*Itu foto sepatu rodanya Nasya yah..*
-
Nasya mengambil tas gendongnya dan berlari ke bawah menuju ruang makan rumahnya. Nasya terlihat berpakaian kurang rapi, dengan baju seragamnya yang putih ditutupi dengan rompi berwarna coklat dan rok seragamnya yang senada dengan warna rompi yang melekat di baju seragamnya terlihat sedikit diatas lututnya. Nasya memakaikan dasi dikerah seragamnya dan dimasukannya ke dalam rompi coklat dengan susah payah sambil berlari menuju ruang makan tempat keluarganya berkumpul untuk menyantap segala makanan yang tersedia. Ia memakai kaus kaki putih sepanjang betis dan sepatu kets berwarna hitam dengan sisi-sisi di sepatunya berwarna coklat.
Nafasnya terengah-engah saat sampai di ruang makan keluarganya. Dengan cepat, ia mengambil sandwich yang sedang berada di tangan Rei dan baru saja ingin menyantap sandwichnya. Sontak, Rei mengarahkan pandangan tajamnya ke arah Nasya yang hanya dibalas dengan cengiran khasnya. Adiknya ini selalu saja membuat Rei kesal karna setiap pagi Nasya selalu melakukan hal yang sama berulang-ulang kali seperti yang terjadi saat ini.
"Hey! It's mine!". Kata Rei kesal sambil mencoba merebut santapan breakfastnya dari tangan Nasya, kembarannya. Tapi terlambat, sandwich santapannya yang berada ditangan Nasya, kini sudah mulai berpindah ke perutnya. Melihat hal itu, Rei hanya menggerutu tak jelas sambil sesekali mengumpat kembarannya itu dengan muka yang ditekuk. Nasya hanya nyengir dan tertawa kecil melihat wajah abang kembarannya.
"Gila lo de!!". Rutuk Rei kearah Nasya. Nasya tidak memperdulikan Rei masih terus mengomel tidak jelas. Ia segera mengambil susu yang berada didekatnya dan langsung meneguk setengahnya.
"Oy! Udah sarapan gue elo embat, sekarang susu gue juga elo embat! Sekalian aja tuh, uang jajan gue juga elo embat!". Kata Rei dengan juteknya menghadapi adiknya sekaligus kembaran berbedanya.
"Hehehe..sorry bang, gue buru-buru, byeee!". Kata Nasya mencium pipi kakaknya cepat dan segera pamit kepada orangtuanya. Rei kini hanya bisa meratapi gelas susunya yang kini hanya berisi stengah dari isinya. Huffftttt...bener-bener dah ade gueee!. Batinnya.
-
Nasya segera mengambil sepatu rodanya, melepaskan sepatu ketsnya dan dimemasukkannya ke dalam tas lalu memakai sepatu rodanya dengan cepat dan langsung melesat sekencang mungkin, Nasya mengarahkan pandangannya menuju pergelangan tangannya yang disana terdapat jam tangannya yang melingkar. Waktu yang tersisa hanya 10 menit lagi. Sedangkan jarak dari rumah ke sekolahnya bisa dibilang cukup jauh. Oke Nasya, lo pasti bisa!!!. Batinnya menyemangati.
"Come on Nasyaaa..come onn..!go go go go!!". Nasya berusaha menyemangati dirinya sendiri, ia menambah kecepatan kakinya agar sampai di sekolah tepat waktu.Gerbang sekolah sudah terlihat di depan matanya, hanya tinggal beberapa meter lagi ia sudah sampai di depan sekolahnya. Nasya lagi-lagi menambah kecepatan kakinya yang kini sudah mulai terasa pegal dan lenmas dibagian betis dan pergelangan kakinya. Ia tidak peduli dengan keadaan kakinya sekarang, Nasya tetap memaksimalkan kecepatan kakinya secepat mungkin untuk sampai ke gerbang sekolahnya yang kini sudah perlahan-lahan ditutup oleh satpam sekolahnya.
"Ayo...!!! Ayooo Asyaaa!". Kata Nasya dengan bersemangat walaupun sangat pegal sekali rasanya memakai sepatu roda, Nasya sengaja memilih menggunakan sepatu rodanya untuk berangkat sekolah agar menghindar dari kemacetan yang akan timbul saat matahari sudah muncul dengan sempurna.
Saat sudah sampai di depan gerbang sekolah "SMA MULTITALENT", apa yang terjadiii???
GERBANG
SUDAH
DITUTUP!!!
"ARRRRGGGHHH!! Pa Maman..please, please, please..bukain dong paaa..saya kan mau belajar..". Kata Nasya memohon pada Pa Maman, satpam sekolahnya untuk membukakan pintu gerbangnya dan mengizinkannya masuk.
"Waduh...sorry to say ni Non Asya..gak bisa". Pa Maman berbicara dengan logat bahasa jawanya yang kental. Pa Maman memang terkenal akrab dengan anak-anak muridnya, jadi ia sudah tidak canggung lagi untuk mengobrol atupun curhat dengan Pa Maman. Yaaa..bisa dibilang, Pa Maman adalah satpam gaoeeelll..
Pa Maman mulai meninggalkan Nasya yang sedang berdiri lesu di depan gerbang sekolahnya, ia mulai memutar otaknya untuk berfikir 'bagaimana caranya agar dia bisa masuk'. Nasya berkacak pinggang sambil mondar mandir tidak jelas untuk berfikir.
"GUE TAU!". Nasya menjentikkan jari tengah dan jempol kanannya yang menandakan, ia sudah menemukan sebuah ide agar dia dapat masuk. Sungguh pintar!.
Nasya berjalan ke arah belakang sekolahnya. Pondasi belakang gedung sekolah Nasya cukup tinggi, *ya..kalian pasti tau lah, apa yang akan dilakukan Nasya, sungguh ide yang cemerlang Nasya!*
"Hanya ini satu-satunya cara untuk gue bisa masuk kesana!". Nasya mulai menjalankan ide cemerlangnya, tapi sebelum itu, ia melepaskan ikatan pada sepatu rodanya, sehingga ia harus bertelanjang kaki, dan pasti ide yang dijalankannya ada konsekuensi yang akan didapatkan Nasya, mulai dari terpeleset, jatuh berulang kali, lecet-lecet, dan pada sampai akhirnya-
BRUKKK!!!
"Aaauww...!". Yap! Belum sampai kedua kakinya menginjak tanah melewati pembatas pondasi itu, ia sudah jatuh dengan posisi duduk, sehingga mau tidak mau, Nasya harus merasakan nyeri tepat dibagian bokongnya. Nasya berhasil jatuh dari pondasi sekolah belakang yang tingginya kurang lebih 2 meter itu.
"Aduhhh...sial banget sih gue hari ini!". Gerutu Nasya yang mulai berdiri dengan tertatih dan mengambil tas merah maronnya juga sepatu rodanya. Nasya membersihkan bagian belakang rok coklatnya yang sempat kotor karna insiden 'tadi'.
-
Haihai..lagi bingung nih kelanjutannya apa lagi, mungkin di part 2 ini juga nggak terlalu panjang..hehee maaf yaa:D makasih udah mau bacaa,
Jangan lupa vote dan commentnya yaaakk, okee ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY?! DAMN!!!
Teen FictionSeorang perempuan blasteran Jerman-Indonesia, bernama Nasya Renica Steven tidak percaya akan kehidupan yang dialaminya, ia harus berjuang membebaskan dirinya dari penjara yang dibuat oleh seorang cowo yang menurutnya sangat 'menyebalkan'. Seorang co...