Keringat jagung mulai membasahi seluruh dahi Bella. Keringat mengalir dari sela-sela rambutnya hingga turun membasahi baju yang dia kenakan. Nafasnya terengah-engah karena kelelahan setelah berlari dengan jarak yang cukup jauh. Sungguh hari ini bukan hari yang baik untuk Bella.
Perut Bella mulai terasa sakit seperti sedang dililit oleh sesuatu. Bella meremas perutnya dengan kedua tangan sambil memandangi mobil bak yang semakin menjauh. Bella berpikir bahwa dia tidak akan bisa mengejar mobil yang sudah jauh melaju di depannya. Saat ini badan Bella membungkuk dan kedua tangannya diletakkan pada lutut. Hal selanjutnya yang dilakukan oleh Bella adalah menarik nafas yang sangat dalam dan panjang.
"AAAHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!"
Bella mengeluarkan seluruh nafasnya dengan cara berteriak sekencang-kencangnya. Pada saat berteriak posisi kepalanya masih menghadap ke bawah ke arah jalanan beraspal. Bella merasa sangat frustrasi hingga tidak memedulikan keadaan sekitarnya. Beruntungnya keadaan jalan saat itu sangat sepi dan tidak ada orang yang terlihat. Bahkan Bella dapat berdiri di tengah jalan raya tanpa ada kendaraan yang merasa terganggu.
Masih dengan posisi membungkuk, paru-paru Bella bekerja dengan sangat cepat. Dadanya berkembang kempis, berusaha untuk mengatur irama nafasnya menjadi normal kembali. Rambut Bella berantakan menutupi seluruh penglihatannya.
Terdengar dari arah belakang, suara mesin mobil sedang melaju dengan cepat. Anehnya mobil tersebut tidak melambat dan membunyikan suara klakson agar Bella menepi dari tengah jalan. Mobil itu tetap melaju kencang dan akhirnya berhenti di sebelah bagian kiri Bella dengan bunyi rem mendadak yang berdecit. Bella menoleh ke arah mobil dengan rambut yang masih menutupi sebagian wajahnya.
Kaca mobil dari kursi pengemudi mulai diturunkan hingga terlihat siapa orang dibaliknya. Terdapat wajah Jasmin yang tidak bicara sepatah kata pun. Hanya dengan berupa goyangan kepala, Jasmin mengajak Bella untuk masuk ke dalam mobil. Pintu kanan mobil dibuka dan dapat dilihat ekspresi wajah teman-temannya yang sudah panik mengejar Bella.
"AYO BEL! AYO MASUK BEL! AYO BEL!"
Semua temannya bersahut-sahutan mengajak Bella untuk masuk ke dalam mobil sambil tangannya dikibas-kibaskan ke dalam. Bella segera masuk ke dalam mobil tanpa sedikitpun ragu.
BUUKKKK
Ditutup pintu mobil oleh Bella dengan sangat keras. Bella yang masih bernafas dengan terengah-engah merasakan sebuah colekan di pundak kirinya.
"Bel, tukeran tempat duduk dong. Ga enak gua cowok sendiri duduk di tengah begini."
Bella menggoyangkan pundak kirinya yang bermaksud untuk menolak permintaan Hendra.
"HAAHHHH!!! UDAH AYO CEPET JALAN MIN!!!" Ucap Bella sambil menepuk-nepuk sandaran kepala Jasmin.
"HAH APAANSI NDRA!! SANTAI AJA KALI NDRA!! IYA APAANSI NDRA!!" Seluruh teman-temannya pun mulai ikut silih berganti mengomentari permintaan Hendra. Hendra yang kalah suara hanya terdiam pasrah.
Pedal gas telah diinjak penuh oleh Jasmin. Pertanda dimulainya kisah pengejaran mobil bak berisi keranjang buah di hari itu. Bella terus menunjuk-nunjuk mobil bak berwarna hitam yang berada di depannya sambil terus memberi tahu Jasmin untuk mengejarnya. Keadaan di dalam mobil saat itu sangat ramai.
Sesekali Jasmin membanting setir mobilnya ke kanan dan ke kiri agar dapat menyalip mobil-mobil yang menghalangi misi pengejarannya. Terkadang Jasmin juga harus mengerem mendadak karena keadaan jalan mulai penuh kendaraan dan tidak sepi lagi. Tentu teman-temannya ikut ramai berteriak histeris setiap Jasmin menyetir secara ugal-ugalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Memori Abadi
HumorBagaimana rasanya menjadi satu-satunya seorang laki-laki pada sebuah circle pertemanan perempuan? Apakah menjadi sebuah privilege atau malah sebuah aib? Apakah setiap hari akan terasa menjadi seperti outsider atau pun misfit? Apa? Mengapa? Bagaimana...