PROLOGUE || EUNOIA

6 0 0
                                    

h a p p y    r e a d i n g
d o n ' t    f o r g e t    t o    g i v e    a    v o t e

"Lo kalo misalnya lagi butuh bantuan tuh bilang sama gue, gue pasti bantu kok. Apasih yang gak bisa buat pacar sendiri?" ujar laki-laki dengan tampang berandalan. "Sekarang apa yang sakit? Makanya gak usah sok-sokan pengen simple tapi kenyataanya malah repot berkali-kali lipat."

Laki-laki itu mendelik ke arah germobolan laki-laki yang telah menabrak kekasihnya. "Lo tau kan dia lagi bawa barang banyak banget, emang gak bisa jalan lebih hati-hati lagi? Mata lo pada emang cuma bisa liat cewe cakep doang ya?"

"Maaf lah kak, lagian gue juga gak sengaja kan nyenggolnya, cewek lo aja yang lemah," balas laki-laki yang telah menyenggol Luna.

"Lo nyalahin cewek gue?" bentaknya sambil meraih kerah baju.

"Sst ... udah ih," cicit Luna, tak ingin menambah masalah untuk kekasihnya.

Ia sedikit demi sedikit melepaskan cengkramannya pada kerah baju dan membiarkan mereka pergi. Tinggal lah Luna bersama kekasihnya, ia membantu Luna merapihkan buku paket yang kini berserakan di koridor.

"Kenapa gak sama murid cowok aja?" tanyanya sinis

"Enggak bisa diandalin, mending sama gue aja biar cepet," jawab Luna dan kembali menumpuk bukunya.

"Sini biar semua gue yang bawa, gak usah sok-sokan nolak deh," ujarnya mengambil alih buku yang ada di tangan Luna.

"Diem ... gue bisa sendiri," ujar Luna sambil menyusul kekasihnya yang berada di depannya, berusaha mengambil alih buku yang ia bawa.

"Sekali-sekali jangan nolak ya sayang," ujarnya sambil tersenyum.

Luna membuka matanya saat mendapati cahaya yang menusuk pada matanya. "Shit, kenapa mimpi cowok ngeselin itu lagi sih?! Gue makin hari makin baper karena mimpi gue sendiri," geramnya kemudian buru-buru turun dari kasurnya untuk segera siap-siap menuju ke sekolah.

t o    b e    c o n t i n u e d

e u n o i aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang