Aku Tidak Mau Jadi Rapunzel

211 56 4
                                    

Kagami menghe la nafas kesal. Kenapa jadi begini sih?.
-
-
-
-

Kagami menggeliyat. Ia meregangkan tubuhnya. Rasanya kaku. Sungguh. Ia membuka matanya perlahan disertai menguap juga.

"Hoaaaammmm..... hari ini mau ngapain ya?."

Ini adalah 1 minggu setelah kejadian menyebalkan dari para Kiseki no Sedai itu.

Selama 1 minggu juga Kagami selalu diganggu. Bukan oleh mahluk halus atau roh jahat. Tapi oleh mahluk kasar dan roh licik.

Entah kenapa orang orang itu ada saja yang mengganggunya. Banyak alasan pula.

Katanya minta tolong di buatin masakan lah. Karna itu termasuk hobi Kagami, ya jadi dia mau saja. Ujung ujungnya di tipu juga.

Ada juga yang bilang mau minta diajari masak. Karna ia menganggap itu akan jadi murid pertama, ya Kagami mau saja. Ujung ujungnya di tipu juga.

Bahkan ada juga yang meminta tolong agar Kagami membawakan barangnya. Setelah sampai, tiba tiba Kagami dilamar pake bunga dan cincin gitu.

Heran deh. Dari semua kejadian sulit dan penipuan yang menimpa dirinya. Itu hampir sama dengan kejadian dimana Kuroko yang menyelamatkannya.

Dan dari semua kejadian itu pula para Kiseki no Sedai yang selalu ada disisinya.

Pernah ia menelpon Tatsuya untuk curhat. Tapi gak dijawab.

Tatsuya kemana ya? Kagami kangen. Masa Tatsuya gak kangen sih?. Kan udah lama mereka gak ngobrol dan gak ketemu.

Kagami turun dari atas kasur empuk itu. Entah milik siapa, tapi rasanya nyaman sekali. Hmmm.

Kagami berdiri di dekat ranjangnya. Kamar ini sangat asing. Ia perhatikan sekelilingnya. Kamar ini asing.... dan mewah.

Disini serba merah. Luas. Dan lengkap perabotannya. Bahkan ada dapur mini juga di sebelah selatan. Ada kamar mandi dan toilet di sebelah dapur. Ada almari pakaian besar di dekat kamar mandi.

Kagami mengalihkan pandangannya. Di sebelah utara adalah pintu keluar. Berdaun 2. Dan ada jendela kaca yang besar di setiap sisi pintu. Jendela itu sangat besar, tinggi dan luas. Tapi masih tertutup tirai transparan. Dan Kagami belum tau apa yang ada dibalik tirai itu.

Kagami mengalihkan pandangannya lagi. Ada sofa dan meja di sebelah barat, semacam ruang tamu. Ada tv besar disebelah ruang tamu, lengkap dengan tikarnya. Dan di dekat situ ada pintu lain juga. Entah pintu apa.

Disebelah timur ada pintu berwarna merah. Pertanyaannya. Kenapa ada banyak pintu. Pintu berdaun 2 itu pasti pintu balkon. Pintu didekat ruang tamu itu. Mungkin saja pintu masuk dan keluar kamar. Lalu yang satu itu?. Pintu apa?.

Sekarang Kagami memgambil kesimpulan sendiri setelah melihat setiap sudut ruangan itu. Itu di desain layakmya sebuah rumah mini yang lengkap.

Kagami memijakkan kakinya diatas lantai putih dibawahnya. Warnanya sungguh kontras dengan dinding dan semuanya. Kagami heran, kenapa lantainya berwarna putih? Warna itu kan akan sangat mencolok jika dipadukan dengan warna merah.

Kagami menghela nafas dan menggelengkan kepalanya pelan. Mencoba membuang jauh pikiran anehnya itu.

Ia berdiri dan membiarkan seluruh berat badannya bertumpu pada kedua kakinya. Kemudian ia berjalan pelan menuju kearah tirai yang tertutup.

Perlahan ia menyibak tirai merah itu dan dalam sekejap, cahaya terang langsung masuk ke ruangan temaram itu.

Kagami menatap pemandangan didepannya. Indah. Itulah kesan yang ia putuskan.

Prince(s) Who Must be Protected (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang