12. How You Like That

50 6 21
                                    

"But why we still looking for love?"

"Tapi kenapa kita masih juga mencari cinta?"

🎵🎵🎵

Ochi tak bisa menahan ekspresinya ketika melihat asap yang mengepul dari panci besar yang ada di dapur. Pupil mata gadis itu tampak membesar dengan mulut yang sedikit terbuka. Melihat seorang juru masak yang sedang mengaduk potongan-potongan daging di antara kuah kaldu seakan menjadi pemandangan menakjubkan hari ini. Tak kalah menggiurkan dari sajian bulgogi penuh wijen yang biasa ia lihat di video mukbang.

Takut khilaf dan malah melahap semua hidangan itu duluan, ia memilih keluar. Menghampiri Djenar yang sedang mendekor ruangan dengan arahan Tyssa. Warung khas Jawa Timur itu tampak sedikit berbeda dari pada saat pertama mereka datang. Bukan hanya hiasan dinding seperti perisai kayu bergambar logo Persebaya yang baru saja dibeli lewat online, tata letak meja dan kursi juga diubah sedemikian rupa. Bahkan kalender pun diganti jadi dua tahun sebelum ini.

Jika saja ada yang datang berkunjung tanpa tahu latar belakangnya, mungkin orang itu akan mengira ia sedang terlempar ke masa lalu. Djenar turun dari kursi setelah memasang jam dinding di sudut ruangan, beralih menenggak es jeruk yang gelasnya mulai berembun. Tyssa terkagum saat menatap sekeliling, ia benar-benar merasa ditarik paksa menuju hari dan tempat penuh memori itu. Paripurna, persiapan mereka bisa dibilang sudah sempurna.

Sementara Sora meletakkan kameranya untuk mendokumentasikan momen ini dengan hati-hati di balik radio jadul yang terpajang di salah satu rak yang menempel di dinding. Sesuai rencana semula, para gadis itu menyewa sebuah rumah makan tak jauh dari tempat mereka singgah. Sebuah tempat sederhana dengan nama 'Warung Kita' yang menjual berbagai makanan khas Surabaya. Memplagiat warung Cak Tomo di samping kampus yang jadi tempat jadian Zian dan Tyssa. 

"Dia jadi datang, kan?" tanya Djenar saat Ochi ikut duduk di sampingnya dan meminum es teh.

"Iya, satu jam yang lalu dia bilang lagi otw." Gadis itu beralih menyendok tahu telor yang sudah dimakan Djenar setengahnya. "Katanya sih, abis Dzuhur juga kayaknya sampe. Pas makan siang."

"Yah, lama banget dong." Tyssa menghela napas. Matanya memandang jam yang baru saja tergantung manis di sana.

"Ini udah jam dua belas, kok."

"Ya siapa tahu maksud dia abis Dzuhur itu artinya Ashar."

Ochi tertawa hambar. Djenar ikut tertawa, tapi bukan karena lelucon garing ala Tyssa, melainkan ekspresi Ochi yang seperti terpaksa.

Sora tak ikut bergabung. Gadis itu bergerak ke sana kemari, gelisah tiada henti. Bahkan bisa dibilang ia yang paling gugup pada rencana kali ini. Gadis itu terlihat berbeda. Jika biasanya ia selalu tampil feminim dengan memakai rok, sekarang Sora jadi terlihat lebih santai dengan celana terusan, menyesuaikan gaya busana Tyssa.

Untuk yang kesekian kalinya, gadis itu meneguk air mineral dari dalam botol, merasa dehidrasi pada kecemasannya sendiri, sebab ia terpilih menjadi aktris yang akan menggantikan Tyssa. Seakan benar-benar didukung oleh semesta, namanya jatuh tiga kali ketika mereka mengadakan undian. Sedangkan untuk pemeran laki-lakinya, Djenar berinisiatif meminta tolong salah satu karyawan warung itu.

"Duh, kenapa harus gue, sih?" tanyanya masih tak percaya diri.

Meski mulutnya masih sibuk mengunyah, Ochi tetap menyahut, "Lo udah yang paling cocok, Sor."

"Tapi gue, kan, gak bisa akting-akting gini."

"Anggap aja ini terapi biar lo gak malu-malu lagi."

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang