perbandingan

27 4 0
                                    

 HAPPY READING TEMAN-TEMAN ❤️
Jangan lupa vote

     Seorang gadis tengah sibuk dengan ponselnya dan sesekali tersenyum memandangi layar kecil itu. Senyumnya begitu indah, rambutnya yang panjang dan lebat terkibas oleh angina perlahan.

   Dia Syakila. Sebut saja Kila,

    Kakak perempuan Adeera.
  Adeera  berjalan menghampiri kakaknya dengan membawa beberapa buku tebal di tangannya,

“Kak, sibuk ya?.”

“Kenapa?.”

“Mau minta tolong ada tugas Fisika, aku kurang ngerti.”
    Kila menghela nafas,

“Yang mana?.”
    Adeera segera menunjukkan beberapa soal yang menurutnya begitu sulit. Namun Kila terlihat santai dan mengerjakan soal itu. Tak sampai 20 menit  6 soal sulit itu dapat terjawab.

“Nih udah.”

“Makasih ya Kak.”

“Masa gitu aja kamu ga bisa. Kakak dulu bisa.”

“Ya ini kan materi baru, jadi aku belum ngerti banget.”

“Kakak dulu sekali di ajar langsung bisa tuh, makanya bisa ikut olimpiade. Oh iya btw bentar lagi ada olimpiade SAINS kan?, kamu harus ikut dan harus menang.”
    Adeera menghela nafas dan segera merapikan buku-bukunya.

“Aku ke kamar dulu." ucapnya dengan melangkah cepat pergi dari hadapan Kakaknya.

   Dalam jalan menuju kamarnya, dia kembali tak bersemangat.

    Dalam batinnya,
    Iya, aku ini cuma apa?, gak sepinter kamu, gak sehebat kamu.

    Namun, dia sudah terbiasa dengan kondisi ini. Harus menerima semua perbandingan antara dia dan saudarinya.

 .  Dia tak pernah membenci saudarinya ataupun siapapun. Hanya saja terkadang dia lelah dengan semua ucapan-ucapan yang terus menjatuhkannya. Jika di bilang itu adalah penyemangat agar dia lebih semangat, namun tidak untuknya.

    Baginya itu hanyalah sesuatu yang akan menjatuhkannya sejatuh-jatuhnya dan pada akhirnya dia berfikir,
    Aku ya aku. Cuma bisa begini, nyusahin, bikin malu. Aku sadar kok, aku beda sama dia

  ***

    Langit telah berganti gelap dan menghadirkan rintikan air yang menetes dengan ramai bersama dengan hembusan angin yang terasa sejuk memaksa masuk lewat setiap celah kecil jendela.

    Meja makan kini telah terisi oleh makanan-makanan yang akan di nikmati oleh pemiliknya. Dalam meja itu semua anggota keluarga Adeera tengah duduk bersama.

“Bun, besok Kila pulang agak telat, soalnya ada kerja kelompok.”

“Iya gapapa. Tapi jangan sore-sore juga.”

“Oh iya, Deera bentar lagi UAS kan?, lebih di giatin lagi belajarnya.” ucap Ayahnya.
    Adeera tersenyum dan mengangguk.

 “Dulu Kakakmu kelas 10 semester 1 nilai nya tertinggi loh. Kamu harus contoh Kakak mu. Ayah gak mau nilai kamu turun kayak pas SMP kemarin. Kenapa pas kelulusan nilai kamu malah turun banget, padahal seharusnya kamu malah kasih yang terbaik buat kelulusan.”
    Bundanya memandang Adeera,

“Mas.. Udah, jangan di bahas lagi.”

“Loh justru dengan bahas itu bisa jadi penyemangat buat Adeera supaya kasih nilai terbaik kayak Kakaknya dulu.”
    Adeera meletakkan sendoknya dengan kasar hingga membuat semua yang di meja makan terkejut.

“Deera kenyang, mau ke kamar.” ucapnya dengan ekspresi datar.

“Nak.. Itu dihabisin dulu.” bujuk Bundanya yang merasa sangat bersalah.

“Deera udah kenyang kok. Kan udah di kasih asupan penyemangat.” jawabnya dengan ketus dan beranjak pergi dari hadapan semua orang.
    Suasana meja makan menjadi hening sekejap karena ucapan Adeera.

“Mas, jangan terus-terusan bandingin anak, mereka punya sisi istimewa masing-masing.”

“Bunda, Ayah itu cuma mau ngasih semangat buat Adeera.” ucap Kila dengan santai.

“Kila, kamu itu sebagai Kakak harusnya bisa ngertiin adeknya, bukan malah bikin dia tambah jatuh.”
    Ayahnya hanya diam dan tak bisa mengatakan apapun.

  ***

    Dalam kamarnya Adeera tersenyum menatap langit,
“Capek ya?, gapapa kok. Kamu kan udah biasa.” gumamnya.

    Entah berapa lama lagi dia akan selalu seperti ini. menganggap semuanya baik-baik saja dan memaksa dirinya untuk baik-baik saja.
  Tokk.. Tokk..

“Bunda boleh masuk Ra?” Adeera menoleh ke arah pintu dan tak ada keinginan untuk menjawab nya.

    Dengan ragu Bundanya memasuki kamar Adeera.
“Ra.. Kok belum tidur?.”

“Belum.”

“Ra.. Soal kejadian tadi, Bunda minta maaf ya.” Adeera tersenyum dan mengelus pipi kanan Bunda nya.

“Gapapa kok, mungkin Deera emang nggak bisa kayak Kakak.”

“Ra.. Kamu gak perlu jadi Kakak, kamu harus jadi diri kamu sendiri, Bunda bangga sama kamu. Semua yang kamu lakuin selama ini udah lebih dari cukup buat Bunda.”
  Adeera tertawa kecil.

“Kalau Ayah?. Aku selalu salah ya Bun di mata Ayah?.”

“Ra..”
   Pecakapan mereka terhenti dan menjadi hening satu sama lain. Adeera tak lagi ingin membahas segala hal mengenai perlakuan Ayahnya.

    Berlebihan, bukan?

    Namun bukan juga hal baik jika membandingan suatu kemampuan dengan orang lain. Semua orang memiliki hal istimewa dalam dirinya masing-masing. Hanya perlu orang yang tepat untuk melihat dan menghargainya.

    Tak semua orang dapat selalu bisa baik-baik saja. Ada waktu di mana harus mengatakan I’m not fine dan beristirahat, namun tidak untuk berhenti. Juga tidak untuk berlari, hanya perlu berjalan dan  berikan yang terbaik.

    Tak ada kehidupan yang selalu indah, namun Tuhan tak tidur. Dia tau yang terbaik dan harus sampai mana menguji Hamba-Nya.
  Kamu istimewa di mata orang yang dapat menghargaimu.
  You are not alone, and be the best version of you.

~~~~~

Berprasangka baik lah,
Tuhan tau kamu sanggup untuk segalanya.
You can do it

Akhir untuk IKHLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang