11. Pikiran Beban

15 6 57
                                    

Roza bertanya polos pada Bryan, "Bryan, ini apaan?" Tanyanya.

Tatapan jijiknya tak luput juga tercetak jelas.

Seketika Bryan tertawa keras, sampai-sampai Brylie dan Athfal berjalan ke arahnya. Karena sekarang mereka sudah berencana untuk bermain berempat saja.

Terdengar tawaan nyaring dari Brylie. "Lu megang apaan, Roza?"

Roza mendumel sendiri, "Ih! Kok nanya balik sih?!"

"Ihhh, ini gimana lepasin permen karetnya?" Pekiknya lagi.

"Ya, lu cabut sendiri lah, Za! Mandiri coba," tukas Bryan yang langsung dicubit lengannya oleh Roza.

"Ish, lu mah! Temen apa temen!"

"Temen apa temen? Hah?" Beo Bryan.

Wajah Roza bersemu merah seraya memalingkan wajahnya dan menjawab cetus, "Gak!"

Brylie melihat rona pipi Roza yang mulai terlihat.

"Marah atau malu ya ekspresi Roza ini?" Batin Brylie terheran.

Dengan cekatan dan dengan hati berlapang dada, Brylie segera mengambil tisu basah di tas kecilnya lalu berjongkok dihadapan Roza yang sedang berdiri.

Roza terkesiap melihat Brylie secara tiba-tiba langsung mengambil permen karet yang ada dipakaiannya.

Roza membasahi bibirnya yang terasa kelu untuk berbicara.

Dengan menelan saliva pelan ia bertanya, "Brylie ... gak jijik?" Tanya Roza pelan dengan menatap Brylie yang masih tetap mengambil permen karet yang masih menempel.

Brylie terkekeh, lalu tersenyum tipis. "Enggak kok, sebentar ya. Ini susah banget permen karetnya, terlalu nempel."

Roza mengangguk menurut, membiarkan  Brylie lanjut membersihkannya.

Sekitar tiga menit, akhirnya Brylie berhasil membersihkan permen karet yang ada dipakaiannya Roza. Walaupun sedikit masih ada noda jejak, tapi tidak separah permen karet yang tadi masih menempel.

"Sudah, Za. Maaf masih ada sedikit bekasnya," ujar Brylie.

Roza menggeleng kepala pelan. "Gak papa, makasih banyak ya, Lie. Kamu memang sahabat yang terbaik," balas Roza sambil memberi kedua ibu jari dihadapan Brylie.

Brylie terkekeh ringan lalu membalas kedua ibu jarinya. "Sama-sama, meskipun pikiran Roza agak polos tapi sikap Roza lebih dewasa dan baik."

Bryan dan begitupun Athfal masih menatap mereka dalam diam.

"Gak nyangka gua, yang dulunya Brylie cuek sekarang jadi peduli. Liat tuh Brylie bantu Ibu itu yang jatuh coint mainan basket," sahut Bryan.

"Terus tadi juga ngebantu bersihin permen karet dipakaian si Roza," sambungnya Bryan.

Athfal menoleh tanpa membalas.

Lalu tersenyum kecil.

"Lu ... suka dia?"

Pertanyaan Athfal dapat membuat Bryan mengernyit. "Maksud lu?"

Athfal menatap serius. "Lu suka Brylie?"

Bryan mengalihkan tatapannya ke arah Brylie yang sedang tertawa lepas bersama Roza.

"Gua gak tau." Bryan menghela napas pelan.

Bryan menoleh balik. "Kalo lu?"

Athfal menggeleng kepala pelan. "Gua juga gak tau. Tapi ... disisi lain gua ada rasa sama orang lain."

Bryan mengerutkan dahi. Sejak kapan sahabatnya menyukai seseorang dalam diam selain Brylie dan Roza?

Adakah orang lain yang lagi mempengaruhi pikiran sohibnya?

"Siapa? Siapa orangnya?"

Athfal tersenyum kecil dan menoleh lagi ke Bryan seakan berbicara lewat tatapan mata.

"M-maksud lu? Tapi, Fal sejak kapan?" Brylie spontan mendengus.

"Gua gak tau," ucap Athfal.

"Tapi lu — "

"Athfal! Bryan! Ayo kesini main! Ngapain ngerumpi disitu?!"

"Iya, Lie! Sebentar!" Balas Bryan teriak.

Sedetik ia menatap Athfal dengan pandangan tajam.

"Jangan sakitin Brylie, kalo lu nyatain perasaan lu ke dia."

Brylie

Brylie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brylie

Athfal menendang batu krikil ke serong kanan, kiri, belakang hingga depan.

Tak henti-hentinya ia melakukan hal itu dikala banyaknya pernyataan-pernyataan yang harus dilakukan.

Mendongak ke arah langit seraya berkata, "Gua harus milih siapa? Hati gua bimbang."

Penglihatan kumpulan awan yang indah, tapi mata menjadi perih juga jika dilihat lama-lama.

"Udah tau lagi panas-panasnya malah gua liat ke atas, bego banget gua!"

Athfal berdecak pelan.

"Ada gak sih pepatah mengatakan 'kalo bisa dua kenapa harus satu?' asli kalo ada gua dua-duanya aja deh, biar gak satu aja gitu lho."

Athfal terkekeh pelan.

"Tapi rakus banget dong gua? Bawa dua cewek ke rumah. Bisa jadi gua di geprek sama emak."

Athfal spontan berhenti menendang batu krikil, padahal kakinya sudah melayang, tinggal dia nampak lagi di pasir dan gunakan tekhnik menendang pelan.

"Lebih baik gua kasih aja satu ke Bryan, itung-itung berbagi itu indah."

Athfal melupakan sesuatu, akhirnya ia kembali memikirkannya lagi.

Untuk kesekiannya lagi.

"Bryan udah punya Roza njir! Kenapa gua kasih lagi! Yang ada dia dong yang rakus!"

"Bryan udah punya Roza njir! Kenapa gua kasih lagi! Yang ada dia dong yang rakus!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada kok pepatahnya

Wkwk

'kalo bisa dua kenapa harus satu?'

😭

Brylie [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang