66'. Cold Ketos

9.1K 889 199
                                    

Setelah kejadian kemarin sikap Arvin semakin dingin pada siapapun, Arvin yang biasanya mudah untuk memaafkan kini menjadi sangat sulit untuk memaafkan.

Satu sekolah tau Arvin sebenarnya orang yang baik tetapi jika menyangkut dengan miliknya sosok baik itu akan berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

Para adik kelaspun yang menyukai Arvin enggan untuk mendekatinya, mereka menjadi takut untuk berusaha mendekatinya dan akhirnya mereka lebih memilih mengagumi Arvin secara diam - diam.

"DORR!", Arvin terkejut dan memegang dimana letak jantungnya berada, ia memejamkan matanya dan mulai menatap sang pelaku.

Sang pelaku yang di tatap Arvin hanya tertawa puas saja membuat Arvin menghela nafas lelah.

"Kalo mau nyamperin itu nyapa, salam, bukan malah ngagetin kaya gitu! Lu mau gue kena jantung?!", kesal Arvin.

"Ya ampun sepupu gue sensi amat sih!", Ghani merangkul Arvin sedangkan Arvin hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Ga bareng cewek lo?", tanya Arvin membuat Ghani menggeleng.

"Dia udah duluan di sekolah", Arvin mengangguk mengerti.

"Yaudah yo ah ke kantin", Ghani menarik Arvin untuk berbelok ke arah koridor kantin.

"Ngapain sih?", tanya Arvin bingung.

"Gue juga ga tau, tapi yang lain udah nungguin kita di sanah... Katanya mau ada yang di omongin", Arvin mengkerutkan dahinya bingung.

Lalu mereka berdua mulai memasuki kantin dan menghampiri sahabat lainnya yang sudah menunggu mereka di sanah. Ghani dan Arvin segera duduk di bangku kosong di sebelah Dina.

"Jadi? Apa yang bakal di omongin?", tanya Ghani membuat mereka semua saling tatap.

"Kalian sering di chat sama nomor yang ga di kenal gitu ga?", tanya Devan membuat mereka saling tatap lagi dan mengangguk secara bersamaan.

"Tapi yang bikin gue bingung kenapa tuh orang berasa udah kenal kita banget ya?", bingung Dina membuat Sherly menunjuk Dina dan mengangguk setuju.

"Lo bener Din! Tuh orang nge chat kita seolah - olah dia itu tau kita siapa dan kebiasaan apa yang sering kita lakuin!", ucap Sherly membuat semua mengangguk setuju.

"Lo bener banget sher! Kemarin kan gue ke club ya nah dis--"

"OHHH.... jadi kemarin itu bukan pergi mau ke rumah nenek ya... Tapi ke club gitu?!", Devan yang mendengar itu memukul mulutnya sendiri dan menatap Jovanka yang sudah menatapnya tajam.

"G--g-- ga maksud aku itu--"

"Alah udahlah! Mendingan gue cari cowok baru aja yang mau jujur sama gue dan nurut sama gue!", Devan yang mendengar itu terkejut.

"Ga gitu loh yang... Jangan cari cowok lain! udah aku aja...", rajuk Devan membuat Jovanka kesal dan menatapnya dengan malas.

"Udah! Udah!", ucap Adara kesal.

"Terus lanjutannya gimana Dev?", tanya Mirza penasaran.

"Nah! Pas gue mau masuk club tiba - tiba ponsel gue bunyi tuh... Gue kira itu notif dari Jovanka makanya gue buru - buru buka hp, tapi pas gue liat malah ada nomor yang ga gue kenal terus isi pesannya gini 'balik! Kalo lo berani masuk ke club gue pastiin Jovanka bakalan tau tentang ini!' nah kaya gitu isi pesannya... Pas udah gue baca ya gue buru - buru cabutlah! Gue tau tuh pesan bukan sembarang pesan!", jelas Devan panjang lebar.

"Lu isi pesannya gitu, lah gue?", ucap Ghani membuat semua menatap pada Ghani.

"Emang isi pesannya apaan?", tanya Sherly penasaran.

Cold KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang