Bab 4

14.3K 1K 59
                                    

Renjun menghela napasnya panjang dan menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Percakapan dengan Doyoung membuatnya berpikir ulang.

"Renjunie, sepertinya adegan sex 6 kali itu terlalu berlebihan untuk artis yang baru pertama kali bermain peran seperti mu."

"Lalu aku harus bagaimana kak?"

Doyoung ikut berpikir.

"Bagaimana kalau kau temui saja direkturmu? Minta penulis naskah nya menulis ulang dan hapus sebagian adegan."

Renjun menggigit bibirnya.

"Uhm apa tidak apa apa? Aku masih artis yang terbilang cukup baru. Takut dianggap seenaknya."

Doyoung menepuk pundak Renjun.

"Tidak apa-apa. Kakak juga sering kok meminta naskah dihapus sebagian."

Renjun mengangguk.

"Ah! dan sebaiknya kamu jalin komunikasi dengan Jeno. Bukankah dia lawan mainmu?"

"Aku takut dengan Jeno."

Doyoung mengerutkan dahinya.

"Kenapa takut?"

"Jeno tidak pernah tersenyum. Wajahnya menyeramkan."

Doyoung tersenyum.

"Hey. Jaehyun juga seperti itu awalnya. Kau hanya belum mengenalnya saja."

Doyoung menepuk pundak Renjun.

"Omong-omong bukankah film itu awalnya mengkandidatkan Jaehyun?"

"Apa yang harus kulakukan.."

Renjun masih memandangi langit-langit kamar nya. Mendekati Jeno ya? Tidak mungkin. Masa harus dia yang mendekati duluan.

Renjun berguling ke bagian ranjang nya yang lain. Menenggelamkan wajahnya di bantal dan mengangkat wajahnya kembali.

"Sepertinya aku terkena sial bermain peran dengan Jeno."

Renjun membuang napas berat dan menyelimuti tubuhnya. Matanya yang sudah ia usahakan untuk terpejam kembali terbuka.

"Harusnya Kak Doyoung yang terima peran ini. Apalagi kandidat nya Kak Jaehyun. Mereka pasti sangat serasi."

Renjun berdialog dengan dirinya sendiri sembari memeluk boneka kesayangannya.

"Ah tidak tahu. Aku tidak akan mengurus hal-hal yang berhubungan dengan Lee Jeno. Ck menyebalkan."

Renjun mematikan lampu kamarnya. Dan tertidur. Tidak mau memikirkan Jeno ataupun actingnya.

***

Pagi-pagi sekali Jeno sudah menelepon Haechan. Haechan yang masih tertidur itu sedikit terganggu dengan suara handphone nya yang terus berdering. Dirinya meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya dan mengambil handphone nya. Menslide sembarang dan menempelkan handphone nya ke telinga dengan keadaan mata yang setengah terbuka.

"Halo."

Suara Haechan masih serak. Sesekali juga ia menguap.

'Antar aku ke apart Jaehyun.'

Haechan mengangguk.

"Iya baik."

'Hm.'

Telepon itu terputus. Haechan menyimpan kembali handphone nya dan melirik layar handphone nya. Nama Jeno.

Dia membelalak ketika sadar siapa yang barusan menelepon.

SEORANG LEE JENO.

Haechan langsung bangun dan menelepon Jaemin.

'Haechan ada apa? Pagi-pagi sudah menelepon.'

"Boss.... Jeno meneleponku terlebih dahulu hiks. Pertama kalinya selama aku menjadi manajernya."

Haechan benar-benar terharu. Artis yang ia manajeri selama 6 tahun tidak pernah menelepon pertama. Dan biasanya selalu Haechan yang menelepon Jeno.

Tapi kini, Jeno yang menelepon Haechan terlebih dahulu dan itu Haechan anggap sebagai sebuah keajaiban dunia.

'Sudah jangan lebay. Ku pikir ada apa.'

"Hiks boss aku terharu. Meskipun Jeno meneleponku hanya 10 detik."

Haechan mengusap air mata yang ada di ujung matanya.

'Sudah kan? Aku tutup telepon nya.'

Telepon mereka terputus. Haechan benar-benar sesenggukan.

"Aneh sekali hiks Jeno itu. Semenjak bermain film bersama Renjun dia jadi bersemangat seperti ini."

Haechan menyedot ingus nya yang keluar dan turun dari kasurnya. Bergegas mandi demi mengantar baginda Lee Jeno.

***
Jeno memasuki kawasan apartemen elite bersama Haechan. Sebelumnya mobil mewah milik Jeno terparkir rapi di parkiran basement apartemen. Dan Haechan yang mengemudinya. Sebagai manajer ia juga merangkap sebagai supir.

Jeno menekan bel apartemen itu sebanyak 2 kali. Ia bahkan dengan tidak sabarnya menggerutu.

"Padahal dia sudah janji denganku. Ck menyebalkan."

Jeno mengecek jam tangannya. Kemudian menekan bel apartemen itu lagi. Haechan di belakang Jeno sembari memeluk tas kecil favoritnya.

Suara sandal jepit bergesekan dengan lantai pun terdengar dari dalam. Knop pintu apartemen terbuka dan menampilkan sosok lelaki dengan celana pendek dan kaos oblong.

"Hyung! Lama sekali."

Jaehyun mempersilahkan Jeno dan Haechan masuk. Jaehyun tersenyum hingga lesung pipinya terlihat.

"Maaf bayiku sedang manja haha."

"Jae siapa itu yang datang?"?"

Suara dari arah kamar membuat Jeno dan Haechan mengerutkan dahinya. Jaehyun pun ikut sedikit berteriak.

"Jeno, sayang!"

Doyoung membulatkan matanya. Namun kemudian dia tersenyum.

"Sepertinya mereka sama-sama khawatir dengan peran ini."

Doyoung mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya dan kembali tertidur. Dirinya masih mengantuk akibat kegiatan yang ia lakukan rutin dengan kekasihnya.

tbc.

vote comment demi kelancaran update dari author <3

ACTING (NOREN) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang