4. Sikap

48 25 147
                                    

Seorang gadis kelahiran desa berjalan sendiri menuju ke rumahnya yang baru saja pindah ke kota Jakarta. Dulu ia sangat mengidamkan kota ini, namun sepertinya sudah tidak lagi. Meski itu dalam pertemanan bukan dalam kekayaan.

Walau didesa pertama kali masuk sekolah, ia sangat dielok-elokkan karena memiliki sikap yang ramah dan tidak canggung. Apalagi selalu diutamakan keberadaannya. Namun, semenjak pertama kali menginjak kaki dikota ini kenapa justru berbeda? Kenapa ia malah seperti orang bodoh dan ... polos?

Padahal dirinya pernah ... ah lupakan.

Kisha mendengus kesal sekaligus benci ke orang yang bernama Lie, Lie itu. Namanya sepicik sekali dia.

Menyebalkan!

"Kamu kenapa?"

Kisha berhenti berjalan dan langsung berhambur ke pelukan Ayahnya. "Ayah ... kenapa Kisha disini beda sekali kayak dikampung?" Kisha bertanya dengan masih ada logat jawanya.

Ayah tersenyum kecil. "Sayang, jangan disama-samakan dengan waktu dulu. Lebih baik jika kamu udah tau beda, kamu harus berusaha yang terbaik. Lupakan waktu sekolah kamu dulu."

Kisha semakin mempereratkan pelukan dibidang Ayahnya. "Tapi ... sekarang jauh beda banget, Yah. Lagian ini salah Kisha juga, kenapa diawal pertama sekolah di Jakarta, Kisha malah kayak anak culun," gumam Kisha.

"Kisha gak suka Yah, dulu Kisha disana selalu dinomor satukan. Kenapa sekarang malah dijadikan nomor gak unggul, yang ada malah si Lie, Lie itu!"

Ayah - Dady menenggelamkan kepala putrinya semakin dalam dibidangnya, ia rasa putrinya sempat tertekan karena telah dibawa dikota ini.

"Kisha ... kamu bisa ko menjadi diri kamu seperti dulu lagi."

Dady yakin, sangat yakin bahwa putrinya sedang mencari jati dirinya sendiri untuk kelak dewasa nanti.

Kisha mendongak dan menatap Ayahnya. "B-boleh?" Kisha bertanya gugup.

Dady mengerutkan dahinya, bingung.

"Memang siapa yang ngelarang kamu untuk seperti dulu? Kamu bilang, kamu dulu terkenal kan disekolah?"

Kisha mengangguk perlahan.

"Kamu bisa seperti dulu lagi, buat terkenal kamu dikota ... seperti didesa," ujar Dady.

"Ambil lagi apa yang kamu dulu punya, pertahankan. Ayah sempat melihat waktu didesa kamu selalu terlihat senang," sambung Dady dengan pengucapan tenang.

Dady menangkup wajah Kisha tepat diwajahnya, Dady tersenyum.

"Lakuin apa yang kamu dulu miliki, Ayah akan selalu mendukung kamu," kata Dady.

Kisha tersenyum penuh arti. "Baik, Ayah."

Brylie

Brylie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brylie

Sekarang dirinya sedang bercermin, hal apa yang harus dilakukannya untuk hari besok?

Bagaimana ia bisa mengambil hak waktu sekolahnya dulu?

"So bad," gumam orang itu secara spontan.

Ia memejam kedua matanya lalu menghela napas pelan.

"Caranya apa ya?"

"Gimana?"

"Ngelakuin apa ya?"

"Hadeuhhh."

Sudah banyak perkataan yang keluar. Tetapi, hasilnya masih nihil.

"Lakuin apa yang kamu dulu miliki, Ayah akan selalu mendukung kamu," kata Dady.

Kisha tersenyum penuh arti. "Baik, Ayah."

Perkataan Ayah dibeberapa jam yang lalu mampu mengusik benaknya. Tapi, sedikit pun ide tidak ada yang mau muncul.

"Google aja deh." Akhirnya ia menyerah dan segera menyalakan handphone dan mencari google hingga men-searching.

"Badgril?"

"Anak osis?"

"Anak estrakurikuler?"

Ia berusaha mencerna dari apa yang baru ia lihat digoogle.

"Menarik sih, tapi emang bisa?"

"Badgirl? Coba liat seragamnya dulu deh."

Ia beranjak lalu mengambil dan melihat seragamnya dengan otak yang masih mencerna.

"Ah, ya!" Setelah memerlukan sepuluh menit, ia akan pergi keluar rumah dan mencari tukang penjahit.

Karena apa yang ia pikirkan, lumayan bagus untuk sebagai karakter badgirl.

"Ayah, Kisha izin keluar. Sebentar ko, Yah."

"Hati-hati," sahut Dady.

Selepas berjalan dan mencari tukang penjahit, ia lantas memekik senang sebab telah menemukan tukang penjahit yang lumayan jauh dari jarak rumah.

"Kita tunggu besok ya, berhasil gak ya?" Batin Kisha dan dengan cepat mengajukan keinginan untuk mengubah seragam sekolahnya pada tukang penjahit itu.

"Siap, Neng! Silahkan duduk dulu ya."

Tanpa Kisha sadari, senyumannya telah terukir jelas dengan sendiri.

Tanpa Kisha sadari, senyumannya telah terukir jelas dengan sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote and coment 😐

Jangan lupa teman ~ ♡

Semoga sukak, jangan bosen ya ( ̄3 ̄)

Brylie [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang