🖤
Clare berjalan mengekori Leo menuju ruang bermain billiard. Pasangan itu masuk dengan perasaan berkecamuk. Si cowok masih terkejut mengetahui calon istrinya keturunan keluarga berdarah dingin, sementara si cewek jengkel menghadapi calon suaminya yang keras kepala tetap ingin bersamanya.
Laura cepat-cepat mencari kesempatan duduk disamping Leo yang mulai menyalakan rokoknya, sementara Clare hanya tersenyum mengejek sambil berjalan ke arah Yoga, Ricky, dan Adrian yang sedang bermain billiard. Mereka bertiga melotot melihat Clare menyingkirkan bola-bola itu lalu ia berbaring di meja billiad.
"Woy, Cla! Minggir napa!" usir Adrian.
Ricky melempar jasnya di wajah Clare, "Kita jadi harus ngulang!"
Dengan kesal Clare membanting jas milik Ricky ke lantai, ia kembali berbaring santai. "Berhenti mainnya, gue lagi kesel."
Yoga dan sahabat-sahabat perempuan Clare hanya terkekeh geli.
"Tolong ngertiin Clare ya," Sherin menarik Ricky duduk.
"Iya, She, iya."
"Ngalah, Adrian." tegur Rissa.
"Dikit lagi aku menang, Riss." Mata Adrian menatap kesal Clare, "Bener-bener lo ya, Cla. Lo sama Leo yang bertengkar, kita bertiga yang kena!"
"Gue sama Leo gak bertengkar. Kita putus." balas Clare.
Leo menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Ugh, kenapa seksi sekali dimata Laura? Ia mendadak tergiur ingin kembali bersama Leo, terlebih lagi Clare bilang tidak ada hubungan.
Bagus, bukan?
"Serius lo? Terus bayi lo gimana?" tanya Rissa, bahkan mata Adam dan Vanya sudah melirik sengit Leo.
"Gue kan punya Brahms." Clare mengganti posisinya menjadi duduk. Ia menatap Laura rendah, "Jadi lo punya peluang."
Laura menyunggingkan senyum, "Beneran?"
"Gue gak bercanda." Bitch.
Semua sahabat Clare terkesiap, termasuk Adam. Mereka beralih pada Leo seolah meminta jawaban atas ucapan Clare, tapi cowok itu malah fokus memandangi calon istrinya yang begitu menggairahkan.
"Tapi tunggu." Clare mengangkat tangan di udara, kaki jenjangnya menyilang seksi. "Semua itu tergantung Leo. Kalo Leo gak mau sama lo dan tetep mau sama gue, itu sih derita lo."
"Jadi lo ngejek gue karena gue belum tentu bisa dapetin Leo lagi gitu?!" bentak Laura. "Emang apa bagusnya elo dimata Leo? Bagus juga gue! Apalagi lo hamil, pasti jelek banget tuh badan lo!"
Gila. Adam dan sahabat Clare tak habis pikir. Clare dihina seperti itu dan ia masih bisa tersenyum manis?
Clare turun dari meja billiard, duduk dipangkuan Leo hingga ia refleks menegak dan menyingkirkan rokoknya agar tidak mengenai tubuh mulus itu. Mata coklat Clare menatap Leo lekat, bibirnya mendekat untuk berbisik diantara Leo dan Laura meskipun suaranya tetap terdengar lantang. "Tapi cewek yang hamil itu lebih menggoda dimata orang yang menghamilinya. Bukan begitu, papa?"
Adrian dan Rissa menyeringai kecil, ternyata ini sifat Clare jika darah Carter mengalir padanya. Ia bisa mengatur orang yang cocok untuk terkena damprat darinya.
Dan oh, Clare tahu sekali betapa tersiksanya kejantanan Leo saat mendengar cowok itu menggeram pelan. Terlebih panggilan 'papa' itu membuat tubuh Leo meremang.
"Dasar jalang." Laura menggertakkan giginya geram.
Clare meletakkan telunjuknya di bibir. "Shhh, jangan mengacau di sini, Laura. Mengacau-lah di pernikahan kami nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wildest of CLARE
Romansa"Ketika keramahannya berubah liar saat dihadapkan dengan masa lalu." Claretta Alessia Rayan. Perempuan yang pergi menjauhi masa lalunya bersama sahabat yang sama-sama tersakiti ke San Francisco, ternyata tidak benar-benar bisa melupakan cinta pertam...