Jalan Tuhan

4 0 0
                                    

HAPPY READING TEMAN-TEMAN ❤️
Jangan lupa vote

    Sekitar pukul 10.00 WIB Adeera tengah duduk di kursi rodanya dan memandang ke arah luar dari jendela kamarnya. Matanya sayu dan tubuhnya semakin terasa lemah. Dia tak kuasa lagi untuk menggerakkan kursi rodanya tanpa bantuan orang lain. Tak bisa juga memegang ponsel ataupun makan sendiri. Semua yang dia pegang pasti akan terjatuh karena tubuhnya yang begitu lemas.

    Tak lama kemudian, Ayah, Bunda, dan Kakaknya masuk ke dalam kamarnya dan memberikan ucapan selamat ulang tahun padanya. Mereka memberikan sebuah hadiah yang begitu besar. Dia tersenyum dan kemudian menikmati waktu bersama mereka.

    Jam terlihat menunjukkan pukul 13.00 WIB dan Alfin belum juga datang, sesekali dia memandangi pintu kamarnya dan berharap Alfin ada di sana.

“Kamu nyari apa Ra?.”

“Alfin gak ke sini Bun?.”

“Katanya mau ke sini kok, mungkin nanti agak sore an.”

    Adeera pun mengangguk dan tersenyum tipis.

“Bun, Adeera titip surat ini ke Alfin ya, kalau dia datang nanti kasih ke dia.”

“Kenapa nggak Kamu aja yang ngasih?.”

“Takutnya nanti Adeera gak bisa ngasih.”

“Kenapa?.”

“Gapapa. Dan suruh baca besok ya.”

“Yaudah sekarang Kamu istirahat ya, Bunda mau ambil air hangat buat Kamu.”

    Adeera merasa semakin lemas, kepalanya terasa begitu sakit dan juga semua tubuhnya terasa pegal. Dia mencoba untuk menahannya namun tak bisa. Dan akhirnya dia berusaha untuk mengatakan sesuatu, suaranya terbata-bata ingin memanggil Bundanya yang sudah pergi dari kamarnya.

    Adeera terus menahan rasa sakit itu dan kemudian Ayahnya datang bersama Kakaknya.

“Ra.. Kamu kenapa Ra?, ada yang sakit?, apanya yang sakit nak?.” ucap Ayahnya yang begitu panik.

“Ra.. Ada apa?, kepala Kamu sakit?.” imbuh Kakaknya yang terus mencoba membuat Adeera tidak menepuk-nepuk kepalanya.

    Dengan cepat Kakaknya memanggil dokter dari bel yang ada di samping kasur Adeera. Dia perlahan memejamkan matanya dan tangannya pun tak lagi memegangi kepalanya. Ayah adan Kakaknya saling bertatap dan matanya berkaca-kaca. Mereka terus berusaha untuk memanggil dokter dan menyadarkan Adeera yang telah menutup matanya erat.

“Ra.. Bangun Ra, Adeera…” teriak Kakaknya dengan tangisan yang sudah pecah.

    Dokter pun datang dan segera memeriksa kondisi Adeera.

    Ayahnya menarik Kila menjauh dari tubuh Adeera dan memeluknya erat. Tangisannya pun telah pecah.

    Dokter pun menghela nafas berat dan kemudian menatap suster yang ada di sampingnya. Suster itupun meletakkan kedua tangan Adeera di atas perutnya dan saling bertumpuk. Ayahnya terkejut melihat hal itu.

“Dok, anak Saya gapapa kan?.”

“Pak Kami semua sudah berusaha sebisa mungkin. Namun Tuhan punya jalan lain. Dia sudah berpulang, Saya harap Bapak dan keluarga bisa tabah.” ucap Dokter itu dengan sedih kemudian menepuk pundak Ayah Adeera.

    Tiba-tiba Bundanya masuk dengan membawa se baskom air hangat dan handuk kecil,

“Ada apa?.” tanya nya yang heran melihat semua orang terdiam dan Kila pun menangis.

Akhir untuk IKHLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang