02 🍊

991 146 11
                                    

Minho mengatur nafasnya selagi kakinya terus berlari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho mengatur nafasnya selagi kakinya terus berlari. Sudah menjadi kegiatan rutin di minggu paginya untuk selalu berjoging.

Dengan earphone yang terpasang di telinga, Minho terus menikmati kegiatannya. Sampai tak sengaja matanya menangkap sosok pemuda bertubuh mungil yang tengah berjongkok di hadapan seorang anak yang memegang balon di tangannya.

Tak ingin menyapa, Minho melewati tubuh itu begitu saja. Ia tak mungkin membiarkan Jisung mengacaukan ketenangan di minggu paginya.

"Huwaaa eomma!"

Namun tangisan anak itu membuat Minho menghentikan kakinya. Berbalik dan melihat Jisung yang seperti mencoba menenangkan anak itu.

Kurang ajar sekali jika Minho masih tetap berdiam diri tanpa membantu Jisung. Dan akhirnya pemuda itu berbalik menghampiri Jisung dan juga anak tersebut.

"Bagaimana ini, aku tidak tau dimana eomma mu."

"Kenapa?"

Jisung dan anak itu menoleh, menengadah menatap Minho yang memasang wajah datar, dan sukses membuat anak itu kembali menangis.

"Huwaaaa eomma! Jeongin takutt! Seremm!"

Jisung semakin panik lalu memeluk bocah itu. "Cup cup cup, jangan nangis. Paman itu emang seram tapi dia baik kok."

Minho berdecih. Dia memuji atau menghina? Dan apa tadi? Paman? Apa dia se tua itu?

"Dimana eommanya?" Tanya Minho membuat Jisung menatapnya kesal.

"Mana aku tau, bodoh."

Lihat!

Lihat, bagaimana Jisung mengatainya bodoh. Pemuda itu sudah berani ternyata. "Coba tanya dimana terakhir kali dia bersama eommanya."

"Tadi dia bilang mereka sedang membeli kue di toko. Lalu dia malah keluar mengejar kucing."

Minho merengut bingung. Di toko kue, ada kucing?

"Toko kue itu?" Minho menunjuk salah satu toko yang ada di ujung jalan. Dan anak itu mengangguk meng iya kan. Ya Tuhan, Minho sudah lelah dengan kebodohan Jisung, padahal pemuda itu mendapat peringkat bagus tapi kenapa ... Ah sudahlah.

"Kau tadi di toko itu?" Tanya ulang Jisung seraya menghapus lembut air mata anak tersebut.

"Jeongin takut, ada banyak mobil, hiks."

"Yasudah ayo biar aku antar." Jisung meraih tangan anak itu berniat mengantarkannya, namun tiba-tiba ada seorang wanita yang berlari ke arah mereka.

"Jeongin!"

"Eomma!"

Anak itu melepaskan tangan Jisung dan berlari menghampiri eommanya.

"Drama sekali." Batin Minho saat melihat kedua anak dan ibu itu saling berpelukan.

"Lain kali jangan jauh-jauh dari eomma, nee?"

"Nee, Mian eomma. Tapi untung saja Jeongin bertemu kakak baik." Anak itu menunjuk Jisung yang membungkuk hormat pada wanita tersebut.

"Ya ampun, makasih banyak ya, nak."

"Hehe tidak masalah." Jisung menggaruk kepalanya malu.

"Tunggu eomma." Anak itu berlari menghampiri Jisung dan menyerahkan balon yang di pegangnya pada Jisung. "Ini untuk kakak. Terimakasih." Ucapnya dengan riang.

"Terimakasih kembali, sayang." Jisung mengusak rambut anak tersebut sebelumnya dia berlari kembali pada sang eomma. Keduanya melambai sebagai perpisahan, begitupun dengan Jisung.







"Bodoh."

Jisung menoleh, melihat Minho yang kembali berlari dari sana setelah mengatai Jisung bodoh.

"Apanya yang bodoh?" Pikir Jisung lalu mengejar Minho. "Sayang, tunggu!"

"Jangan mengikutiku."

Jisung berdecak kesal lalu menarik tangan Minho membuat pemuda itu berhenti. "Kau tak merindukanku?"

"Tidak pernah."

"Yaak!"

Minho melanjutkan langkanya, mengabaikan Jisung yang masih berada di sampingnya.

"Kenapa kau mengatai ku bodoh barusan?"

"Karena memang ku bodoh. Toko kue disini hanya ada satu, harusnya kau langsung tau dan mengantarkan anak itu kesana."

"Tapi aku tidak tau." Jawab Jisung seadanya, membuat Minho lagi-lagi bernafas malas. "Aku baru satu tahun tinggal disini. Belum kenal dengan semua tempat yang ada di kota ini." Lanjutnya.

Minho tetap diam, lagipula ia sama sekali tak menanyakan itu.

"Ngomong-ngomong, anak tadi lucu ya."

"Iya lucu, tidak sepertimu yang menyebalkan." Minho berlari kencang meninggalkan Jisung yang berteriak keras ke arahnya.

"MINHO!"

Sedikit berbalik untuk melihat pemuda menjengkelkan itu.

"I LOVE YOU!"

Minho sama sekali tak menanggapinya, tapi ada seulas senyum yang samar-samar tercetak di bibir itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔︎] Tupai Gila |ᵐⁱⁿˢᵘⁿᵍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang