles selai di roti.

"Halo Yangyang."

Terdengar suara berisik dari seberang telpon. Renjun menjauhkan handphone nya.

'Oh iya Renjun-ah. Ada apa?'

"Sedang dimana?"

'Sedang di bandara. Aku akan berangkat ke Jeju.'

Renjun mengerutkan dahinya.

"Untuk apa?"

'Bos Mark menyuruhku. Bukankah aku sudah bilang ya padamu?'

Renjun tampak berpikir kemudian menggaruk kepalanya.

"Iya mungkin. Aku lupa. Tadinya aku ingin minta antar, Jeno menga-"

'Sudah ya. Pesawatku akan segera take off. Nanti ku kabari lagi kalau sudah sampai.'

Bip.

Panggilan itu terputus. Renjun meletakkan handphone nya ke meja dengan kesal. Hingga berbunyi ctakk.

"Serius aku harus pergi sendiri menemui Jeno?"

Renjun menatap lurus sembari menggigit habis rotinya.

---

Mobil Porsche berwarna putih itu terparkir dengan rapih. Renjun memakai kacamata dan masker nya untuk menutupi agar tidak ada kamera yang menyorot dirinya. Renjun turun dan bercermin di kaca spion terlebih dahulu. Memastikan rambutnya yang berwarna blonde itu tidak berantakan.

Kaki kecil Renjun melangkah masuk ke hotel dimana mereka janji temu. Hotel ini cukup terkenal apalagi cafe nya. Renjun naik ke lift dan melangkah menuju ruangan tersebut.

"Selamat siang. Atas referensi nama siapa?"

"Atas nama Lee Jeno atau Huang Renjun."

Renjun membenarkan maskernya. Melirik kanan kiri melihat kondisi sekitar.

"Ah atas nama Lee Jeno. Mari ikuti saya."

Pegawai itu berjalan terlebih dahulu. Renjun mengikutinya di belakang. Cafe tampak cukup ramai, hingga akhirnya dia ditunjukkan ke sebuah ruangan vip di pojok cafe.

"Silahkan tuan."

Pegawai itu membungkuk. Renjun menggeser pintu ruangan itu dan melihat Jeno sedang duduk menatap ke jendela. Jeno melirik pintu sekilas.

"Ah sudah datang rupanya."

Jeno membenarkan duduknya sembari menyeruput ice americano nya. Renjun berdehem sembari duduk di depan Jeno. Membuka masker serta kacamata nya.

"Sudah lama ya menunggu? Maaf ya tadi agak sedikit macet."

Jeno mengangguk kemudian memberikan menu ke Renjun. Renjun melihat menu itu.

"Aku kira kamu datang dengan manajer mu."

Renjun menggeleng.

"Yangyang sedang ke Jeju. Jadi aku sendirian. Kau sendiri? Kemana manajermu?"

Jeno menggaruk tengkuknya.

"Sedang ada urusan kantor dengan boss."

Renjun mengangguk paham kemudian menunjuk makanan kesukaannya.

"Sepertinya aku makan spaghetti saja. Aku harus diet."

Jeno kemudian memanggil pelayan. Mereka berbincang sembari menunggu makanan mereka datang.

"Ah omong-omong berapa usiamu, Jeno-ssi?"

"Umurku 24 tahun. Kau sendiri?"

"Sama. Ah aku jadi tidak usah memanggil hyung. Aku pikir kau lebih tua.."

Ucapan Renjun melemah. Membuat Jeno tertawa.

"Ya kurasa ini ke sekian kalinya aku disebut tua."

Pelayan datang membawa makanan- makanan mereka. Renjun memegang sendok garpu nya dengan semangat.

"Selamat makan."

Mereka tampak fokus dengan makanan. Sesekali mengomentari tentang rasa dari makanan mereka.

Renjun meneguk ice latte miliknya. Foam dari latte itu menempel di bibir atas milik Renjun, membuat Jeno sangat salah fokus melihatnya.

"Itu ada foam."

Renjun mengedipkan matanya.

"Hm? Dimana? Disini?"

Renjun mengusap ujung kanan bibirnya. Jeno menggeleng.

"Bukan."

Renjun terus mengusap ujung bibirnya. Gemas, Jeno memajukan tubuhnya ke arah Renjun dan menjilat foam di bibir atas Renjun. Menyesap foam latte itu seperti melakukan french kiss.

Pria kecil itu melotot kaget. Jeno kembali duduk dan memandang Renjun tanpa senyum.

"Latihan."

***

Renjun menggoyangkan tas nya. Berjalan ke parkiran bersama Jeno. Kebetulan mobil mereka bersebelahan.

"Terima kasih Jeno sudah mengajakku makan."

Jeno menekan kunci mobilnya. Pria itu belum masuk ke dalam mobil padahal pintu sudah terbuka.

"Iya sama-sama. Ah bagaimana kalau nanti kita latihan secara pribadi?"

Renjun mengangguk.

"Baiklah. Kabari aku saja. Kebetulan kita sudah bertukar id line bukan tadi?"

"Iya betul."

Jeno tersenyum tipis. Kemudian masuk mobil. Sama seperti Renjun.

Mobil Jeno bermerk Mercedes Benz itu melaju terlebih dahulu, mengklakson Renjun dan melambaikan tangan keluar. Renjun masih di dalam mobilnya.

Memegangi dadanya.

Yang berdegup kencang.

"Jeno... Lancang... First kiss ku."

Tbc

ACTING (NOREN) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang