Setelah malam dimana mereka memutuskan untuk memanggil masing-masing dengan panggilan 'spesial', keduanya menjadi lebih dekat lagi. Mereka jadi sering menghabiskan waktu berdua entah untuk bertarung anggar, berendam di danau atau bermain bola bersama teman-teman lainnya. Jay sedikit banyak bersyukur ia mengikuti camp ini--walau awalnya terpaksa--karena dia setidaknya memiliki banyak teman seru di sini. Terutama Jake.
Jay sedang berbaring di kasurnya memikirkan mana saja cerita yang nanti akan ia ceritakan kepada kedua orang tuanya selepas mereka pulang dari perjalanan bisnis.
"Yeah, then fuck you!!" Suara familiar itu terdengar dari kabin sebelah. Tunggu, apakah barusan Jake berteriak sambil bersumpah? If it's true then something bad might've just happened.
Brakk!!
Pintu dibuka dengan keras, terlihat Jake keluar dari kabinnya sambil mengepalkan tangannya kuat. Jay yang penasaran pun buru-buru turun dari bunk bed nya, lalu ikut keluar. Jake sedang menalikan tali sepatunya saat ada sebuah kepala menyembul dari ambang pintu,
"Hahahah.... yeah better go away, you unwanted boy. Your parents won't even bother to look for you even when you went missing and decided to stay in a stupid summer camp far away from your home country like this..." Ucap anak itu dengan nada mengejek yang demi apapun sangat menyebalkan.
'Oh, wajahnya familiar.' Gumam Jay.
Tapi tunggu, Jay masih tidak bisa memproses apa yang terjadi. Tapi, tidak ada waktu untuk memikirkannya sekarang, karena sialnya Jake berlari dengan cepat sekali--bahkan hanya dalam satu kedipan anak itu sudah tidak terlihat di kawasan kabin para peserta.
Jay dengan secepat kilat berlari menyusul si bocah Australia itu. Jake benar-benar punya tenaga kuda saat berlari, membuat Jay harus memelankan kecepatan berlarinya untuk mengambil napas--membuatnya kehilangan jejak Jake saat memasuki hutan.
'Sialan, kenapa dia harus ke hutan, sih? Kan sudah mau gelap. Akan susah kalau aku mau mencarinya...'
Tanpa terasa, sudah 13 menit berlalu dari Jay pertama kali menapakkan kakinya di hutan ini untuk menyusul Jake. Anak itu kini sudah hampir kehilangan seluruh tenaganya untuk berlari, sehingga dia hanya berjalan-jalan santai sambil sesekali meneriakkan nama temannya itu, "JAEYUNNN!!"
Ia menendang-nendang kerikil yang berada di jalan, "Oh, Jaeyun c'mon where are you? JAEYUNNN!!!"
.
Merasa haus, akhirnya Jay memutuskan untuk meminum air dari sungai kecil yang kini tepat berada di depannya.
"Hiks... hiks..."
Jay meremang saat mendengar tangisan samar itu. Sial, jangan bilang itu hantu. Ia sebenarnya sudah mau kabur jika akal sehatnya tidak cepat bekerja untuk memberitahunya kalau itu bisa jadi tangisan orang yang ia cari selama 24 menit terakhir ini. Jay pun memberanikan diri mendekat ke arah suara tangisan itu.
"Hiks... hiks... that fucking... son of a... bitch.."
Dan seperti dugaan, kini Jay sedang melihat temannya itu terduduk sambil melipat lututnya di depan dadanya, dan menenggelamkan wajahnya diantara lututnya, tubuhnya naik-turun karena isakan tangisnya. Entah kenapa, Jay merasa hatinya sakit saat temannya menangis seperti ini.
"Hey," Ujarnya, membuat tubuh si manis tiba-tiba menegang, "Dont worry Jaeyun, it's me."
"J-jongseong..?" Cicitnya pelan, masih enggan mengangkat kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Lost The Summer
FanfictionIn which Jay and Jake met for the first time at the summer camp, became friends and implicitly growing feelings towards each other. They were too young to realize so that they lost each other as they lost the summer. ENHYPEN Jay x ENHYPEN Jake ©HAPP...