Aku mengarahkan tanganku pada permukaan tanah. Peluh membasahi keningku seiring banyaknya energi yang kukeluarkan untuk menggetarkan tangan kananku.
"Ugh..."
Eura menatapku. "Kamu terlalu memaksakan diri kamu, Sunny."
Aku melemaskan tangan kananku, menurunkan posisinya.
"Kamu tahu? Seharusnya sihir kamu lebih mudah keluar jika kamu sudah terbiasa. tidak ada ritual khusus, hanya mengeluarkan lewat telapak tanganmu." (Eura terbang mendekati telapak tanganku, memegangnya dengan tangan mungilnya.) "Kamu hanya belum terbiasa. sihirmu tidak akan langsung keluar begitu saja."
"Kau yakin? Bagaimana dengan sayapku? Aapakah aku harus berlatih untuk terbang tanpa sayap terlebih dahulu?" balasku putus asa.
"Ya dan tidak. sayap kamu akan muncul di saat yang tidak terduga. Kebanyakan fairy mempunyai sayap mereka di 'keadaan darurat'."
Aku menelan ludah. "'keadaan darurat'?"
"pada umumnya, para fairy mulai menubuhkan sayap mereka pada usia tujuh belas tahun, atau tiga puluh tahun dalam umur manusia. Setelah itu, mereka hanya perlu menunggu waktunya tiba. Jadi mungkin sayap kamu tidak akan muncul dalam waktu yang dekat, tetapi pasti akan muncul. Berbeda dari fairy, pixie sudah memiliki sihir dan sayap mereka sejak lahir. Kamu bisa membayang betapa repotnya untuk merawat bayi pixie, mereka menyemburkan sihir mereka kemana-mana," jelas Eura.
"Apakah sihirku akan muncul selama itu juga?"
"Tidak juga. Fairy biasanya sudah mempunyai sihir sebelum ia mempunyai sayap. Jadi kamu bisa saja sudah bisa menggunakan sihir kamu jika kamu rajin melatihnya!"
Aku mengamati tanganku, seakan sihir akan keluar setelah lama kupandang.
Eura mengarahkan tangannya tanah. Sebuah bola cahaya keluar dari telapak tangannya, mengelilingi posisi benih yang tertanam di dalam tanah. Sebuah tunas mulai muncul di permukaan tanah. Makin lama bertumbuh semakin besar sampai akhirnya memunculkan kelopak kuning.
"Ini adalah bagaimana bentuk bunga kanigara dengan menggunakan sihir aku. Seperti yang kamu lihat, bunga ini tidak sesempurna bunga kanigara yang tumbuh secara natural di sampingnya. Itu karena aku menggunakan sihir cahaya dan waktu. Meraviias dan dunia manusia memiliki kesamaan, salah satunya dalah tanaman pada unmumnya harus mendapatkan air, cahaya yang cukup, dan tanah yang subur untuk dapat tumbuh."
"Ah, jadi warna oker bunga ini adalah bentuk bunga ini untuk bertahan hidup tanpa air?" Aku menunjuk kelopak bunga yang menyerupai kelopak bunga matahari.
Eura mengangguk. "Iya! Dengan sihir kamu, kamu bisa menumbuhkan versi yan lebih subur dari bunga ini. Mungkin bahkan lebih menawan dari bentuk aslinya!"
Aku bisa membayangkan kelopak bunga kkanigara dengan warna gradasi begitu aku mengusai sihir itu. Atau, semua tanaman memesona yang bisa aku tumbuhkan.
"Andai saja Eyang bisa ... oh..." seketika aku lesu.
"Sunny?"
Aku mengusap air mataku dengan punggung tanganku. "Aku hanya ... rindu dengan nenekku. Dia senang berkebun, aku hanya berpikir kalau dia akan merasa bahagia jika aku bisa menumbuhkan kebunnya."
Eura terdiam. "Apa?"
"Ah, tidak apa. Bukan masalah besar."
"Bukan, tadi kamu bilang–"
Kring!
Terdengar suara keras tetapi lembut yang berasal dari bel yang tak jauh dari tempatku berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forest of Camavé (DISCONTINUED)
Fantasy[DALAM PROSES PENULISAN ULANG] ⚠️W͟a͟r͟n͟i͟n͟g͟: Cᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ sᴀʏᴀ ᴛᴜʟɪs sᴀᴀᴛ sᴀʏᴀ ᴍᴀsɪʜ ʙᴏᴄɪʟ. Kᴇᴄᴜᴀʟɪ ᴋᴀᴍᴜ ɢᴀᴋ ᴋᴇʙᴇʀᴀᴛᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇsᴀʟᴀʜᴀɴ-ᴋᴇsᴀʟᴀʜᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴅɪʙᴜᴀᴛ ᴏʟᴇʜ Fʀᴇʏᴀ Gᴀʏᴀᴛʀɪ ᴅɪ ᴍᴀsᴀ sᴍᴘ, sɪʟᴀʜᴋᴀɴ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ.⚠️ Patah hati, Sunny berniat...