19.

916 104 15
                                    

Dua hari sudah berlalu, sejak kepulangan Arlina dari puncak. Kini ia sudah masuk sekolah seperti biasanya. Sejak kemarin malam, Arlina mengacuhkan para kakak-kakaknya karena tidak mau meminta maaf kepada Leon.

“Dek, mau sampai kapan sih lo marah dingin kayak gini?” tanya Alvin sudah lelah membujuk Arlina untuk meminta maaf darinya.

“Sampai kakak mau minta maaf sama Leon,” ketus Arlina berjalan cepat tanpa memperdulikan ketiga kakaknya yang mengejarnya sampai ke tengah-tengah lapangan.

“Sampai kapanpun gue nggak sudi minta maaf sama bajingan kayak dia.” Tegas Alvin menatap adiknya tajam.

Arlina menyipitkan matanya sinis. “Terserah sih, kalau mau maaf dari Arlina, kakak juga harus minta maaf sama kak Leon. Kalo nggak, ya udah.”

Arlina berlalu meninggalkan Alvin yang menonjok perut Alvan karena kesal. Alvan yang belum mempunyai aba-aba pun hanya bisa meringis kesakitan.

“Bangsat!” umpatnya meninggalkan lapangan.

“Lo yang bangsat!” teriak Alvan memegangi perutnya.

******

Leon tengah duduk bersama Lauren di bangku kelasnya. Perjodohan antara Leon dan Lauren bukan keinginan dirinya melainkan keinginan sang nenek. Tetapi Leon punya misi untuk mengeluarkan Lauren dari hidupnya. Karena Lauren pernah menipulasi kasus pembunuhan pamannya dua tahun yang lalu.

“Ren, pinjem handphone,” ucap Leon singkat.

Dengan senang hati Lauren menyerahkan handponenya kepada Leon. “Apasih yang nggak buat kamu Yon.”

Leon tersenyum sinis. Mengutak-atik handphone Lauren sebentar, lalu menyerahkannya kepada sang pemilik secara kasar.

“Pulang sekolah gue ada rapat Osis. Lo pulang duluan aja sama Septian atau Tarjo,” ucap Leon memfokuskan pandangannya ke depan.

Lauren mengernyitkan dahinya bingung. “Kenapa harus mereka sih, aku nunggu kamu aja oke.”

Leon menatap Lauren jijik. Sebenarnya ia sangat ingin terhindar dari Lauren yang suka bermanja-manja dengannya. Tetapi karena misinya belum selesai. Leon harus tetap bertahan di samping Lauren hingga semua rencananya terpenuhi.

Sebentar lagi, semua kebusukan lo bakalan terbongkar. Nikmati gue sebelum gue hempas lo jauh-jauh dari muka bumi ini- batin Leon.

“Ehhh Yon, liat deh. Kok Arlina bisa deket sama si cupu sih sekarang-sekarang, apa dia udah move'on dari lo?” celetuk Tarjo saat melihat Arlina dan Doni berjalan beriringan ke arah kantin.

Kedua tangan Leon tiba-tiba terkepal erat. “Gue nggak peduli.”

Bohong! Apa yang dikatakannya hanyalah kebohongan, buktinya Leon cemburu melihat kedekatan adiknya bersama Arlina. Tedjo dan Septian menganggukkan kepalanya.

“Bagus juga sih kalau Arlina udah berpaling ke si cupu. Jadi lo nggak ada urusan lagi sama tuh cewek. Dan lebih enaknya lagi, hidup lo nggak bakalan keganggu,” timpal Septian membuat Leon membisu.

Sedangkan dari kejauhan sana. Lebih tepatnya di karidor sekolah, terlihat Arlina dan Doni yang tengah tertawa. Banyak pasang mata yang bisik-bisik sambil menatapnya terheran. Namun Arlina hanya menganggapnya angin lewat.

“Sumpah! Demi apa? Jadi Leon itu nggak beneran sama Lauren!” teriak Arlina kaget.

Doni membekap mulut Arlina kencang. “Suutttt! Lo nggak boleh kenceng-kenceng ngomongnya, ntar semua orang bakalan tau kalau Leon sama Lauren itu cuma tunangan bohongan.”

SALAH KEJAR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang