Hari kelima : Bertemu Babeh

2 5 1
                                    

Happy reading, Readers!
Jangan lupa votement-nya, ya

***

Tak terasa sudah lima hari. Di sebuah negeri yang asing penuh dengan banyak makanan. Satu persatu perlahan gugur. Akan tetapi, pencarian tidaklah berhenti di situ. Mereka masih mencari dan terus mencari tanpa kenal lelah.

Kini, mereka berada di depan sebuah rumah yang terlihat sangat ramah. Keadaannya tak terlalu mewah, tetapi mampu membuat melongo bagi siapa saja yang melihatnya. Di samping rumah itu, terletak sebuah pohon sangat rindang dan sekelilingnya ditumbuhi rerumputan liar. Selain itu, yang membuat lebih takjub adalah rumah berbahan dasar makanan.

"Aku pikir di negeri ini tak ada rumah, ternyata ada. Ayolah kita masuk istirahat sebentar, anggap rumah sendiri pun tak apa," ajak Zara berjalan lebih dulu, tapi terhenti karena ucapan Tera.

"Jangan coba-coba masuk. Bisa saja ini perangkap buat kita," ucap Tera memperingati.

Bukan Zara namanya, jika tak berlaku keras kepala, "Apa sih, lagian di sini nggak ada jebakan. Gak usah ngadi-ngadi, Kak Ter," balas Zara.

Tera yang telah memperingatinya, kini terlihat acuh. Di sisi lain seorang wanita berjubah tengah memperhatikan mereka dari jauh, senyum sinis timbul seketika di sudut bibirnya."Kalian akan masuk ke perangkapku."

Tiba-tiba pintu terbuka dan memperlihatkan seseorang berjubah hitam dengan senyum ramahnya, kemudian disusul tiga orang lainnya.

"Selamat datang keluargaku," sambut lelaki itu dengan ramah.

Semua berhamburan ke pelukannya ketika mengetahui suara di balik jubah hitam itu. Iya, dia adalah Babeh yang selama ini dicari-cari keberadaannya. Kecuali, Tera yang masih diam mematung memandang kosong ke arah mereka.

"Kak Ter, nggak mau peluk Babeh?" tanya Kerbek menyadarkan lamunan Tera.

Tera masih saja menatap heran, dia merasa tak asing dengan tempat ini."Tidak. Aku ngerasa itu bukan Babeh," balasnya sembari tetap waspada.

"Ayo masuk keluargaku, masuk ke dalam rumah kalian sendiri dan nikmati sajiannya." Lelaki itu menuntun mereka, agar masuk ke dalam rumah. Semua mengikuti arahannya, kecuali Kerbek dan Tera yang masih diam terpaku.

"Tera, Kerbek, ayo!" teriak Bang Tino sebelum masuk.

"Hentikan! Itu bukan Babeh kita. Babeh tak pakai tato dipergelangan tangannya. Ini perangkap, lari!" perintah Tera.

Semua kaget, tapi ketika mereka ingin melarikan diri tiba-tiba saja mereka dihadang oleh banyak manusia berpakaian jubah hitam. Tera dan Kerbek berhasil melarikan diri, sedangkan yang lainnya tertangkap. Teriakan minta tolong mereka masih terdengar, hingga semuanya lenyap.

"Kalian tak akan mudah lepas begitu saja. Tunggu saja," ucap seorang wanita berjubah hitam dengan tongkat di tangannya.

***

"Kak Tera, tunggu kayaknya kita udah nggak dikejar lagi," ucap Kerbek sembari menetralkan napas.

"Ayo, di sini belum aman. Kita masih diintai dari jauh," ujar Tera yang ngos-ngosan.

Sore itu, burung gagak berkicau angkuh seolah menantang siapa saja yang mendengarnya. Angin sepoi-sepoi menghempaskan sehelai anak rambut. Langit cerah yang tak pernah mendung adalah kefanaan.

Mereka terus berlari, hingga merasa aman. Kini, tibalah mereka berdua di sebuah pohon yang akan dijadikan persinggahan sementara. Khawatir dan rasa takut mulai menyerang wajah-wajah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selamat atau MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang