Bagian 8 : Murid Baru

634 79 9
                                    

EYYY KANGEN GAAAKKK? EHEHEHE

⭐⭐⭐

Pagi itu, semua siswa-siswi SMA Dupana memenuhi lapangan lengkap dengan atribut sekolah, karena kalau lupa pakai dasi saja, tak segan-segan Pak Taeyong akan menghukum mereka, tak peduli lelaki atau perempuan sama saja.

Ryujin dan anggota OSIS yang lain sibuk mengurus siswa-siswi yang terlambat masuk, Lia yang sibuk mencatat nama-nama siswa yang terlambat, sementara Jeno dan Winter yang sibuk bahas proposal untuk ultah sekolah 2 bulan lagi.

"Ini serius mau undang Via Vallen sama Ayu Ting Ting? Buat apa astaga," gerutu Winter yang kesal dengan usulan Haechan dan Hyunjin yang minta buat undang Via Vallen sama Ayu Ting Ting buat jadi guest star nanti.

"Ya kalau NCT Dream mah kemahalan atuh neng, udah terima aja napa sih?" kata Renjun yang sibuk hitung duit hasil mungut uang kas.

"Ya situ enak tinggal urus biaya, lah gua? Harus hubungi managernya dan lainnya, kenapa gak lo aja yang nyanyi," otomatis Lia yang duduk di sebelah Winter tersedak.

"Hah bisa nyanyi? Sejak kapan?" katanya sewot.

Renjun menatap gadis itu sengit, seolah ada bola api yang siap menyerangnya kapan saja, "Meragukan banget gua jago nyanyi, gini-gini gua pernah menang lomba nyanyi tau!" katanya sombong.

"Lomba tingkat apa?" tanya Jeno.

"Tingkat kelurahan sih," kata Renjun santai.

Yang lain pingin banget lempar Renjun ke selokan, tapi masih sayang nyawa karena Renjun lebih menyeramkan dibandingkan yang lain kalau marah.

"Eh... Eh... Kok gua diseret sih?!" Heejin memekik kesal setelah Jaemin nyeret dia ke ruang OSIS di lantai atas, capek bor dia udah telat, kena poin, sekarang di ruang OSIS lagi.

"Kenapa?" tanya Winter yang heran liat Jaemin yang narik Heejin layaknya anak kucing.

"Dia nih manjat pagar mau bolos anjir," gerutu Jaemin kesal.

"Hah?! Mana ada?! Tipu-tipu is not good jelek!" sungut Heejin kesal.

"Gua gak bohong ya, gua liat dia mau manjat tadi mau bolos itumah," balas Jaemin gak mau kalah.

"Udah deh, lo ke UKS aja min, biar Heejin kita yang urusin," kata Jeno tegas. Jaemin akhirnya lebih miih ngalah dan kembali ke lantai bawah, masuk ke ruang UKS.

"Beneran lo mau bolos?" tanya Jeno to the point, sementara Heejin menggeleng kuat.

"Suer, gua gak bermaksud buat bolos, cuma tadi ada kucing di atas tembok belakang sekolah kasihan dia kesakitan," kata Jeejin menjelaskan.

"Ya udah, lo di sini aja dulu, kalau ke bawah pasti bakalan kena amuk guru-guru lain, duduk dulu gih," kata Ryujin sambil narik kursi di sebelahnya buat Heejin.

"Makasih ya," balas Heejin sambil senyum cantik, kalau mode bidadari gini, gak akan ada yang nyadar kalau Heejin agak geser, dikit.

"Eh eh ada murid baru tuh," pekik siswa siswi yang mulai riuh di dekat ruang OSIS, karena ruang guru ada di dekat ruang OSIS, di lantai atas.

"Eh iya, wow ganteng," kata Lia tanpa sadar.

"Gua bilang si bule jadi-jadian mampus lo Li," kata Renjun yang lagi menghitung uang kas, hasil pungutannya tadi.

"Eh jangan dong bogel, ntar dia marah ih," kata Lia sambil cemberut.

Ryujin yang penarasan langsung keluar ke arah pintu dan gak sengaja berpapasan sama murid baru yang Lia sebut tadi, mereka juga gak sengaja melakukan eye contact .


Kok ganteng? Bantin Ryujin sebelum sadar dari lamunannya dan mutusin eye contact mereka.

Sementara, Winter yang jiwa ke-kepo-an yang amat mendarah daging menengok sebentar, ingin tau siapa anak baru yang dihebohin ini.

"Siapa sih?" tanyanya heran ke Ryujin yang masih terpaku sama murid baru yang udah menjauh tadi.

"Gak tau, tuh anaknya," kata Ryujin sambil nunjukin ke arah orang tadi yang lambat laun semakin menjauh. Winter menyipitkan matanya, beberapa detik kemudian menyadari siapa murid baru tadi.

"ALINNNNNN" pekik Winter sambil lari dan langsung meluk orang tadi dari arah belakang dan yang dipeluk juga balas pelukan Winter lebih erat. Sementara yang lainnya? Hanya bisa melongo heran.

⭐⭐⭐

Seorang laki-laki tengah duduk santai di atas rooftop sekolah, ditemani cilok mba Nurul plus es teh hangat dia mulai menyalakan pematik api di rokoknya, ya dia sedang merokok diam-diam.

Menatap salah satu tangan kanannya, dia bolak-balik tangan yang bersih itu dengan tatapan miris, "Gua jahat banget ya, bunuh orang banyak," gumamnya sendu. Dari atas sini dia bisa melihat banyak orang lalu lalang, padatnya jalanan Jakarta dan sebagainnya. Menghela napas pelan pikirannya mulai menerawang jauh.

"Apa gua udah berbuat benar? Apa dengan balas dendam semuanya akan baik-baik aja? Jejaknya memang bisa gua sembunyikan tapi gimana kalau ketahuan? Apa yang bisa gua perbuat?" dia termenung sendiri, menyesap rokoknya kuat-kuat kemudia mengebulkan asapnya di udara.

"Woi ngapain lo!?" suara cewek mengejutkannya, sampai-sampai rokok yang ada di tangannya ia lempar asal, entah kemana. Setelah melihat sang pelaku, cowok tadi langsung melambaikan tangan, mengisyaratkan untuk duduk mendekat.

"Gua kira siapa anjir, nyebat lo ya?" tebak cewek tadi dan dia hanya menangguk.

"Gua cuma lagi bingung ngab, apa semua gua perbuat selama ini udah benar? Apa gua ga salah pilih jalan?" tatapannya kembali lurus disertai dengan senyuman kecut, pelan tapi pasti cewek tadi mengelus bahunya.

"Gua tau masalah lo selama ini sama kembaran lo, tapi kalau di rasa itu baik, kenapa ga lo jalanin buat hal-hal yang berguna. Bukan hanya perihal buat balas dendam, lo bisa pakai skill itu buat jual daging misalnya?" cowok tadi langsung tertawa, padahal dia tidak bermaksud bercanda.

"Ya kali gua jualan daging, apa kata anak-anak Elba nangi? Apa kata ortu sama kembaran gua nanti?" dia masih tertawa sedangkan si cewek mulai cemberut.

"KAN MISALNYA MALIH!" katanya kesal.

Sementara dia terkekeh sumbang, entah rasanya resah bukan main. Mau berhenti masih banyak dendam yang belum terbalaskan. Kalau dilanjutkan dosa dia makin banyak.

Gadis tadi menepuk pundak laki-laki di sampingnya tiga kali, "Walaupun gua lebih muda setahun dari lo, tapi gua tau kalau lo sama kembaran lo harus dapat keadilan, lo gak jahat, percaya ya?!" ucapnya sembari tersenyum manis.

"Thanks lo mau paham, tinggal 2 lagi yang belum gua habisin," katanya sambil tersenyum miring.

"Semangat, tapi soal potongan badan waktu itu, gua masih trauma, asal lo tau aja sih," mereka pun kembali tertawa tanpa menyadari seseorang tengah menguping di dekat mereka.

"Jadi, dia pelakunya? Dia yang udah bunuh Cessy?" katanya tidak percaya.

⭐⭐⭐

Hai kangen dupana gak?
I'm so sorry berbulan-bulan gak up, dan thanks buat yang udah masukin ke reading list dan yang mau vote wp dupana
Loaff u all
See you on the next chapter :)

Dupana Elba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang