"Mampus aku telat!" pekik perempuan berambut hitam acak-acakan itu dengan keras. Ia memerhatikan jam yang sudah menunjukan waktu siang.
Berlari kencang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak menunggu waktu lama, baju seragam sekolah sudah terpasang di badannya. Setelah dirasa pas, ia pergi ke sekolahnya dengan berjalan kaki.
"Gawat!" Siswi bernama Sarada itu melihat guru yang sudah berada di depan gerbang.
"Hei kau!" panggil salah satu guru mendatangi Sarada. "Kau terlambat ya? Sini bersama yang lain," ucap guru itu.
"Ah baik!" Mau tidak mau Sarada mengikuti yang lain.
Sarada dan siswa-siswa terlambat dihukum untuk hormat ke bendera selama jam pelajaran pertama. Sarada menatap mereka cengo. Pertama-tama, yang terlambat di sini adalah Boruto beserta teman-temannya. Hanya Sarada yang seorang perempuan.
"Ternyata kau bisa terlambat juga. Aku sangat terkejut melihatnya," ujar Boruto, dibalas anggukan yang lain.
"Ini gara-gara kau!" tutur Sarada menyalahkan Boruto.
"Kenapa jadi aku yang salah? Aku nggak ngapa-ngapain loh. Aku berdiri satu meter darimu," ujar Boruto semakin menjaga jarak.
Sarada memandangnya penuh permusuhan. Boruto malah bingung. Ia bertanya kepada diri sendiri apa salahnya sampai membuat Sarada terlambat dan menyalahkannya. Mereka yang terlambat hormat ke bendera. Cuaca yang terik membuat kulit putih Sarada mau terbakar rasanya. Mana belum makan lagi.
Boruto mendekat. Ia mengangkat tangannya ke atas, hingga memberikan keteduhan di wajah Sarada.
"Nggak perlu," ujar Sarada. Bukannya berhenti, Boruto malah berdiri di hadapan Sarada. Menutupi tubuhnya yang kena sinar matahari dengan Boruto yang menjadi tiang penjaga.
"Bibirmu saja sudah pucat," ledek Boruto.
Sarada berdecih. "Urusi saja dirimu sendiri. Jangan pedulikan aku."
"Hm bagaimana ya? Kau 'kan juru masak 'ku. Masa kubiarkan terkena panas. Nanti kulitmu jadi cokelat loh," cibir Boruto.
"Sejak kapan aku jadi juru masakmu? Dan tentang kulitku ... terserah saja. Aku sudah putih dari lahir." Sarada mendengus sebal.
"Hadeh. Bisa nggak dengerin kataku sekali aja? Aku nggak mau kamu sakit," ujar Boruto bernada lembut yang dibuat-buat.
"Hei yang di sana! Jangan mengobrol atau bapak tambah durasi kalian sampai jam istirahat kedua!" tegur guru Shino.
"Maaf, pak!" ujar mereka serentak.
"Ini semua karena kalian berdua. Haah," ujar Shikadai sambil menguap.
"BUKAN AKU!" jawab Boruto dan Sarada bersama-sama.
"Wah kalian sangat kompak. Serasi sekali." Mitsuki berkata. Ia tersenyum hingga matanya menyipit.
"SERASI APANYA?!" jawab mereka berdua serentak lagi. Shikadai, Inojin, dan Mitsuki menutup mulut. Pasti nanti guru Shino akan mendatangi mereka karena si Boruto dan Sarada yang tidak akur.
Sarada memegangi perutnya. Ia merasa sangat lapar sampai bibirnya memucat. Sambil ia berusaha menyeimbangkan diri untuk tidak terjatuh. Sayangnya, Sarada pingsan dan tubuhnya menyentuh tanah.
"Sarada!"
***
Sarada membuka mata. Ia dapat mencium aroma obat di sekitar. Ternyata dia lagi ada di UKS. Sebelahnya terdapat seseorang siswa terduduk memerhatikan ia seksama.
"Aku pingsan?" tanya Sarada kepada Boruto. "Siapa yang mengangkat ku?"
"Huh. Apa kau tidak melihat aku di sini? Tentu saja Uzumaki Boruto yang membawa dan menggendongmu ke UKS."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe I Love You [BoruSara]
Fanfiction"Dengar, namaku Uchiha Sarada, aku adalah leader mafia yang sangat terkenal di kalangan masyarakat. Kalau kau berani menyentuhku sesentil saja, aku potong burungmu itu!" "Oh ya? Jika begitu, bolehkah aku membuat yang 'kedua' itu bangun?" Bagaimana S...