01 || EUNOIA

1 0 0
                                    

h a p p y   r e a d i n g
d o n ' t   f o r g e t   t o   g i v e   a   v o t e


"Mau sampe kapan lo duduk bengong di situ?" tanya Monica ketika mendapati Luna sedang duduk di pinggir lapang dengan sebotol minuman dan ponselnya, sementara teman-teman yang lain berteduh di koridor.

Memang sekarang adalah jam pelajaran olahraga, namun sedang istirahat tetapi Luna masih setia duduk di lapangan yang mataharinya kian terik.

"Lun? Lo gak denger gue mgomong?" tanya Monica sambil menyenggol Luna hingga tubuhnya oleng dan jatuh kebelakang.

"Aw, sakit Mon," jerit Luna karena tubuhnya terhuyung ke belakang kemudian detik berikutnya kembali menjerit. "Anjir pusing."

"Eh, sorry ya gak sengaja," ujar laki-laki sambil mengambil bola basket yang mengenai kepala Luna tadi dan Luna hanya mengangguk sambil memegangi kepalanya, walau sebenarmya ia ingin sekali marah-marah namun ia tidak berani sebab mereka adalah kakak kelas.

"Kepinggir yuk, Lun," ajak Monica namun mendapati gelengan sehingga Monica hanya mengembuskan napas pelan dan duduk ke tempat yang lebih teduh.

"Lo mimisan," ujar laki-laki yang sedang bermain bola basket, sehingga Monica segera meminta tisu pada teman-temannya.

"Lo tuh bukannya bantuin malah ngasih tau aja," bentak Monica sambil memberikan tisu kepada Luna.

"Dengan gue ngasih tau juga itu udah termasuk bantuin!" tegasnya.

"Ya enggak lah, lo tuh ya kakak kelas tapi otaknya gitu, aneh!" balas Monica geram.

Luna menepuk Monica. "Udah lah, Mon. Dia kakak kelas loh, lo tetep harus jaga sikap depan dia."

"Tuh dengerin kata temen lo, dia yang mimisan aja gak sewot," putusnya lalu kembali melanjutkan permainannya yang tertunda.

"Tapi ngeselin banget gak sih?" ujar Monica menatap tajam laki-laki itu bergantian dengan menatap Luna.

"Iya sih ngeselin, banget malah, tapi lo tetep aja gak seharusnya kayak gitu, Mon," ujar Luna lalu berdiri dari tempat yang daritadi ia duduki. "Lagian juga semua kakel ngeselin."

"Mau ke mana lo?" tanya Monica sambil mengikuti langkah kaki Luna.

"Di sini aja ... ternyata panas banget ya di lapang?" Kata-kata yang dilontarkan Luna membuat Monica naik pitam, pasalnya ia sudah mengatakan itu namun tidak dihiraukan oleh Luna.

"Untung lo lagi sakit, kalo enggak, mau gue gampar aja," ujar Monica.

Luna tersenyum. "Gampar aja, rela kok gue, soalnya lagi bahagia."

"Sumpah ya Lun, gue bener-bener gak ngerti sama jalan pikiran lo, masa lo mimisan gini, kena bola basket tapi malah bahagia?" ujar Monica mengurut pelan pelipisnya.

"Pusing ya?" tanya Luna.

"Pusing lah," jawab Monica dengan jengah.

"Sama gue juga, pengen minum obat tapi belom makan ... kantin yuk," ajak Luna sambil menarik-narik lengan Monica agar mau berdiri dan berjalan menuju kantin.

"Otak lo rusak gara-gara kena bola," sinis Monica mengikuti langkah kaki Luna yang berjalan menuju kantin.

- e u o n i a -

"Lo mimpiin cowo itu lagi?" tanya Monica ketika melihat Luna yang sedang makan namun tetap tersenyum.

"Nah ... lo peka juga, Mon," jari membentuk pistol yang mengarah ke wajah Monica.

e u n o i aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang