"Gila lu dim gede banget si nilai nya." celetuk andri saat melihat hasil ujian bahasa indonesia teman sekelasnya, dimas.
"Ndri, ini kecil banget."
"Apanya yang kecil sih dim, belagu banget lu!" Andri melengos pergi ke luar kelas.
Sedangkan dimas hanya menghela nafas. Ada yang tak diketahui teman-temannya bahwa ia begitu takut tak mendapatkan nilai sempurna.**
"Eh lu tau enggak si, sok banget si dimas. Belagu banget bilang nya nilai ujian 90 bahasa indonesia kecil." ujar dimas kesal saat ia duduk dikantin dengan gilang dan arya.
"Ah, lu kaya enggak tau aja, baru sekelas si lu sama dia. Si Andri emang ambis banget. Gila si dia cowo tapi pas kelas 10 pernah ngamuk-ngamuk ke pak burhan gara-gara nilai matematikanya 98 harusnya 100 tapi pak burhan salah ngekoreksi. Inget ga lu lang?"
"Ah kejadian itu,baru liat gue ada anak cowo nangis ngamuk-ngamuk cuma karna nilai 98 yang buat gue kaya impian banget matematika segitu."Sahut gilang sambil menyeruput es jeruk dihadapannya. Dimas pun menyeritkan dahi mendengar betapa gila nilai teman sekelasnya itu.
Sok perfect banget bocah pikir dimas.
**
Bel pelajaran terakhir pun berbunyi, banyak yang sudah pulang kecuali remaja laki-laki yang masih mengenakan earphone dan pulpen yang masih setia digenggam nya sedari tadi, siapa lagi kalau bukan andri. Remaja itu lebih memilih untuk berlama-lama di sekolah dibandingkan harus pulang ke rumah nya yang penuh tekanan."lu ga balik?" Andri menoleh mencari siapa yang bertanya.
"Lu nanya gue?" Dimas memutar bola matanya malas mendengar jawaban Andri.
"iya lu nyet, siapa lagi?"
"Gue males balik."
"Gue enggak suka si sama sikap ambis lo yang berlebihan. Lo enggak cape? Kenapa enggak main aja? Kelas kita ngadain futsal nih sore ini, lu mau ikut?" Dimas kini sudah ada di hadapan andri, ia duduk di kursi guru dengan kaki nya yang diangkat ke meja.
"Gue enggak ada waktu buat gituan kalau lu mau pergi, ya pergi aja. Apa urusan lo ngeribetin hidup gue."
"brengsek lu banci. Gue baik sama lu juga." Andri jengah dan membiarkan dimas memaki-maki dirinya, lalu pergi ke parkiran dan melengos pergi menggunakan motor ninja nya menuju rumah.
**
Motor ninja itu berhenti di rumah bergaya klasik berwarna putih. Andri mengusap wajah nya kasar menyadari bahwa ia harus berada di rumah yang penuh kesialan menurut nya.
Ia melangkah masuk kedalam rumah dan ia sudah menduga bahwa laki-laki tua itu duduk di sofa ruang keluarga nya, Iman."Mana nilai kamu?"
"Ujian nya di undur"
"Enggak usah bohong kamu,papa udah telepon guru kamu tadi kalau hari ini kamu ujian."
Bu sinta sialan,pasti disogok papa lagi batin andri kesal
"Mana andri!!!" benyak Iman kini terdengar diseluruh ruangan, hingga pembantu yang sedak mengelap vas bunga memutuskan pergi dari ruangan tesebut.
"Pah, nilai berapapun aku tetap anak papa." Andri berusaha untuk tak memberikan hasil ujiannya.
"Diam kamu! Mama kamu meninggalkan papa hanya karena laki-laki itu punya harta yang lebih banyak dari papa. Kamu harus sukses, makanya kamu harus belajar untuk selalu mendapat nilai sempurna dari sekarang." Iman menghampiri anak nya, merebut tas andri dan mengacak-acak isi nya mencari kertas ujian andri.
Plak-plak
BugIman menampar andri dua kali, air muka nya begitu merah padam. Berkali kali ia jatuhkan tinjuan itu ke muka dan badan anak nya. Andri hanya bisa pasrah, ia begitu ingin membalas dan menghentikan papa nya. Tapi, ia paham sakit yang diterima papa nya maka dari itu ia selalu berusaha keras untuk mendapatkan nilai sempurna, ia berusaha agar papa nya mengakui nya.
"Brengsek, kau ingin ditinggal istri mu nanti?" Iman mencengkram kerah seragam yang dipakai andri. Mata nya yang menyala langsung menetes kan air mata melihat anak dihadapan nya menahan tangis. Iman pergi, ia meninggalkan anaknya yang sudah babak belur di habisi oleh kemurkaannya.
**
Dimas kaget saat melihat andri si ambis gila itu datang ke kelas telat hari ini,muka nya babak belur bahkan mata nya begitu gelap.Karena penasaran apa yang terjadi dengan andri, ia pun memutuskan untuk mengikuti temannya itu saat pulang sekolah. Tapi, yang ia dapati andri pergi ke danau di perumahan Asri dan duduk disana cukup lama. Danau itu cukup indah dan sejuk, siapapun yang disana akan merasakan ketenangan.
"Kalau lu mau duduk, duduk aja bro." Dimas tersentak kaget saat menyadari bahwa andri tahu ia kini dibelakang nya.
"Lu kaya cewe tau enggak si?" Andri terkekeh kecil mendengar pernyataan konyol dimas yang saat ini sudah disebelahnya.
"terus lo suka gue?"ujar andri asal yang berhasil membuat dimas siap-siap menghajarnya.
"santai dim, gue waras kok"
Lanjut andri"Gue enggak paham sama lu ndri"
"Enggak ada yang harus lu pahamin kali dim, gue emang ambis tapi parah nya juga perfeksionis."
"Tapi enggak waras banget lu ndri, masa nilai masih 90-an aja udah sedih sampe ngamuk-ngamuk."
"Yang bakal ngamuk-ngamuk itu bukan gue tapi papa gue." Dimas terdiam melihat andri begitu berat mengatakan itu.
"Gue bakal cerita ke lo dim. Karna menurut gue lu temen yang cukup peduli kenapa gue ambis banget. Bapak gue cerai dim,saat gue kelas 1 smp. Nyokap gue milih sama temen nya bokap yang punya harta lebih daripada bokap. Saat itu bokap emang lagi jatuh banget. Akhirnya bokap gue jadi sering ketakutan gue ngalamin hal yang sama, bokap gue selalu nuntut gue perfect dim. Apapun, semuanya harus paling sempurna. Sering gue tertekan dim. Tapi,," Suara Andri tercekat, dimas paham bahwa kini andri ingin menangis.
"Gue benci sama cowo yang nangis. Tapi lu wajar buat nangis. Nangis aja bro." saran Dimas menatap lurus kedepan.
"Gue tertekan Dim, tapi gue sama bokap sama-sama sakit Dim. Kita berdua sama-sama terluka. Kalau bokap sembuh karna anggap gue yang serba bisa dan sempurna, gue juga bakal sembuh dim. Rumit emang dim, tapi gue milih untuk jalani ini semua." Andri kini menoleh ke arah lain, ia menangis sesak.
Dimas belajar hari ini, bahwa tak semua orang melakukan sesuatu karna ia ingin, kadang itu hanya tuntutan. Ia sadar bahwa manusia sekuat laki-laki juga boleh nangis. Andri dan papa nya adalah bukti. Dua manusia yang sama-sama sakit karena luka. Tapi, Dimas juga belajar bahwa papa nya andri tak berhak untuk menyalurkan luka walaupun andri selalu menerima semuanya.
End
**
Terimakasih sudah membaca, maaf ya ending nya kurang jelas. Ini cerita pendek. Jadi aku cuma mau menyampaikan hal hal sederhana saja di setiap cerita yang aku buat. Boleh saran kok di komentar. Terimakasih😊#30HariKonsistenMenulis

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen: Healing Your Feeling
Short StorySebagai manusia yang hidup di zaman saat ini. Kita sering kali merasa tertinggal padahal tidak sedang balapan dengan siapa pun. Kita seringkali terluka secara batin tetapi tak pernah sedikitpun disembuhkan. Banyak sekali yang menjenguk kita apabila...