"Alyssa?" Panggilan dari arah pintu masuk membuat Alyssa menoleh. Senyumnya langsung mengembang begitu wanita cantik langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya.
"Silla. Sini masuk." Panggil Alyssa melambaikan tangan ke arah wanita yang tadi ia panggil Silla.
"Lo sakit?" Tanya Silla menunjuk kaki Alyssa yang diperban.
"Ditabrak motor."
"Seriusan?" Tanya Silla tak percaya. Alyssa mengangguk dua kali menjawab pertanyaan Silla. Setelahnya yang Alyssa dengar adalah gelak tawa Silla yang penuh kepuasan.
Sahabatnya itu terlihat begitu senang dengan apa yang telah menimpanya. Membuat ia mendengus kesal karena sifat sahabatnya itu.
"Ya Tuhan, seorang Alyssa bisa ketabrak motor? Hebat banget."
"Ih, Silla kok kamu malah ngetawain aku, sih?" Protes Alyssa tak terima.
"Ya sorry, tapi gue gak nyangka aja lo bisa ketabrak motor. Secara kan lo itu orangnya super hati-hati. Gak nyangka lo bisa seceroboh itu, Ly." Kekeh Silla membuat wajah Alyssa semakin ditekuk.
"Namanya juga musibah, Sil. Siapa yang tau." Tekuk Alyssa.
"Hei, gue cuman becanda, Beb. Jangan di masukin hati dong." Decak Silla.
"Kamu tumben ke sini? Kenapa? Inikan bukan weekend?" Tanya Alyssa mencoba mengalihkan pembicaraan.
Tumben sekali sahabatnya ini mau capek-capek datang ke rumahnya. Sedang ini bukan weekend. Dan dia sudah berbaik hati membuang waktu berharganya itu. Sahabatnya itu kadang terlalu sibuk bekerja.
"Ups, iya hampir aja lupa. Tadi gue ke kantor lo. Dan ternyata lo gak ada karna lagi cuti sakit. Ya udah gue langsung tancap ke sini. Eh taunya lo bener ada di rumah. Gue kira lo sakit parah. Eh ternyata,"
Alyssa memutar bola matanya malas. Sahabatnya terlalu berlebihan.
"Aku sakit beneran kali, Sill. Bukan becanda."
"Iya tapi masih bisa jalan, kan?"
"Ya bisalah. Orang gak parah-parah banget. Lagian kamu ngapain ke kantorku? Tumben banget."
"Nah karna itu, kalau gak penting gue malas datang ke kantor lo yang kecil itu."
Alyssa memutar matanya malas. Sahabatnya terlalu berbelit-belit. "Sombong. Terus?"
Silla mengangkat bahu tak perduli dengan ucapan kesal Alyssa. "Lo tau gue bawa kabar baik." Seru Silla menunjuk kertas berwarna coklat.
Alyssa memperhatikan kertas yang Silla bawa. Kertas coklat yang terlihat seperti undangan. "Apa? Kamu mau nikah?" Tanya Alyssa menunjuk kertas coklat di tangan sahabatnya.
Silla melotot heboh, mengibaskan tangan. "Gilaaaaa! Ya gak lah. Gue mau nikah sama siapa? Belum ada calon kali." Dengus Silla.
Alyssa mengulum senyum geli. "Terus?"
"Gue bawa undangan reuni." Seru Silla heboh. Sangking hebohnya Silla sampai melompat kecil, membuat Alyssa menggeleng pelan melihat tingkahnya.
"Reuni?"
"Iya. Jadi alumni kita buat reuni. Dan lo tau kita bakal reuni di mana?" Tanya Silla semangat yang dijawab Alyssa gelengan kepala. Wajahnya terlihat enggan, tak tertarik sedikitpun.
"Di Bali Alyssa ... Di bali."
"Bali?" Ulang Alyssa tak percaya.
"Iya kenapa? Lo seneng, kan?" ucap Silla duduk di samping Alyssa. "Lo bisa ajak tunangan lo buat ikut! Yah, anggep aja sebagai liburan lo berdua sebelum nikah. Secara lo belum pernah diajak doi liburan, kan?" Sambung Silla.
Alyssa menarik nafas dalam, sebelum suara lirihnya membuat gerakan Silla yang memutar-mutar undangan terhenti. "Aku sama Bagas udah putus. Kita udah gak punya hubungan apapun lagi."
Gerakan tangan Silla terhenti mendadak. "Lo ngomong apa, Ly? Kayaknya pendengaran gue sedikit terganggu. Atau telinga gue yang bermasalah?"
"Pendengaran kamu gak salah, Sil. Aku memang udah selesai sama Bagas. Kita udah benar-benar selesai."
Mengubah letak duduknya, Silla memandang Alyssa tak mengerti. "Bukanya kalian udah tunangan?" Tanya Silla penuh selidik. "Dan kenapa bisa segampang itu kalian putus? Lo gak berubah jadi cewek labil yang mendadak jadi ceroboh karna mutusin cowok dengan alasan klise, kan?"
Alyssa mendelik tidak suka. Lalu buru-buru menggeleng tegas. Enak saja dia di katakan labil.
"Lah, terus?"
Menarik nafas dalam Alyssa mulai menceritakan semua masalahnya. Bagaimana mereka bisa putus. Dan cerita Alyssa pun mengalir begitu saja. Semua kejadian yang ia alami terus mengalir dengan suara yang semakin terdengar getir. Tidak ada satu pun yang tertinggal dari cerita Alyssa membuat Silla yang duduk di depannya merasa geram.
"Brengsek! Cowok sialan! Playboy biji kuda!" Sembur Silla berapi-api. Memaki sebanyak yang ia bisa untuk melampiaskan kekesalannya.
"Cowok kayak gitu gak pantes banget lo sedihin, Ly! Lo itu cantik. Lo gak harus baper karna cowok brengsek itu!" Cerocos Silla berapi-api.
"Dan gue udah pernah bilangkan, kalau dia bukan cowok baik-baik. Keliatan banget dari matanya yang suka jelalatan kalau liat cewek cantik dikit. Sumpah, kalau dari awal gue tau dia selingkuhin lo. Udah gue gites tuh selakanganya. Gak bakal gue biarin dia hidup selamat. Dan lo harus bersyukur karna kalian putus sebelum lo nikah sama dia. Coba aja kalau sampe dia udah nikah. Lo mau di duain?"
Menoleh ke arah Alyssa. "Jadi, gimana sama rencana pernikahan lo sebulan lagi? Bukanya keluarga lo udah rencana'in semuanya dari jauh-jauh hari?"
Mengangkat bahu cuek Alyssa berbicara santai. "Aku udah bicara sama pihak WO. Mereka gak mungkin bisa kembalikan uangnya utuh. Tapi mereka janji bakal bayar setengahnya. Lagi pula dia udah nikah dari kemarin. Gak mungkin juga kan aku masih mau nikah sama suami orang?"
"Memang cowok brengsek! Sialan! Biadap banget dia, tu." Maki Silla lagi.
"Gak bertanggung jawab banget sih jadi orang." Lanjutnya lagi.
"Ya udah berarti gak ada alasan lo buat nolak ikut acara reuni kita dua hari lagi. Lo harus buktiin kalau lo bisa lebih bahagia setelah berpisah. Dan lo bisa lebih happy dibandingin hidup sama si brengsek itu."
"Kamu gila? Aku lagi kayak gini kamu ajak aku pergi reuni?"
"Hei, masih lama, Ly. Lagian kita pergi buat liburan. Ngapain sih lo pikirin kaki lo. Lagian gue yakin lo bakal sembuh sebelum acara. Lagian lo sendiri yang bilang itu cuman luka kecil. Bukan cidera atau lebih parah patah tulang."
"Ya, tapikan--"
"Ok, stop! Gak ada tapi-tapian, Ly. Apa lagi sih yang buat lo ragu? Sekarang ini waktu yang tepat buat lo bisa buktiin ke semua orang, termaksud keluarga lo."
"Kalau lo masih baik-baik aja tanpa cowok brengsek itu. Gak usah lo pikirin masalah yang lain. Yang penting lo bisa liburan dan refresing otak lo biar lebih fresh."
"Apa semua alumni kita bakal ikut?"
"Yap. Seratus buat lo." Angguk Silla. Membuat wajah Alyssa langsung berubah kaku.
"Gue yakin semua alumni kita gak bakal nyia-nyiain kesempatan ini. Dan lo tau pasti nanti kita bisa cuci mata di sana. Tenang aja, nanti lo bisa cari gebetan baru. Syukur-syukur lo pulang dari sana bisa bawa calon suami." Alyssa mendengus mendengar ocehan sahabatnya tak urung ia tetap tersenyum menjawab semua celoteh sahabatnya.
Gebetan? Alyssa bahkan belum berfikir sejauh itu. Dan jika dia harus menikah Alyssa yakin dia butuh waktu lama untuk bisa sembuh dari luka hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Menikah (SELESAI)
RomanceAlyssa Zahara, gadis sederhana yang mencintai kesederhanaan. Ia menganggap jika pria sederhana akan selalu menghujaninya cinta dan kasih sayang. Bahkan ia begitu mencintai tunanganya karna selalu berfikir jika tunanganya begitu setia dan memujanya...