"Eochapi tteonamyeon sangcheotuseongin chaelo miwohage doegreol"
"Jika aku tetap pergi, aku akan membencimu dalam keadaan sedihku"
🎵🎵🎵
"Tuan Putriku, La Sabelle Djenarila."
Bisikan itu benar-benar mengusik ketenanganku. Rasa senang yang tadi hadir karena jam mata kuliah sudah berakhir mendadak undur diri. Tak juga ada niatan menetap meski di meja sekarang penuh cokelat dan permen warna-warni. Sesajen yang rutin diberikan Riko tiap kami bertemu, selama dua minggu mejalin hubungan.
Di kiri dan kanan, terlihat dari ekor mataku beberapa pandangan yang menusuk. Menelisik penasaran pada kedekatan kami. Ya, persis seperti yang kurencanakan. Mau tak mau, aku harus ikut masuk pada permainan yang sudah kuciptakan sendiri. Tersenyum mesra membalas perlakuan pemuda dengan setelan berlambang dua huruf C dari atas hingga sepatu yang menutupi kakinya.
"Hai, Riko."
Saat beberapa hari lalu Riko menyatakan perasaannya dengan terang-terangan di depan lapangan kampus, aku langsung mengiyakan. Bukan karena aku juga memiliki perasaan yang sama, atau karena malu atas kelakuannya yang terlalu nekat sehingga ingin mengakhiri tontonan itu segera, tapi karena aku melihat ada peluang yang bagus jika memiliki status sebagai pacar pemuda paling disegani seantero kampus.
Dugaanku tepat. Orang-orang yang tadinya mengekoriku ke sana kemari mulai menarik diri satu persatu. Bahkan, Aldo yang selama sebulan ini tak henti-hentinya mendekatiku mulai mengambil langkah mundur pelan-pelan. Efek Riko memang luar biasa. Namun, aku baru tahu bahwa istilah keluar mulut buaya dan masuk kandang harimau itu juga bisa terjadi saat ini, padaku sendiri.
Lagi pula, siapa yang menduga kalau pemuda perlente itu mendadak jadi rajin kuliah hanya agar bisa bertemu denganku setiap hari. Dia bucin tingkat akut! Riko tampaknya merasa bangga bisa memilikiku.
Aku sendiri tak terlalu merasa risih pada awalnya. Hanya saja, jika dia berpikir aku senang diperlakukan seperti seorang putri, pemuda itu sepenuhnya salah. Sejak lahir ayah dan ibuku yang telah menorehkan namanya di majalah Forbes itu sudah memperlakukanku seperti seorang ratu. Aku tak perlu seorang pangeran.
Kupasang lagi kancing teratas blouse putih yang tadi sengaja dilepas karena AC kelas tak berfungsi dengan baik. Saat berdiri, Riko dengan sigap mundur beberapa langkah. Memberi jarak antara kami. Kuakui dia cukup gentle dalam memperlakukanku.
"Djenar," panggil seorang pemuda lain seraya melepas headset yang tadi menyumbat kedua telinganya.
Ia tampak jomplang saat berada di sebelah Riko. Bukan karena ukuran badan mereka, tapi karena Denis-nama pemuda itu- terlihat lebih santai dengan kemeja putih berlapis sweater navy serta ripped jeans hitamnya.
"Lo ada waktu ngerjain tugas Bu Fitri sekarang?" tanyanya lagi.
Aku melirik ke arah Riko sejenak, memastikan reaksinya tak berlebihan karena ajakan Denis barusan. "Sekarang banget?"
"Iya, soalnya gue ada kerjaan beberapa hari ke depan."
"Oh iya, lo katanya kerja di perusahaan pengembang aplikasi Lovacation yang lagi viral itu, ya?"
"Gitulah, cuma freelance, kok."
"Itu juga hebat, kok. Bisa dapat uang dari hasil kerja sendiri," balasku sekalian menyindir Riko yang tentu saja masih memanfaatkan kekayaan orang tuanya untuk gaya hidup borjuis itu. "Eh, itu beneran gak sih bisa nemuin jodoh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick Girls
Romance{Song Series GS} Update tiap hari Rabu Dunia dihebohkan oleh Lovacation, sebuah aplikasi yang salah satu kelebihannya digadang-gadang bisa memprediksi di mana jodohmu berada. Hanya dengan menjawab beberapa pertanyaan, sebuah titik koordinat akan mun...