[01/?]

450 56 2
                                    

Peringatan!
⚠ Konten Dewasa

Ini sekadar musim panas yang amat panas, dan untungnya setiap kamar memiliki pendingin ruangan. Namun malam itu entah mengapa AC milik Keigo mati, padahal bulan sedang tinggi. Dengan terpaksa ia membuka jendela sembari menghubungi Mayumi melalui pesan, berniat menyelesaikan tugas yang harus dikumpulkan besok.

Sang kawan memang selalu tidur lebih awal, tetapi telinga sensitif Mayumi mudah menangkap suara sekecil apa pun. Dan balasan itu secepat kilat datang.

Mayu
Ya

Keigo lekas membawa laptopnya keluar kamar, menuju ruang tidur Mayumi di pojok seberang.

"Maaf menganggu, Mayu," Keigo duduk di bawah AC, membelakangi pintu kaca yang gordennya terbuka agar cahaya bulan dapat menerangi kegiatannya, sementara Mayumi bisa melanjutkan tidurnya.

Mayumi mengangguk seadanya. Selanjutnya ia kembali ke kasur dengan terusan tidur yang tipis dan punggung rendah, sebelum tubuh kurus itu ditutup oleh selimut tebal.

Menyaksikannya, Keigo merasa alisnya berkedut. "Kau sudah menyelesaikan tugasmu?"

"Hmm."

"Benar 'kah? Aku mau melihatnya."

Mayumi membuka mata, melirik Keigo. "Berani membayar berapa?" tanyanya, parau.

Mau tak mau Keigo mengerutkan kening, menaikkan sebelah alis. "Besok aku traktir makan siang."

Mayumi termangu, berakhir setuju.

Dengan lunglai Mayumi bangkit dari kasurnya, berjalan menuju tas yang digantung pada lemari bajunya, dan mengambil tugas yang bahkan sudah dalam versi cetaknya.

Ia duduk di sebelah Keigo, memamerkan kerja kerasnya. "Aku harap ini memuaskanmu," ujar Mayumi, lalu berbaring miring di atas karpet bulunya.

Keigo mengambil alih tugas tersebut, kemudian membaca kata demi kata sembari berusaha mengalihkan pandangan dari tubuh layu sang kawan. Masing-masing dari tujuh sayap peri kanan dan kiri Mayumi membengkok ke bawah, sedang tak berenergi dan memang sangat lelah akibat kelas olahraga hari ini.

Keigo menatap paha Mayumi yang terbuka, lantas menegurnya. "Tidak berselimut?"

Sontak Mayumi mengangkat kelopak mata, bangkit dan mengambil selimut sebelum berbaring lagi dengan posisi sebaliknya—kepala di sisi Keigo yang termangu.

"Kau bisa tidur di kasurmu lagi, Mayu."

"Hmm, di sini juga enak ... mau bergabung ...?"

"Aku laki-laki."

Mayumi mengerutkan kening, mengangkat kepalanya sedikit. "Aku juga tahu itu ...?" gumamnya, heran.

Keigo tak membalas lagi, pilih mengerjakan tugasnya kembali.

Tugas Mayumi tidak pernah jelek. Ia pintar. Pertanyaan seputar dunia pahlawan pun dapat dijawabnya dengan bijak dan tepat. Urusan ujian tertulis, Mayumi memang lebih unggul dari Keigo. Tetapi kalau ujian praktik, tidak ada yang lebih payah selain Mayumi.

Pendidikan yang dibuat secara khusus untuk agen berbakat dari Komisi Pahlawan Keamanan Publik adalah tempat di mana Keigo dan Mayumi tinggal. Keduanya dilatih untuk menjadi pahlawan profesional tanpa perlu mengikuti sekolah formal semacam U.A., Shiketsu, dll..

Sidekick Criminal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang