Menuju Kebahagiaan

120 4 0
                                    

 Bagian 1

         Allahu Akbar...Allahu Akbar

        Adzan subuh berkumandang ketika Dara terbangun dari tidurnya. Seketika itu, dara langsung mengambil air wudlu dan sholat subuh. Dara yang sholekhah tak pernah lupa untuk berdzikir  dan membaca Al-Qur’an. Sesuai pesan neneknya dulu, agar Dara tidak lupa membaca surat Yasin 3 kali setelah sholat subuh. Dara pun melakukan amanat neneknya, seperti yang saat ini dia lakukan.

        “Yaa Siin ... Wal Qur’aanil hakim ... Innaka la minal mursaliin .... ‘Alaa shiraathim mustaqiim ...” Dara membaca sembari menangis karena mengingat neneknya yang belum lama ini tiada.

        Selesai membaca 3 kali, Dara berdzikir dan berdo’a untuk keluarganya dialam barzah. Dara begitu khusyuk membaca sederetan do’a. Sementara itu, dibalik pintu kamar Dara, Tante Mia, orang yang selama ini merawat Dara mendengarkan betapa harunya bacaan yang Dara lantunkan. Tak sangka Tante Mia menitihkan air mata.

        “Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, Wa fil aakhirati hasanah, Wa qinaa ‘adzaa bannaar, Amin...” Dara menyudahi do’ana hingga sadar bahwa sedari tadi ada tante Mia.

        Tante Mia membuka pintu kamar Dara lebar-lebar lalu masuk dan memeluk keponakannya itu. Tante Dara adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Dara saat ini. Setelah Ayah dan Ibunya bercerai, setelah neneknya meninggal, hanya Tante Mia yang peduli dengannya.

        “Tante kenapa nangis ?” , Dara mencoba untuk menenangkan Tantenya.

        “Ah.... engga apa-apa kok ndok. Hari ini kita akan pindah ke kota, supaya sekolahmu juga nggak terlalu jauh. Beres-beres ya ...” jawab Tante Mia,  dan menyampaikan maksudnya.

        Dara terdiam, Ia justru memeluk Tantenya ketika Tante Mia akan melepas peluknya. Dara menangis padahal sebelumnya tak pernah ia menangis dihadapan orang lain. Tante Mia merasa, Dara tak suka jika ia ajak pindah ke kota. Tapi rencana telah dibuat dan Tante Mia tak dapat mengubahnya lagi.

        “Duduk dulu, nak ...” pinta Tante Mia, Dara pun duduk disamping Tantenya, peluknya pun tak lepas.

        Hening ... hanya tangis Dara yang terdengar. Hingga lama kemudian, Dara melepas peluknya kemudian membereskan semua baju dan barang-barang berharga miliknya dengan wajah sedih. Tante Mia yang melihat keponakannya bersikap seperti itu hanya bisa diam dan menunggu.

        “Udah, Tante ...” ucap Dara akhirnya, setelah ia mengemas seluruh barang miliknya.

        “Sebenarnya Tante tidak memaksa kamu, ndok. Tapi Tante hanya mengusahakan yang terbaik untuk keponakan Tante ..” ucap Tante Mia untuk mencairkan suasana.

        Mendengar perkataan Tante Mia, Dara pun menangis kembali. Tapi kemudian Dara menjadi sadar, dan ikhlas melakukan semuanya. Walau dia harus meninggalkan tempat kelahirannya, tempat dimana banyak kenangan dalam hidupnya, tapi Dara akan selalu tersenyum dan ikhlas. Dara dan Tante Mia berangkat ke kota pagi itu juga karena tiket sudah dibeli. Dara menikmati perjalanannya dengan penuh kesedihan.

***

 Bagian 2

        Jam istirahat tiba, semua murid berhamburan. Ada yang tetap dikelas, ada juga yang di kantin, sebagian di perpus untuk membaca atau sekadar melihat-lihat, ada juga yang di taman belakang sekolah. Salah satunya Tian, pengagum sang Dara.

       Sudah emnjadi langganan, Tian selalu datang setiap hari ke taman untuk melihat dan engamati sang pujaan hati. Namun tak seperti biasanya, padahal sudah 10 menit lalu Tian menunggu, Dara tak muncul juga.

    “Sudah hampir masuk, kok Dara nggak kelihatan juga ya ..?” Tian berbicara sendiri dibalik pohon.        

        Tiba-tiba seorang laki-laki seumuran Tian datang dan mengagetkannya.

        “Tian ! ! !” laki-laki itu menepuk punggung Tian, dia Arya teman sebangku Tian di kelas.

     “Haduh ...” Tian mengurut dada. “Apaan sih kamu? Ngagetin aja. Untung aku ngga punya penyakitjantung. Kalau aku jantungan gimana ? nggak sadarkan diri trus meninggal gimana ?”

        “Alah ... gitu aja juga. Eh ... kamu lagi cari siapa sih ?” tanya Arya penasaran.

        “Kenapa ?” jawab Tian

        “Engga ... soalnya dari tadi aku lihat kamu nginip-ngintip gitu. Siapa sih ?” jelas Arya sambil mengedipkan matanya, Tian tertawa terbahak melihat tingkah temannya.

     “Kamu lucu banget ya, gokil tau nggak !” Tian makin tertawa tapi kemudian ia menjerit kesakitan “Awwww..... sakit tau !”.

        “Lha kamu sih, ada yang salah sama aku ?” Arya cemberut dan membelakangi Tian.

        “Nggak kok .. Eh, ya aku boleh curhat nggak ? Secara kan kita udah sahabatan lama tuh ...”

        “Boleh ... cerita apaan ?” jawab Arya antusias.

        “Tapi jangan bilang siapa-siapa ya .. Awas kamu kalau bilang !” Tian mulai bercerita dan Arya hanya mengangguk. Hingga bel masuk terdengar dan mereka pun masuk ke kelas.

***

 Bagian 3

Pukul 09.30 di Terminal.

        Dara dan Tante Mia selesai beristirahat dan akan segera menuju kerumah barunya. Dara rasanya sudah tidak sabar. Bagaimana hasil yang ia dapat setelah meninggalkan istana kecilnya di desa.

      Tante Mia masih tampak sibuk dengan handphone nya. Dara pun hanya diam, melihat sekeliling sambil menunggu instruksi dari Tante Mia.

         “Dara ... kita sudah ditunggu diseberang sana” Tante Mia menunjuk sebuah mobil hitaam yang begitu mewah di seberang jalan.

        “Itu ... apa tante ?” Dara tak mengerti maksud Tante Mia.

        “Sudah ... ayo ikut. Nanti kamu juga akan tahu sendiri kok” ajak Tante Mia.

      Kemudian keduanya berjalan dan masuk ke dalam mobil. Tak ada siapa-siapa disana, hanya supir yang siap mengemudikan mobil itu. Dara semakin penasaran. Sementara itu, Tante Mia tersenyum melihat Dara yang bingung. Mobil pun melaju kencang setelah diperintahkan oleh Tante Dara.

       Sepanjang perjalanan, Dara hanya diam saja, begitu pula Tante Mia. Begitu pula Tante Mia. Dara sebenarnya ingin bertanya namun ia tak punya cukup nyali. Hingga perjalanan berakhir disebuah bangunan megah dengan 2 lantai berwarna biru putih didepan Dara.

        “Dara ... ayo turun, nak ... !” ajak Tante Mia, Dara pun mengikuti tanpa berkata.

       “Subhanallah ... Rumah yang begitu indah pekarangannya asri dengan bunga berwarna-warni. Merah, kuning, hijau, semuanya ada. Gedungnya pun bagus sekali. Sungguh Maha Besar Allah  yang menciptakan segala sesuatu” pikir dan batin Dara.

       Dara dan Tante Mia berjalan berdampingan. Jalan panjang menuju rumah itu membuat Dara serasa berada di karpet merah, bak para pejabat saja.

      Tiba-tiba, seseorang membuka pintu ketika Dara dan Tante Mia akan sampai. Begitu terkejutnya Dara saat itu, akhirnya Allah mengabulkan semua do’a - do’anya. Ibunda tercinta kini telah berada dihadapannya.

       “Bunda ...” panggil Dara sambil berlari menuju Ibunda tercinta, mereka berpelukan erat.

     Sementara Tante Mia hanya memandang keduanya penuh haru. Sesekali Tante Mia meneteskan air mata kebahagiaan. Tak dapat dilukiskan betapa ketiganya berbahagia.

Ini Hidupku !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang