Happy Reading Teman-teman ❤️
Jangan lupa voteHari-hari terus berjalan dan terasa begitu cepat. Tak terasa hubungan Alfin dengan Adeera telah berjalan hampir dua tahun dan saatnya mereka memikirkan tentang perjalanan pendidikan selanjutnya sebagai seorang Mahasiswa di kampus impian mereka.
Dalam waktu yang terus berjalan itu, semuanya tidak mudah. Adeera masih terus bergantung dengan obat-obatan psikiater saat gangguan kecemasannya kambuh. Dan semakin hari, Adeera juga merasakan tubuhnya semakin lemah, sering pusing dan mimisan.
Ayah Adeera yang masih menjadi seorang penuntut dalam semua hal dalam hidupnya, dan kini dia semakin tak percaya pada dirinya sendiri untuk bisa melakukan apa yang hatinya katakan.
Namun dia masih bersyukur karena dipertemukan oleh beberapa orang yang peduli dan selalu meyakinkan dirinya untuk maju. Bundanya, Wanda, dan juga Alfin. Baginya mereka adalah orang-orang yang sangat berperan penting dalam kekuatannya sampai bisa bertahan sejauh ini.
Dan dalam hubungan mereka tak sedikit hal-hal kecil yang menimbulkan perdebatan, Adeera yang terkadang terlalu cuek, Ayah Adeera yang begitu tak suka pada Alfin, atau Alfin yang terlalu sibuk dengan teman-temannya sehingga melupakan banyak hal yang seharusnya dia lakukan.
Seperti pada saat ini,
Adeera beberapa kali untuk menghubungi nomor Alfin namun tetap tak ada jawaban. Jam menunjukkan pukul 11.40 WIB dan Alfin belum juga pulang dari tongkrongan. Mama Alfin pun telah meminta Adeera agar Alfin cepat pulang ke rumah.
Beberapa hari terakhir ini Alfin selalu melakukan hal ini, terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sampai melupakan orang-orang yang mengkhawatirkannya.
Adeera tak menyerah, sekali lagi dia menghubungi nomor Alfin dan akhirnya panggilan itupun terjawab,
“Hallo ada apasih Ra?.”
“Jam segini belum pulang?.”
“Emang kenapa sih. Emang Aku gaboleh ya main sama temen-temenku?.”
“Boleh kok, asal tau waktu itu aja.”
“Kamu kenapa sih Ra?!.”
“Alfin pulang sekarang ya…”
“Kenapa sih emangnya, nggak semua hal Kamu harus ikut campur.”
Adeera sedikit terkejut dan tak menyangka dengan jawaban Alfin, namun dia mencoba untuk mengontrol dirinya agar tak marah.
“Udah ah.”
“Yaudah terserah, nggak pulang juga gapapa. Tapi Aku cuma mau bilang Mama Kamu sekarang lagi khawatir banget.”
Adeera segera menutup telepon itu dan terdiam menatap langit-langit kamarnya. Air matanya sesekali menetes namun dia segera mengusapnya dan memilih untuk segera memejamkan matanya dan tidur.
Alfin seketika merasa sangat bersalah dengan ucapannya. Dia pun segera berjalan ke arah motornya.
“Fin mau kemana?.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir untuk IKHLAS
Teen FictionAdeera, gadis biasa yang mengalami Anxiety Disorder. Hidupnya sungguh rumit dan dia harus melaluinya sendiri. Sampai pada suatu waktu dia menemukan seorang sahabat sekaligus cinta pertama yang membuatnya membaik. Namun, semuanya tak berakhir sampai...