Bab 1 - The Beginning (Cetak Version)

919 38 7
                                    

Menara Tedjaputra Technologies, 23 Desember 2014

Hujan deras yang mengguyur Jakarta malam itu membuat Danu memilih untuk tetap tinggal di ruangannya. Ia menoleh singkat untuk melihat jam dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Harusnya sebentar lagi, batin Danu mantap. Ia menunggu dalam diam di sofa tengah ruangan sambil memandang ke jendela, menikmati suara percikan air hujan yang menerpa jendela lantai  30 tempatnya berada saat ini. Benar saja, sesaat kemudian pintu ruang kerjanya diketuk dan tanpa menunggu jawaban Danu, seorang pria sudah memasuki ruangan.

Ia melihat pria itu menghampiri, sisa air hujan menetes dari raincoat hitam yang dikenakannya dan membasahi lantai seiring langkah kaki pria itu, kemudian pria itu duduk tepat di seberang sofa sambil melempar sebuah amplop coklat tebal ke meja bundar yang memisahkan mereka saat ini.

“Kapan kau bisa datang tanpa memasang raut wajah kesal?,” Danu tersenyum tertahan saat melihat Bastian yang setengah basah kuyup menekuk wajahnya sambil menggumam sesuatu yang tidak bisa ia dengar. “Mau kubuatkan teh panas? Atau air jahe?”

Tatapan Bastian membuat Danu tidak bisa lagi menahan tawa, ia meraih amplop di meja, membuka dokumen itu dan mulai sibuk membaca isinya. Sedangkan Bastian sudah beranjak ke arah pantry kecil yang terdapat di sudut ruang kerja Danu untuk membuat teh jahe hangat versinya.

“Apa aku sudah boleh bertanya siapa yang sedang kuselidiki ini?” kata Bastian berdecak heran. “Jelas sekali keluarga itu sangat kacau.”

Danu hanya menggumam sebagai jawaban, perhatiannya masih terpusat pada tulisan-tulisan dan beberapa foto hasil pengamatan Bastian, sang Private Investigator andalannya.

Setelah beberapa saat, Danu kembali meletakkan berkas di meja dan menoleh ke arah Bastian untuk menjawab, “Kakak dan Ibu tiri Ella.”

Bastian yang saat itu sedang menyesap minumannya langsung tersedak, beranjak dari tempatnya sambil membawa cangkir kembali ke sofa untuk meminta penjelasan Danu lebih lanjut. “Kapan Paman menikah lagi?” tanyanya disertai batuk kecil.

Danu menggeleng, “Belum, rencana dua bulan lagi. Makanya aku memintamu untuk menyelidiki mereka. Ella sangat senang dan tidak berhenti membicarakan calon kakak barunya ini, bagaimana mungkin aku tidak curiga? Mereka muncul entah darimana dan Paman tidak berpikir panjang untuk menikahi wanita yang baru ditemuinya saat pergi dinas.”

“Wow... jadi? Bagaimana menurutmu setelah melihat laporanku?” tanya Bastian antusias, membuat Danu hanya bisa mendesah panjang.

“Ini akan sulit.” Ujarnya setelah jeda cukup panjang memikirkan jawaban apa yang tepat untuk anak buahnya itu.

***

Cuaca Sabtu siang itu sangat cerah, berbanding terbalik dengan perasaan Kyra setelah menerima sebuah pesan singkat di ponselnya. Ia mendesah panjang saat membaca pesan yang masuk. Hanya satu pesan, namun efeknya selalu sama bagi Kyra.

Tagihan.

Satu kata yang sudah melekat di kepala hampir sepanjang hidup Kyra dan entah sampai kapan kata itu akan menghantui hari-harinya.

“Hello, Earth to Kyra!” panggil Galih sambil melambaikan tangannya di depan wajah Kyra, kebiasaan pria itu saat mendapati pegawai kesayangannya mulai menghilang ke dalam dunianya sendiri.

Cinderella's StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang