h a p p y r e a d i n g
d o n ' t f o r g e t t o g i v e a v o t e"Nanti bisa jemput?" tanya Luna sambil melepas helmnya.
"Gimana nanti aja ya, gue kabarin," jawabnya lalu menjalankan motornya membelah jalanan yang cukup ramai pagi ini.
Luna berjalan dengan dantai memasuki sekolahnya yang terlihat masih sepi, mungkin akibat cuaca yang mendung hari ini. Ia mengeratkan jaketnya karena udaranya dingin seperti menusuk hingga ke tulang.
Ia berjalan di koridor sambil menyenandungkan lagu yang sedang ia dengar melalui earphone. Ah, rasanya koridor hanya milik Luna saja sekarang.
"Heh!" Lengan Luna ditahan dengan kencang oleh seseorang dari belakang.
"Lo apaan sih, Kak? Lepasin!" bentak Luna yang merasa kesal karena ketenangannya terganggu.
"Gara-gara lo pacar gue jadi marah sama gue," ujar orang itu dengan wajah yang sangat menyebalkan.
"Urusannya sama gue apa, Kak? Kok nyalahin sih," tanyanya dengan suara yang menurun.
"Ya gara-gara lo gak mau ngasih minuman itu, padahal lo kan bisa cari minuman lain," ujarnya.
"Pacar lo juga bisa loh kak nyari minuman lain, gak usah dijadiin ribet deh," balas Luna lalu melangkah kembali menuju kelasnya.
"Gak tau malu ya lo," ujar laki-laki tersebut, tertulis Kenneth Jevon P. di badge bajunya, yang artinya namanya adalah Kenneth.
"Apa sih kak? Lo tuh ribut terus. Pasti aja kalo sama gue lo tuh masalahin pacar lo terus, muak gue," ujar Luna.
"Maksud lo apa?" tanyanya.
"Lo lupa kak? Waktu gue masih jadi siswa baru di sini, lo nyuruh gue ngobatin pacar lo yang jatoh, padahal lo tau sendiri caranya kayak gimana dibanding gue," jawab Luna, "kalo lo bilang gak mau nyentuh pacar lo sih gak mungkin, orang kemarin aja gandengan ih."
"Ya lagian itu kan lo yang nyenggol dia, ya lo yang harus tanggung jawab ... terus nih ya, lo gak becus ngobatinnya, jadi gue kasih tau," belanya tak mau kalah.
"Haduh, udah deh gak usah diperpanjang, lagian lo sama pacar lo bisa nyari minuman itu di mini market lain tuh," jawab Luna dan benar-benar pergi.
"Gue tandain lo ya Lun!" teriaknya dari jauh dan Luna tidak memerdulikannya.
- e u n o i a -
"Katanya lo ribut sama kakel?" tanya Monica, "gara-gara apa?"
"Gara-gara kakel itu marahan sama pacaranya, dan nyalahin gue," jawab Luna.
"Loh kok bisa sih? tanya Monica, lagi.
"Gak tau, si Kenneth emang gak jelas hidupnya, suka banget cari masalah sama gue. Padahal gue aja gak ada salah sama dia," jelas Luna.
"Ah kayaknya dia emang cari masalah sama semua orang deh," ujar Monica.
"Gue setuju sama lo, Mon," timpal Luna sambil menepuk-nepuk lengan Monica. "Tapi ya, kok bisa-bisanya kak Kenneth suka sama cewek kayak gitu ... apa gak pake pelet tuh cewe? Secara ya, Kak Kenneth tuh ganteng, sedangkan pacarnya ... cantik enggak, rewel iya."
Monica tertawa sangat puas. "Lo bilang Kenneth ganteng?"
"Ya kan emang ganteng," cicit Luna.
"Enggak anjir, mata lo tuh kenapa sih?" Monica kembali tertawa.
"Ya lo perhatiin aja, dia ganteng kok," jawab Luna.
"Terus lo mau jadi pacarnya?" tanya Monica.
"Ya enggak lah, gila aja lo Mon. Yang ada hidup gue tertekan terus," jawab Luna.
"Kalau sikap dia ternyata kayak si mimpi?" tanya Monica.
"E-eh?"
"Kenapa Lun?" tanya Monica.
Luna menggeleng. "Enggak, itu aja aneh di luar kok rame-rame anak cewe, keluar yuk." Ia menarik-narik lengan Monica agar mau keluar bersamanya.
Luna tidak pernah mau ketinggalan berita-berita di sekolah, saat ada keramaian di sana, di situlah Luna berada. Ia juga ikut heboh pastinya ketika berita tersebut menguntungkan atau membuat dirinya bahagia.
Seperti saat ini, tiga hari lagi akan diadakan bazar buku dan satu hari setelahnya akan diadakan acara untuk menceritakan kembali buku tersebut. Orang yang dapat menceritakan kembali akan menjadi juara dan mendapatkan 5 novel gratis untuk juara pertama, 3 novel gratis untuk juara kedua dan 1 novel gratis untuk juara ketiga.
"Lo yakin mau ikutan?" tanya Monica yang sedaritadi mengusap telinganya karena rasanya mereka menggobrol dengan saling berteriak.
"Ikut ... ya udah yuk, kita balik kelas lagi," ajak Luna dan Monica hanya mengangguk patuh. Hanya kepada Luna lah ia patuh, namun orang lain akan patuh padanya. Mengingat wajah galak dan suka melabrak itu tidak pernah memandang tingkat. Siapa saja yang mencari masalah dengannya, akan ia ajak untuk beradu mulut. Hal itu membuat orang takut untuk menolak permintaan Monica.
Mereka masuk ke dalam kelas bersamaan dengan wali kelasnya yang memang akan mengumumkan acara tersebut.
"Selamat pagi anak-anak, jadi kan kira hari senin bakalan ada bazar buku, nah informasinya buku yang dijual harganya tuh kantong pelajar banget loh. Karena sekolah kita kan lagi mendukung buat memperkuat gerakan literasi juga, jadi sekolah pun memberikan uang agar harga bukunya menjadi turun dan terjangkau."
"Lalu pada hari selasa akan diadakan lomba menceritakan kembali buku yang telah ia baca. Dari satu kelas sekolah meminta dua orang perwakilan. Di kelas ini siapa yang mau?" tanya bu Arum.
"Luna mau bu," jawab Luna dengan lantang.
"Baik, Luna ya. Satu lagi siapa?" tanya bu Arum kembali.
Satria mengacungkan lengannya. "Satria mau bu."
"Beneran kamu?" Bu Arum pun meragukan bahwa Satria akan mengikuti lombanya dengan benar.
"Beneran bu, karena Luna ikut, jadi Satria juga ikut deh," ujar Satria sambil tertawa geli.
"Ciee," sorak-sorai penghuni kelas membuat Luna bergidik, geli sekali ia harus dicocok-cocokan dengan Satria.
"Tapi kamu harus bener ya Satria, jangan sampai malu-maluin kelas ini loh, kalo gitu, ibu pamit ya. Selamat belajar." Bu Arum keluar dari kelas dan murid semakin ramai bersorak sorai.
"Pepet terus Sat jangan kasih kendor!"
"Eh Luna liat deh, Satria sedih gara-gara lo kemaren pulang bareng sama kak Matteo," ujar salah satu teman datu geng Satria.
"Sialan! Lemes banget sih mulut si Satria, pake cerita-cerita segala ke temennya," batin Luna kesal.
"Lo pulang sama kak Matteo kemarin?" tanya Monica, "parah nih gak cerita."
"Bukan enggak, cuma belum aja gue cerita ke lo. Eh keduluan mulut lemesnya si Satria. Jadi satu kelas tau deh, malu gue."
"Gue dukung lah lo sama kak Matteo." Monica terbahak mengatakannya.
"Ih lo apaan sih Mon," balas Luna pelan.
"Jadi ... mending kak Matteo atau Satria?" tanya Monica.
Luna tersenyum tipis dengan tawa kecil.
t o b e c o n t i n u e d