1. Prolog (18+ dikit)

556 157 798
                                    

"Woy Leo. Baru dateng! Lama bener!" Panggil seseorang saat aku baru saja memasuki kelas.

Aku berjalan ke arah meja Jero, ia bangkit berdiri saat aku datang.

Jero menepuk perutku. Dia kesal karena menungguku terlalu lama.

Aku hanya terkekeh, "Demen banget kau kayaknya belajar. Sampai datang lebih cepet dari ku," ledekku pada Jero.

"Siapa yang mau belajar. Cabut lah," Jero tersenyum miring menolehkan kepalanya ke kanan sambil melihat Rio yang juga mau cabut.

Rio yang sudah dari tadi berdiri di sebelah Jero pun menggosokkan kedua tangannya tak sabar, "Iya Yo. Kuy lah langsung cabut."

Tet tet...

Baru aja mau cabut bel masuk berbunyi.

"Yah..." kami bertiga serentak mengeluh saat bel keramat berbunyi.

"Karna kau ni Yo. Lama," umpat Jero memukul angin lemah.

"Tau nih. Dia yang ngajak cabut, dia yang lama," Rio kesal.

Aku kembali terkekeh, aku bergerak ke tengah mereka, aku merangkul mereka sambil mencondongkan sedikit tubuhku kedepan dan mereka pun mengikuti. "Cabut sekarang aja," bisikku sambil melihat mereka bergantian.

Rio melepaskanku cepat. "Gila kau ya. Ntar kalau di scors gimana?! Kau mau tanggung jawab. Udah dua kali terancam pindah sekolah nih aku."

Aku mengedikkan bahuku ke atas dan kebawah. "Well. Kau lupa aku ini siapa huh? Pewaris tunggal segala perusahaan bokab. Ini sekolah ada di tangan aku. Siapa yang berani melawan." Aku membusungkan dadaku sambil melipat tanganku di dada.

"Wes... Bener juga," Rio baru menyadarinya.

"Langsung lah cuy... Ngak perlu basa basi lagi lah!" Jero semakin tak sabar.

Kami pun keluar kelas tanpa membawa tas, karena kami juga ngak bawa tas. Hem.

***

Kami berada di belakang sekolah duduk istirahat sebentar sebelum akan ke luar sekolah dengan lompat pagar.

Seketika ada tangan yang mengelus pipiku dari belakang. Ujung bibir ku naik ke atas, aku tau ini siapa. Aku menoleh sedikit.

Katy

Aku melihat ke arah temanku lagi. "Oy, aku mau ngomong sama dia. Kalau kelamaan kalian pergi luan aja."

"Hm. Tau pun. Pasti bakalan lama," ledek Rio menyadari hal yang akan terjadi nantinya.

Aku terkekeh singkat. "Cih. Tau aja kau."

Aku pun menarik Katy ke gudang belakang.

Kami masuk ke dalam sana. Ini gudang khusus buat aku. Kunci hanya ada padaku. Kenapa bisa? Ya bisalah, kan aku minta ke papa. Alasanku adalah sebagai tempat istirahat, UKS banyak orang penyakitan nanti aku tertular, mwehehe.

Dan, papa percaya. Cih. Mudah sekali memintanya.

Aku mengunci pintu.

Aku menarik pinggang Katy, "Kenapa hm?"

"Leo... Aku butuh uang nih... Boleh minta uang?..." ucap Katy manja.

"Boleh, tapi..." Aku mulai berbisik  "Puasin aku dulu hm?"

Katy mengelus leherku dan berbisik, "Tentu sayang..."

Aku menggendongnya ke ranjang.  Menjatuhkannya di atas ranjang. Kemudian dia langsung membuka bajunya.

Aku langsung menindihnya dan melahap habis bibirnya.

Ciuman dihentikan sejenak. Sedangkan Katy menarik nafas sesak karena ciuman kemudian kembali menciumnya.

Overthinking Of Babi NgepetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang