23. Temps

5K 649 101
                                    

"Hal yang pasti Allah takdir kan untuk bertemu selain jodoh, adalah
kematian."

-Arhesa Hanum Hanania A

***

Setelah membunuh Feby, dengan cepat Darrel kembali membawa Arhesa di dekapannya, melangkah keluar dari ruangan yang memiliki bau khas obat-obatan. 

Beruntunglah luka yang ada di lengan Arhesa dibalut dengan rapi oleh Feby, dokter muda yang sebelumnya Leon panggil tetapi gadis itu juga mati di tangan Darrel.

Helaan nafas lega terdengar, Jika saja luka itu masih terbuka, mungkin setiap Arhesa berpindah tempat akan kembali mengeluarkan darah segar, dan itu semua akan membuat Darrel kembali murka.

Diluar ruangan terlihat sangat sepi, tidak ada lagi orang yang mondar-mandir seperti sebelumnya, koridor rumah sakit saat ini layaknya kuburan. Suara tembakan Darrel yang memekik telinga membuat setiap pengunjung ketakutan, mereka mencari tempat untuk bersembunyi.

Mereka tidak ingin menjadi korban selanjutnya, mereka juga tau siapa Darrel. Pria iblis, rumor yang beredar jika Darrel seorang mafia sudah tersebar. Mereka jelas percaya, Darrel seperti raja di Paris, raja kematian.

Satu nyawa sudah Darrel habiskan dengan mudah, tidak ingin mengambil resiko lebih besar lagi, semua pihak lebih baik menyingkir. Pihak rumah sakit juga tidak bisa mengambil tindakan jika yang mereka hadapi saat ini adalah Darrel Constantine.

Seseorang yang terkenal bukan hanya kesuksesan bisnis yang mendunia, tetapi juga masalah menghilangkan nyawa dengan mudah. Darrel dikenal sebagai ange de la mor, yang dalam bahasa Prancis adalah malaikat maut.

Tidak heran jika Darrel di anggap sebagai malaikat maut, ia menyiksa dengan sangat tragis. Haus darah, dan tak ada penyesalan satupun. Yang ia inginkan hanya balas dendam dan balas dendam, masyarakat pun berharap jika dendam itu terbalas Darrel akan berhenti.

Jam sudah menunjukkan angka 04:28 dini hari. Matahari sebentar lagi juga akan terbit.
Darrel masih sibuk dengan tubuh Arhesa yang menggigil kedinginan, jas yang Darrel berikan bahkan tidak membuat gadis digendongnya membaik.

"Kak, Kev. A-arhesa ka-kangen!"

Arhesa mengigau, ia menyebut nama kakak laki-lakinya, seorang laki-laki yang ia cintai setelah sang Abi. Sebelumnya Arhesa juga sudah di beri suntikan, keadaannya cukup membaik tetapi tidak semua.

Penyakit yang ada di tubuhnya masih berkembang, tidak ada yang tau kecuali Haisha. Gadis cantik itu, ia tau apa yang Arhesa alami. Penderitaan Arhesa, seorang gadis yang bergantung pada kemoterapi dan obat-obatan.

Darrel mendecih, siapa pria yang gadisnya sebutkan tadi? Kev? Siapa lagi dia? Dirinya sudah membunuh Barra, apa harus ada korban lagi selanjutnya? Jika memang ada lelaki lain di sisi Arhesa, maka ia siap membunuh satu lagi.

Darrel takut, untuk pertama kalinya ia merasakan sesak ketika seseorang lemah seperti saat ini. Ia takut kehilangan Arhesa, ia takut gadis itu pergi, sedalam apa Arhesa menyelam ke hatinya? Ia tidak tau, yang dirinya inginkan hanya Arhesa ada di sampingnya sekarang ataupun di masa depan.

Keadaan Arhesa semakin lemah, namun Darrel sudah membunuh Feby, tidak ada dokter lagi yang bisa membantu. Para dokter juga sudah bersembunyi, karena mereka takut dengan Darrel.

Nyawa mereka harus terselamatkan, begitulah pemikiran mereka. Jika saja Darrel tidak memperhatikan Arhesa, mungkin ia akan membunuh seluruh nyawa yang ada di rumah sakit karena emosinya benar-benar diujung tanduk.

Arhesa [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang