2- CALON NYONYA

32 20 22
                                    





2- Calon nyonya

"Tinggal di rumah sendiri?"

Secangkir kopi panas diangkat dari atas meja. Bibir tipis itu menyesapnya sedikit demi sedikit.

"Enggak, ada nenek sama uncle, aunty." Jawab Senja.

Langit mengangguk, rumah minimalis ini memang sangat sunyi, seperti tidak ada penghuninya. Setiap memasuki ruangan langsung di sambut dingin nya AC yang bercampur dengan pengharum ruangan.

Cuaca malam ini sangat dingin. Air hujan turun dari langit mengguyur bumi dan seisinya. Angin juga berhembus kencang, hingga udara semakin terasa dingin.

Senja membuatkan kopi panas untuknya dan Langit. Sebagai bentuk ucapan terimakasih.

"Sebentar, mau ngecek nenek."

Manik mata Langit melihat punggung Senja yang mulai menjauh. Kembali menelusuri ruang tamu berukuran sedang dengan beberapa furnitur.

Penglihatan Langit jatuh pada foto anak kecil dengan orang tua yang sedang tersenyum menghadap kamera. Tangannya terulur mengambil bingkai foto tersebut.

Dapat dia simpulkan, anak kecil yang diapit tubuh dua orang itu adalah Senja. Dari mata hingga bentuk wajah sudah terlihat jelas.

Hatinya penasaran kenapa Senja tidak tinggal dengan orang tuanya, melainkan dengan aunty nya.

Lo terlalu misterius buat gue miliki, tapi gue mau nya lo batinnya.

Bingkai foto tersebut diletakan kembali pada nakas seperti semula. Derap langkah kaki terdengar di pendengaran Langit. Dua orang wanita dari dalam keluar, bersanding didepan Langit.

Senyum manis Langit berikan pada wanita tua disamping Senja sebagai bentuk sapaan.

"Kamu temannya Senja?"

Entah kenapa, kepalanya seakan refleks mengangguk dengan pertanyaan tadi.

"Terimakasih udah jadi teman Senja."

Lagi-lagi Langit mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Nama kamu siapa?"

"Saya Langit."

Wanita dengan umur setengah abad itu menatap Langit menggunakan mata sayunya. Sembari tersenyum dia menutup rasa terharu.

"Saya Dahlia, neneknya Senja." Ucap nya.

Langit mengangguk "Namanya bagus, bunga yang indah dan harum."

Sedari tadi mata Senja tak beralih menatap Langit. Dia bisa membuat orang di sampingnya merasa nyaman, tidak canggung. Dengan memberi ruang orang lain berbicara. Mulai dari memberi pujian dan tanggapan lainnya.

"Makasih nak, kamu baik." Sahut nenek Senja.

Di rasa hujan sudah mereda, dia izin untuk pamit pulang. Tidak baik berada dirumah seorang gadis meski ada salah satu keluarganya. Lebih lagi ayah dan bunda, pasti akan khawatir.

"Saya pulang dulu, hujannya udah reda."

Punggung tangan Dahlia di cium oleh bibir Langit. Beralih dengan Senja yang di lempari senyum manis.

PELUKIS SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang