h a p p y r e a d i n g
d o n ' t f o r g e t t o g i v e a v o t e"Iya-iya, gue percaya kok sama lo. Lo gak mungkin ngelakuin itu kan, jadi ... jangan nangis ya, udah." Rambut Luna di usap dengan lembut.
"Lo beneran percaya kan?" tanya Luna disela tangisnya.
"Percaya sayang, udah yaa." Rambutnya kembali diusap, juga air mata yang menetes pada pipi di lap dengan tangannya. "Skin care di pake lagi ya, kalau muka kamu kayak gini siapa coba yang bakalan suka? Gak akan ada dong."
Luna terbangun dari mimpimya, lagi-lagi laki-laki itu yang muncul. Dan ia teringat suatu hal, hampir dua minggu ini ia tidak memakai skin care -nya. Berkat mimpi itu ia diingatkan kembali dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi.
Suatu pencapaian yang sangat bagus ketika di hari Sabtu pagi Luna sudah mandi. Setelah selesai mandi, ia memutuskan memakai skin care -nya dan keluar kamar untuk sarapan.
Satu rumah sangat heran ketika melihat Luna sudah rapi, bersih dan wangi di pagi hari. Mereka semua mengira Luna akan pergi main bersama Monica atau temannya yang lain.
"Mau ke mana, Kak? Pagi-pagi begini udah rapi aja," tanya Kania yang sedang mencuci piring.
"Enggak ke mana-mana, Ma. Cuma pengen aja mandi pagi-pagi biar seger," jawab Luna lalu menyendok nasi pada piringnya.
"Ade nanti siang katanya mau ke Mall, kakak mau ikut?" tawar Azri.
"Mauu dong," jawab Luna.
"Kakak jagain rumah aja atuh, Kak. Nanti sama Mama dibeliin makanan aja," ujar Kania.
"Ya udah terserah Mama aja," jawab Luna lalu melanjutkan melahap sarapannya hingga habis. Setelah habis ia merapikan bekas makannya dan menyimpan piringnya di wastafel.
"Kakak, langsung cuci dong piringnya," ujar Kania membuat Luna berbalik badan kembali untuk mencucinya. "Kakak nanti nyapu ya."
Luna mengangguk setelah selesai mencuci piring dan mengambil sapu yang menggantung di dinding. Mulai menyapu rumah lantai bawah dan lantai atas dengan perasaan kesal. Selalu saja ia yang harus membereskan rumah. Apa karena hanya dia anak perempuan di keluarganya? Namun kan Luna juga sama-sama anaknya, harusnya diperlakukan sama.
- e u n o i a -
"Kakak, Mama berangkat dulu ya, jaga rumah baik-baik. Kalau mau main jangan lupa kunci pintu, nanti mama pulang rumah harus rapi ya," ujar Kania dan menutup pintu rumahnya. Ya, kini ia benar-benar sendiri, tidak ada orang di rumahnya selain dirinya.
Ia mulai merapikan rumah, memungut sampah makanan bekas kakak dan adiknya, coba saja ia yang melakukannya, mama pasti sudah marah besar padanya.
Ia kembali menyapu ruangan lagi dan mengepelnya hingga bersih dan wangi. Ia juga merapikan tata letak barang
urutnya kurang rapi. Setelah lantai satu bersih, rapi dan wangi, ia menuju ke lantai atas untuk merapikan ruangan itu, memang tidak terlalu berantakan karena itu memang tempat ia menghabiskan waktu, entah menonton televisi atau hanya sekedar membaca buku sambil menikmati coklat atau teh.Setelah selesai, Luna membaringkan tubuhnya dan mulai terlelap tidur. Ia terlalu lelah membereskan rumah yang bisa dibilang besar ini sendirian. Dan ia juga tak ingin larut dalam kesedihan dengan tidak ikut bermain bersama keluarganya.
Di sisi lain, Monica sedang merebahkan diri di kasurnya. Berkali-kali mencoba menelepon Luna namun perempuan itu tidak mengangkatnya. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah Luna. Tidak peduli jika orang itu tidak ada di rumah.
Ia terlalu malas hanya berdiam diri di kamar dan melihat tingkah kakaknya yang bermesraan di ruang keluarga sehingga Monica sangtat malas melihatnya. Sangat geli. Apalagi perempuan yang di bawa adalah perempuan menye-menye dengan dandanan norak.
Saat menuruni tangga rumahnya, ia sedikit menyindir kekasih dari kakaknya.
"Aduh kayaknya rok gue kependekan deh," ujar Monica lalu menunduk kebawah melihat kakinya. "Eh iya gue kan pake celana ya, kok bahas rok sih?"
"Monica! Lo nyindir pacar gue?" bentaknya, namun Monica tidak terkejut, itu adalah makanannya sehari-hari. Dibentak oleh kakaknya.
"Iya, lagian pake rok kok pendek banget sih? Kayak mau jual diri aja." Mulut Monica yang ceplas-ceplos itu membuat kakaknya semakin geram.
"Jaga mulut lo, Mon!" bentaknya, lagi.
"Jaga tubuhnya, cantik" balas Monica lalu berjalan ke arah ruang tamu.
"Gue aduin ke bunda!" ujarnya.
"Gue juga, gue mau bilang papa ... papa, tau gak? kakak bawa pacarnya nih ke rumah, mana rok pacarnya pendek banget. Liat deh pergaulan kakak jadi jelek gara-gara pacarnya." ucapnya dengan suara menye-menye.
"Gue mau balik!" putus pacarnya dan langsung keluar dari rumah tersebut.
"Lo apaan sih? Suka banget ya bikin hubungan orang hancur," ujarnya memarahi Monica.
"Suka, emang kenapa? Gue gak suka kalau lo pacaran sama dia, dia bukan cewek baik-baik. Temen dia aja cowo semua," ujar Monica, "tapi itu gak masalah sih, yang penting baju dia sopan pas main ke sini gue fine-fine aja, mulut gue juga gak lemes sampe harus ngadu-ngadu kok."
"Lo mau ke mana?" tanyanya.
"Dih, urusan banget gue harus ngasih tau lo," jawab Monica singkat.
"Dih cewek gak tau djri!" cacinya dan Monica hanya mengedikan bahunya tak acuh.
"Mbak, Monica mau ke rumah Luna ya, kalau mama pulang telepon ya, Mbak," ucap Monica sebelum benar-benar menutup pintu rumahnya.
"Maaf, Mon, tadi gue tidur. Ada apa ya?"
"Lo ada di rumah kan? Gue mau main nih, gabut banget di rumah."
"Sorry lagi nih, gue mau pergi. Jadi gak bisa."
"Sama keluarga lo?"
"Sama kak Matteo, katanya mau ketemu."
"Oh ok deh, untung gue belom berangkat."
"Eh tapi kalo lo mau ke sini, ke sini aja, ntar gue batalin deh sama kak Matteo."
"Gak usah, Lun. Gak apa-apa, gue besok aja deh ya ke rumah lo."
"Ok deh, sekali lagi sorry ya."
"Santai."
Telepon dimatikan oleh Monica, ia kembali masuk ke rumahnya dan berjalan mengentak-entakan kakinya tanda kesal. Karena Matteo ia jadi tidak bisa pergi ke rumah Luna saat sedang bosan seperti ini.
t o b e c o n t i n u e d