Perasaan Sinta kini pun tak karuan. Ia terus berjalan entah kemana. Hingga pada akhirnya ia berada di sebuah taman di perumahan tempat tinggal Dara. Awalnya Sinta tak pernah menyadari jika Dara tinggal di perumahan tersebut. Dara kini memilih untuk beristirahat dan duduk di bangku taman. Di sisi lain, Dara dan Tian sedang jalan berdua. Seperti halnya, mereka yang masih malu-malu untuk mengungkapkan perasaan dan mereka hanya berjalan di sekitar taman di perumahan tempat tinggalnya terebut. Hingga akhirnya, Dara melihat Sinta, teman lamanya sedang duduk dan menangis.
"Sinta...." Panggil Dara lirih
Sinta yang awalnya menunduk, kini menganggat kepalanya dan menatap wajah Dara. Dengan muka bercucuran air mata, Sinta berdiri dan menampar Dara dengan begitu rasa kecewa.
"Plakkk....!!!" Tamparan Sinta yang begitu keras membuat Dara dan Tian terdiam. Dara yang saat itu begitu terlihat bingung.
"Sinta... kenapa kamu..? aku salah apa..? kenapa kamu tiba-tiba menamparku..?"
"Kamu bener-bener jahat ya Ra !"
"Jahat apa..? Aku salah apa? aku bener-bener gak tau apa yang kamu omongin sekarang. Gimana kabar kamu..? gimana kabar Brian ?" Dara mencoba untuk menenangkan Sinta yang dari tadi emosi.
"Brian? ngapain kamu nanyain Brian? apa kamu suka sama Brian? ha..? jawab Ra !" desak Sinta
" Astaga, enggak lah Sin, kamu kenapa..? kenapa nanya kaya gitu?" Dara semakin bingung
" Brian kecelakaan dan dia cuma manggil-manggil nama kamu. Dokter minta kamu nemuin Brian" Sinta terlihat pasrah.
"Apa...???" Dara semakin bingung, dan mereka bergegas kembali ke rumah sakit untuk menemui Brian.Perjalanan yang begitu sangat terburu-buru. Dengan hujan yang begiru deras, Tian menaiki mobil dengan begitu sangat kencang. Dengan begitu tidak konsennya Tian menyetir karena matanya tiba-tiba buram karena pandangannya dibasahi air hujan, Ia tak mengerti jika ada Truk yang melaju kencang dari arah depannya. Mereka tiba-tiba kaget dan konsentrasi menyetir Tian semakin kacau. Mobilnya menabrak sebuah pohon besar .
Tak lama kemudian, banyak sekali orang yang datang dan menolongnya. Dara yang melihat dengan keadaan bercucuran darah itu diangkat oleh beberpa orang hingga akhirnya ia pingsan dan siuman di rumah sakit.
" Alhamdulillah, adik sudah siuman " ucap dokter yang merawat Dara
" Saya dimana dok..? teman-teman saya mana? kata pertama yang diucapkan oleh Dara
" Ini dirumah sakit, tadi adik dan teman-teman adik kecelakaan. Untung saja, adik selamat" Jelas dokter.
" Trus, keadaan Tian dan Sinta bagaimana..? "
" Pihak rumah sakit sudah melakukan yang sebaik mungkin, tapi..." ucap dokter menggantung
" Tapi apa dok..? teman-teman saya gak apa-apa kan dok..? " Desak Dara
" Maafkan saya, teman-teman kamu tidak ada yang selamat. Walau mereka pernah siuman beberapa saat, tapi mereka kemudian menghembuskan nafas terakhirnya beberapa saat setelah itu. Orang tua mereka sudah dipanggil dan sedang melaju kemari." jelas Dokter.Air mata Dara, tiba-tiba menetes dengan sendirinya. Sungguh tidak mungkin bagi Dara menerima semua ini. Tian, lelaki yang begitu ia cintai namun belum pernah rasa itu tersampaikan. Sedangkan Sinta, sahabat yang pernah hilang dari hidupnya baru ia temukan dan kini harus kehilangannya lagi.
" Kamu jangan sdih, mereka sunguuh menyayangi kamu. Sebelum mereka meninggalkan kamu, ada 2 surat yang mereka titipkan kepada saya. Yang di amplop merah, itu surat dari Tian. Yang amplop hijau itu dari Sinta . Kamu yang tabah ya " memberikan amplop yang berisi surat tersebut kepada Dara.
Dara tak mengucapkan apa-apa. Ia hanya menerima surat tersebut dan membaca surat tersebut satu persatu. Yang pertama, ia memilih untuk membaca surat dari Sinta, sahabatnya.Dear, Dara....
Aku Sinta, kini sudah tak bernyanya. Aku bangga mempunyai sahabat kamu Ra. Tapi aku benci sama kamu. kamu tau kenapa? surat yang di beri Brian dulu, itu sebenarnya untukmu. kata-kata yang begitu indah dan romantis itu dibuat hanya untukmu. Brian mencintaimu Ra... Aku bingung, apa aku harus marah atau gimana sama kamu. Yang jelas, aku kecewa sama semuanya. Mungkin saat kamu baca pesan ini, aku sudah pergi jauh. Aku titip Brian ya Ra, aku begitu mencintai Brian. Cuma dia yang selalu buat aku bahagia. Sekarang Brian masih dirumah sakit. Aku pengen kamu jemput dia dan bawa ke makam aku ya.. Aku ingin melihatnya tersenyum bersamamu.Dara begitu tersasat hatinya melihat semua ungkapan Sinta. Dara begitu heran, mengapa Brian mencintainya. Kini Dara membuka dan membaca surat dari Tian.
Dear, Daraku....
Hai malaikatku... begitu manisnya dirimu, hingga aku terpana melihatmu. Kini aku merasa lebih baik, setelah aku dapat berkenalan dan mengenalmu lebih jauh lagi. Aku sudah lama memperhatikanmu. Aku mencintaimu dan menyayangimu sepenuh hatiku. Waktu yang membuatku melepasmu saat ini, setelah sekian lama aku pendam, kini aku bisa mengungkapkan rasa ini tanpa ragu. Jaga diri kamu baik-baik ya Dara...Perih hati Dara semakin bertambah, ketika Tian, orang yang di cintai Dara juga mencintai Dara. Namun, Dara harus mengikhlaskan mereka kembali ke sisi Allah, Dara hanya berdo'a terus waktu itu. Hari itu juga Tian dan Sinta dimakamkan. Betapa sedihnya hati Dara dan keluarga mereka.
Setelah saat itu, Dara menepati pesan Sinta untuk menemui Brian di rumah sakit.
" Brian.... " ucap Dara lirih
Sementara itu Brian membalikkan badannya dan menatap Dara "Dara....." ucap Brian
" Hai Brian... gimana keadaan kamu " tanya Dara
" Aku baik-baik aja. Kabar kamu juga gimana..? Gimana dengan rumah.... ?"
" Baik kok. Brian, " potong Dara
" Iya Dara... Kenapa?"
" Sinta...." putus-putus
" Sinta kenapa Ra, apa yang terjadi sama Sinta? " Desak Brian
" Sinta udah meninggal, kita sebenernya kecelakan pas kemarin mau nemuin kamu di sini "
" Apa...? Gak mungkin Ra, kamu bohong ya..."
" Bener.. Aku gak bohong. Ada satu permintaan dia ke aku dan kamu."
" Apa Ra..? katakan"
" Dia ingin aku ngajak kamu ke makam dia, dan dia ingin lihat kamu bahagia pas sama aku. Dia udah tau, kalau surat pas waktu itu, kamu tulis buat aku. bukan buat dia. Dia sebenernya begitu kecewa Brian. Dia begitu mencintai dan menyayangi kamu."
"Sinta..... maafin aku..." ucap Brian lirih dan meneteskan air mata.Mereka kemudian mengunjungi makam Sinta seperti permintaan Sinta. Untuk menghormati rasa Tian dan Sinta, Brian tak berani mengungkapkan rasa yang dulu itu kepada Dara lagi. Rasanya mereka lebih baik menjadi sahabat dan tak memaksakan rasa itu.
Mereka akan selalu menjaga rasa cinta yang tulus itu walaupun raganya pun tak bisa ia miliki lagi. Hari-hari Dara dan Brian mereka lewati seperti biasa. Seperti halnya ketika Tian dan Sinta ada di dekat mereka.
Beginilah cinta tak akan bisa dipaksa, dan hidup tak akan selamanya......
~The End~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Hidupku !
Teen FictionDara , gadis kecil yang hidup dengan kesederhanaan untuk mencari kebahagiaan. Hanya dengan rasa ia tahu cinta sejatinya. Walau tak dapat lagi memiliki raga cintanya.