6. When The First Step Begins

48 10 20
                                    

"Iapeumeul gidalin geoscheoleom, Ama da jamkkan iljido molla."

"Seolah-olah kita telah menunggu penderitaan ini, mungkin itu semua hanya sesaat."


🎵🎵🎵

Sora tak menyangka Djenar akan mudah mendapatkan kesimpulan bahwa apa yang mereka curhatkan di kedai waktu itu adalah kisah hidup masing-masing. Padahal hal itu cuma disinggung di akhir dan tak terlalu mencolok baginya. Sebab pada awalnya mereka hanya saling memberikan komentar tentang sinetron, lalu berakhir menghujat para kaum adam.

Tapi gadis itu bisa dengan percaya diri menyarankan mereka putus. Hingga ia dan dua orang lainnya sadar bahwa itu mungkin pilihan yang masuk akal. Meski sebenarnya Sora sendiri juga tak punya hubungan resmi dengan Ahda, setidaknya dia harus memutuskan perasannya pada cowok itu. Ia bukan hanya harus berani melupakan, tapi juga meninggalkan.

"Lo berenti kerja?" tanya Ahda saat Sora meletakkan seragam kafe, lengkap dengan celemek yang biasa ia kenakan di meja.

Gadis itu tak menyahut, Sora rasa ia tak perlu bercerita pada pemuda itu bahwa dirinya akan cuti agar bisa pergi bersama teman lamanya selama liburan akhir semester ini. Jadi gadis itu hanya tersenyum singkat dan melenggang cepat. Dimasukkannya amplop berwarna cokelat  yang tadi ia dapat sebagai gaji bulan ini ke dalam saku blazer. Lantas menghampiri Djenar yang sudah melambaikan tangan dari balik pintu kaca.

"Lo bawa apa?" tanya Sora melihat tangan Djenar yang memegangi kardus berisi berbagai macam barang.

"Nyari tambahan uang," jawab gadis itu diiringi senyum yang seolah menyimpan misteri.

Djenar memberi kode pada Sora untuk mulai berjalan. Menyebrangi zebra cross yang ramai saat lampu lalu lintas berganti warna jadi merah. Setelah sampai ke seberang dan memasuki pertigaan selanjutnya, Djenar mengajak Sora memasuki sebuah toko.

"Ini toko temen gue, dia jual beli barang-barang branded yang udah gak kepakai."

"Toko barang bekas?" Sebelah alis Sora terangkat bingung.

"Preloved," ujar Djenar membetulakan istilahnya. "Ini barang bekas yang berkelas."

Sora menyengir. Gadis itu sedikit berjinjit untuk mengintip barang-barang di kardus itu lebih jelas. Ada sepasang sepatu dengan tanda menyerupai centang yang menghiasi bagian dekat tumitnya, juga tas bermotif kotak-kotak warna cokelat yang tampak elegan, sampai kaca mata bertatahkan permata di bingkainya.

"Semuanya dari Riko," cerita Djenar tanpa ditanya

"Lo yakin dia gak bakal marah? Ini mahal semua, loh."

"Biarin aja. Kami, kan, udah putus tadi malam."

Djenar mendengkus mengingat betapa alotnya proses itu tadi malam. Riko begitu kerasa kepala menolak permintaannya. Bahkan pemuda itu masih berusaha membujuk hingga tadi pagi, menyuap Djenar dengan tiket liburan ke Korea. Sayang, pemuda itu salah langkah, karena sebenarnya gadis itu sudah dua kali pergi ke Korea tahun ini.

Sora duduk di bangku depan, memerhatikan Djenar yang sedang bertransaksi di etalase. Ia rasa, gadis itu benar-benar ingin menghapus semua jejak tentang sang mantan. Sebab jelas sekali bahwa perilakunya saat ini tidak didasarkan oleh uang.

Lihat saja apa yang dikenakan Djenar hari ini, padu padan sweater warna putih tulang yang punya kerah tinggi menutupi leher dengan outfit berwarna cokelat camel yang membuat tampilannya jadi terkesan simpel dan manis, tapi juga berkelas di waktu yang bersamaan. Ia tampak mahal. Semua orang yang melihat mereka berjalan pasti tahu bahwa gadis itu anak konglomerat.

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang