“LEON SEMANGAT!”
“AYO LEON BISA YOK! BISA!”
“LEON I LOVE YOU!”
“LEON .... LEON!”
Arlina berteriak-teriak seperti orang kesetanan. Seluruh teman sekelasnya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Arlina yang tidak tahu diri. Sejak kelas sepuluh Arlina terus-menerus mengejar cintanya Leon. Tetapi kakak kelasnya itu sama sekali tidak pernah merespon Arlina atau membuat celah untuk masuk ke dalam hatinya.
Dari kejauhan terlihat Leon yang lincah bermain basket. Hal itu membuat Arlina kegirangan untuk meneriakinya lagi, lagi dan lagi. Capek memang, tetapi Arlina akan berusaha sampai dia bilang, 'Arlina lelah'. Dan kata itu sepertinya belum dikatakannya sampai saat ini.
Natalia memberikan air minum kepada sahabatnya. “Aduh Arlina, lo nggak capek apa dari tadi teriak-teriak terus? Nih ya, gue aja yang duduk dari tadi sampe sekarang aja udah capek banget.”
Arlina menoleh ke arah Natalia yang berada di sebelahnya. “Untuk ayang Leon, apasih yang capek. Malahan gue rela dijemur seharian demi kasih support buat dia.”
Natalia memijit pelipisnya yang terasa sakit. Mendengar teriakan Arlina membuat kepalanya hampir pecah. Apalagi setelah mendengar jawaban Arlina yang terlewat percaya diri.
“Mau sampai kapan sih lo nyerah ngejar-ngejar Leon? Please Arlin, lo itu cantik. Banyak yang mau sama lo, bahkan Daksa yang dibilang cowok kalem dan ganteng seantero sekolah aja lo tolak. Dah sinting ya lo,” omel Natalia sudah lelah menemani Arlina yang terus saja mengejar Leon tanpa jeda.
“Kan gue udah bilang. Selagi Leon masih nggak punya gandengan, gue pepet terus tuh cowok. Lagian Leon cinta pertama gue, dan gue yakin, gue bisa naklukin dia suatu saat nanti.” Tekad Arlina terlalu kuat untuk mendapatkan cintanya. Sehingga hampir satu tahun lebih ia mengejar Leon yang notabenenya kakak kelas tersangar.
Natalia menghembuskan nafasnya lelah. “Emang apa sih yang lo lihat dari Leon? Menurut gue Leon itu kejam, sangar, galak, sinis, pengancam, dan keras kepala. Please deh Arlina! Lo move'on dari dia!”
Arlina terdiam sejenak. Lalu sedetik kemudian ia tersenyum manis, memandang Leon yang masih bertanding basket, tanpa senyuman atau pun ekspresi apapun.
“Dan semuanya gue suka. Leon itu berbeda dengan yang lain. Lagian gue suka yang namanya kekerasan.” Natalia hampir saja ingin mati mendengar jawaban Arlina yang terlewat bodoh.
“Lo tuh terlalu terobsesi sama Leon. Nggak ngerti lagi dah gue,” ucap Natalia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Arlina tak menjawab. Perempuan keras kepala ini beranjak dari duduknya berniat untuk memberikan Leon minuman. Namun ternyata ia kalah cepat karena Leon sudah meminum minuman temannya terlebih dahulu.
“Hay, Leon!” sapa Arlina tersebut manis.
Leon menatapnya datar. “Ngapain?!”
Arlina memberikan air mineral ke arah Leon. “Buat kamu, aku tahu kamu haus 'kan?”
Leon tak menjawab. Ia malah pergi mengabaikan minuman yang diberikan oleh Arlina. Seprian-- teman dekat Leon mengambil minuman tersebut.
“Ehh biar gue aja yang kasih. Btw makasih ya Arlina, lo bae bener jadi cewek,” ucap Septian mencoba menghibur Arlina yang terlihat murung.
Arlina tersenyum paksa ke arah Septian. Meninggalkan lapangan dengan mata yang memerah menahan tangis. Lagi-lagi perjuangannya dihiraukan oleh Leon, padahal suaranya saja hampir habis karena ingin mendengar respon Leon yang berterimakasih kepadanya atau pun kata-kata lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH KEJAR [SELESAI]
Teen FictionArlina Fatnan Mixcel. Tergila-gila dengan seorang kakak kelas yang bernama Nandoleon Pratama Welington. Dari kelas sepuluh hingga saat ini, ia terus mengejar cinta Leon. Namun Leon sama sekali tidak menoleh atau pun merespon pernyataannya itu. Dari...