When i saw you with another boy.
*
"Minggir""Gak"
"Minggir Rav!"
"Never"
"Rav!!"
"Sya!!"
"I said, go away"
"And i said, never. Ever"
"Oh god! What do you want Mr. Reinaldy?!"
"Be mine"
"HAHAHAAA....." (Hening) "No."
-Nasya tersenyum sendiri saat mengingat kejadian tadi siang saat dirinya dan Reina berjalan dikoridor sekolah menuju kantin. Ya, disaat jam istirahat pertama. Bahkan ia tertawa sendiri melihat keberaniannya yang berani mempermalukan seorang Ravel Reinaldy. Cowok sok keren, sok ganteng, dan sok berkuasa menurut pandangan seorang Nasya. Tapi, pantas-pantas saja sih, jika dia sok berkuasa, mengingat orangtuangnya yang bernotebene pemilik SMA MULTITALENT ini, pikir Nasya.
Yah, setidaknya..
Nasya POV
"Hei". Sebuah tepukan pelan dibahu kiriku kembali menyadarkanku dari lamunan konyolku tadi.
"Oh, hai". Ia mengambil Posisi duduk tepat disebelahku. Keringat yang membasahi wajahnya itu mampu menarik perhatian para kaum hawa. Yeah, you know why.
"Melamun eh?". Tanyanya sambil menengok kearahku.
"Hahaa..tidak juga". Kataku dengan diselingi tawa hambar. Dia hanya terkekeh mendengar jawabanku.
"It's your turn". Ya, pelajaran berganti menjadi olahraga. Materi yang sekarang diajarkan adalah basket. Cowok disebelahku ini sebelumnya sudah di test oleh pak Ridwan. Dengan bukti yaitu keringat sexynya itu. Dan sekarang, tibalah giliranku.
"Oke, gue kesana dulu yah. Byee.." Sebelum berdiri, ia masih saja sempat-sempatnya mengacak pelan puncuk kepalaku. Aku mengerucutkan bibirku tanda bahwa aku kesal dengan sikapnya. Hahhh..
"Hahahaa..udah gih sana. Hush hush". Katanya dengan tingkah seperti orang yang mengusir. Aku hanya bisa tersenyum manis ke arahnya lalu berlalu pergi menuju lapangan.
Author Pov
Dan tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedari tadi bersembunyi dibalik pohon besar yang berada beberapa meter dari belakang mereka. Orang itu melihat semua gerak gerik yang mereka lakukan. Hanya umpatan2 kecil yang keluar dari bibirnya. Ia tidak bisa begitu saja menghampiri mereka dan membogem mentah wajah si cowok dengan kepalan keras kedua tangannya yang sedari tadi ia tahan. Dia Ravel.
*
Ravel POVSedari tadi gue hanya bisa melihat gerak gerik mereka dari sini-balik pohon-. Tepat dibelakang beberapa meter dari mereka. Gue bisa melihat dengan jelas perlakuan cowok itu pada si cewek. Ya, cewek itu Asya. Asyaku. Hanya gue yang boleh memperlakukan dirinya seperti itu. Ya, gue tau gue egois. Terserah kalian ingin menganggap gue seperti apa. Gue hanya akan egois jika menyangkut masalah Asya. Egois dalam artian 'hanya gue seorang yang boleh memilikinya'. Gue ga perduli siapapun cowok itu. Apapun notebenenya dengan gue. Dan sepertinya gue punya saingan yang sebanding dengan gue...
Gue ga akan nyerah dan ngerelain 'dia' begitu saja Zein Oncail...
Zei POV
Ravel...
Apa lo mengira gue tidak melihat lo dibelakang pohon besar itu? Melindungi tubuh dan amarah yang gue tahu sudah lo tahan itu? Hem...gue bukan cowok bodoh seperti lo Rav.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY?! DAMN!!!
Teen FictionSeorang perempuan blasteran Jerman-Indonesia, bernama Nasya Renica Steven tidak percaya akan kehidupan yang dialaminya, ia harus berjuang membebaskan dirinya dari penjara yang dibuat oleh seorang cowo yang menurutnya sangat 'menyebalkan'. Seorang co...