Hari Ketiga : Misi Penyelamatan dan Pemberian Tumbal

24 22 6
                                    

Jangan lupa votement-nya, readers!

Happy reading!

___

Setelah hari kedua di dunia makanan, kini Andi Bio sedang berada di dalam istana. Raut wajah gusar dan bimbang tengah menyelimutinya. Terlalu banyak pertanyaan hingga laba-laba bisa bersarang di dalam sana, serta kekhawatiran pada hatinya.

"Tempatku bukan di sini, aku harus memikirkan jalan keluarnya. Kasian anak dan istriku pasti khawatir, ya aku harus keluar dari sini."

"Bukankah ini tempat ternyaman di dunia ini?" tanya salah seorang putri bernama Zara, adik dari putri Lita yang tetiba saja sudah berada di depan pintu. Entah dari mana datangnya gadis ini.

"Ini bukan tempatku. Aku mau pulang, aku mau bertemu anak dan istriku."

"Kau sudah beristri? Yah, kupikir kau masih bujang yang akan menyelamatkan diriku dari roh jahat," ucap Zara lesu.

"Kesatria? Kenapa harus aku?"

"Kau yang dikirim buku itu untuk menyelematkan kami. Jadi, bersiaplah." Zara berlalu meninggalkan Andi Bio seorang diri.

"Hey! Bersiap untuk apa?" teriak Andi Bio memenuhi seluruh ruang istana, "arghh!"

***

Di tempat yang tak jauh dari sebuah rumah, Zuzu sedang duduk di bawah pohon rindang dengan buku di tangannya. Sembari mengotak-atik dengan seksama. Bisa dihitung berapa kali dia mencoba membolak-balik benda tersebut.
Cuaca hari ini sangat bersahabat, tak mendung dan tak juga terlalu panas. Beberapa pasang mata sedang mengintai di seberang sana, tidak jauh dari Zuzu merehatkan diri sejenak.

Tiba-tiba gadis itu dikagetkan dengan kehadiran Yesi yang entah dari mana datangnya. Sudah pasti perdebatan pun terjadi.

"Ngira-ngira dong kalo datang, main duduk aja tanpa permisi. Salam kek, apa kek!" sarkas Zuzu naik darah.

"Gak usah nyolotlah. Santai!" ucap Yesi sembari beranjak, tapi bajunya ditarik oleh Zuzu.

"Duduk sini, gak usah ke mana-mana."

Yesi hanya menurut saja tanpa melakukan perlawanan.

Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba angin kencang datang dan menerbangkan benda disekitarnya. Kalau saja Zuzu dan Yesi tidak lari, mungkin saja mereka telah terbawa angin. Semua penghuni rumah bertebaran lari keluar.

"Ini angin apaan, ya? Kok kencang amat," ucap Anyra ketakutan.

"Anginlah," celetuk Kerbek tiba-tiba.

"Gak gitu konsepnya, Bek. Auh ah!" ucap Anyra sembari mengerucutkan bibir ke depan.

"Udah, udah, ini bukan waktunya buat berdebat." Ami melerai.

Angin kencang itu telah berhenti dan memorak-porandakan beberapa bangunan, yang hanya menyisakan rumah kediaman Babeh. Namun, sedikit terlihat berantakan.

Semua orang membersihkan puing-puing benda yang masih tersisa, tapi saat mereka tengah sibuk tiba-tiba saja buku dalam genggaman zuzu bergerak dan menariknya ke dalam ruangan yang gelap dengan pintu tertutup. Sembari terdengar suara tawa yang menggelegar pada telinga Zuzu.

"Hahaha. Kalian akan mati. Hahahah, hahahaha hahahaha!"

Dorr!

"A-ada apa ini? Kok tarikannya seperti magnet," ucap Zuzu menjauh dari buku itu.

Segerombolan anak FBAF tiba-tiba datang mengetuk pintu, mengkhawatirkan apa yang terjadi sebenarnya. Zuzu yang masih terheran-heran mencoba untuk membuka pintu.

"Zu, kau gak apa-apa? Tadi itu apa?" tanya Lita dengan semburat wajah khawatir.

Yang ditanya hanya menggeleng kepala.

"Eh, lihat! Bukunya terbuka dan mengeluarkan cahaya seperti fortal. Ayo, kita masuk bisa saja itu jalan kita untuk menyelamatkan Babeh." Belum beberapa langkah Tari berjalan, tangannya sudah dicekal oleh Yesi.

"Jangan!" cekal Yesi.

"Kenapa coba? Kamu gak mau menyelamatkan Babeh?" tanya Tari mengintrogasi.

"Udah, udah! Ini bukan saatnya untuk berdebat. Ayo, selamatkan Babeh. Yang gak mau pergi, tunggu saja di sini. Pantau keadaan jika sewaktu-waktu kepala desa datang menanyakan di mana Babeh berada," tutur Zara penuh penekanan.

Mereka semua mengangguk, kecuali Zuzu memilih diam memikirkan apa yang terjadi barusan.

Satu persatu masuk ke dalam buku itu. Ditarik, dan di bawa menuju perjalanan yang sulit dilalui, sebab ini menyangkut perihal bahagia tanpa jeda yang mengakibatkan mati di tangan orang-orang tersakiti.

"Jangan masuk ke sana, nanti kalian akan mati." Zuzu mencoba untuk memberi peringatan, tapi tak didengarkan.

"Ayo, Zu. Tenang! Takkan terjadi apa-apa selama kita bersama-sama," ajak Cery.

Bersambung ....

Holla, semoga kalian suka bagian cerita ini.

Jangan lupa votement-nya, readers! Jangan jadi pembaca gelap!

Nona Bakso
Family Bucin And Food

Selamat atau MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang