MRB-25

1.4K 117 13
                                    


Halo!

Updatenya lama sorry, soalnya kemarin habis selesai PAT. Doa in moga dapet nilai bagus. Wkwk!

Langsung aja ya!!





Pagi telah tiba mentari telah datang untuk menyinari bumi. Begitu pula dengan Nindy dia sedang berhadapan dengan bayangannya sendiri di depan cermin. Ia sedikit gugup dan khawatir karena beberapa jam lagi dia akan menemui calon suaminya. Sebelum itu ia akan pergi ke kantor dan tentunya akan bertemu dengan Boss nya yang tak lain dan tak bukan adalah orang yang akan ia temui nanti.

Menghembuskan nafas pelan, ia berdoa dalam hati sebelum pergi keluar rumah supaya sampai tujuan dengan selamat.

"Nindy!!! Apa kau sudah siap, ayo cepat nanti kita akan terlambat!!" Teriak Jazicca tak sabaran dari ruang tengah.

"Iya!!" Nindy buru-buru keluar dari kamar. "Sudah? Ayo cepat nanti kita akan ketinggalan bus."

"Loh tidak usah berangkat naik bus. Kita akan berangkat naik mobil ku. Ayo!" Jazicca menggandeng tangan Nindy dan membawanya turun.

Sesampainya di bawah Nindy sedikit terkejut melihat mobil mewah milik Jazicca, dia heran Jazicca ini sebenarnya siapa sih? Karena sebelumnya ia mengenal Jazicca dengan kehidupan nya yang sederhana, tapi semakin lama ia mulai sadar kalau Jazicca ini dari keluarga yang tidak biasa.

"Ayo cepetan naik Nin, malah ngelamun nanti kita terlambat loh."

"Iya iya."

🍓🍓🍓🍓

"Eh tumben sekali kalian baru datang? Jaz! Ayo ikut aku dulu ada yang mau aku bicarakan denganmu." Ucap keyrin dan membawa Jazicca pergi.

"Nindy aku pinjam Jazicca dulu ya!!"

Nindy mengangguk, "Iya bawa aja."

Kemudian Nindy melangkah menuju ruangan CEO. Jantung nya berdegup kencang, ia masih sangat ingat jika Abi nya menyebut nama Nicholas saat perbincangan kemarin malam. Dengan pelan Nindy membuka pintu ruangan dan itu ternyata sukses membuat Nicholas mendongak menatap nya. Terkejut!

Nindy terseyum kikuk, ia melangkah pelan-pelan. Saat sudah dekat dengan meja kerja nya ia menyapa Nicholas yang sedang menatapnya dengan raut wajah yang tidak terbaca.

"S-selamat pagi pak." Sapanya tak lupa memberi senyum. Nicholas hanya mengangguk kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Nindy menghembuskan nafas pelan, Ia merasa sangat canggung. Kemudian Nindy tak memperdulikan lagi dia memilih duduk di meja nya dan bekerja. Itu lebih baik.

Ternyata diam-diam Nicholas sedari tadi melirik-lirik ke arah Nindy. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi entah mengapa lidahnya sangat kelu. Mengetahui bahwa asistennya yang akan menjadi calon jodohnya itu, dia merasa sangat kaget dan juga tidak menyangka. Dilihat-lihat juga Nindy ini sepertinya sangat patuh dan taat pada agama. Sedangkan dirinya, dia bahkan jarang sekali beribadah. Apakah dia pantas bersanding dengan wanita seperti Nindy itu?

Nindy yang fokus menyusun jadwal pribadi bos nya itu mendadak tidak fokus, saat ia mengetahui kalau bos nya itu tengah menatapnya terang-terangan. Nindy berdehem kecil entah mengapa perasaannya sangat aneh ditatap seperti itu.

"Pak Nic-"

"Nin-"

Mereka berdua tidak sengaja memanggil nama satu sama lain di waktu yang bersamaan dan itu membuat Nindy dan Nicholas sedikit salah tingkah.

"Ekhem! Kau ingin bicara apa?" Nicholas berdehem mencoba menutupi gelagatnya yang dia rasa sangat aneh ini.

Nindy meringis kecil, "Oh tidak, bapak duluan saja yang bicara?"

Nicholas menatap Nindy sebentar, kemudian menarik nafas, "Say-"

Ting!

Daddy.

Kalian berdua akan bertemu di
restaurant ***

Nicholas menunduk menatap hp nya yang berdenting kecil, terpampang nama Daddy di layar hp nya. Nicholas melirik Nindy kemudian mengangkat hp nya mencoba memberi isyarat bahwa ia tidak jadi berbicara.

Nindy hanya bisa mengangguk nurut karena ternyata ia juga mendapat pesan dari Abi nya.

Abi.

Assalamualaikum sayang. Kalian berdua akan bertemu di restaurant ***

Mereka berdua sama-sama mendongak, menatap satu sama lain. Nicholas bangkit dan segera memaki jaz nya. "Saya pergi dulu."

Nindy berdiri dan mengangguk sopan. "Baik pak."

"Jika kau ingin pergi juga, mari kita pergi bersama-sama."

"Eh?" Nindy mengerjap kaget. "M-maksud bapak?"

"Apa dia benar tidak tahu apa pura-pura tidak tahu?" Batin Nicholas memandang asistennya itu.

"Apa dia sudah tahu?" Batin Nindy bertanya-tanya.

"Saya tidak ingin mengulangi kata-kata saya tadi, jadi mau apa tidak? Lagi pula kita juga pasti akan bertemu di tempat yang sama." Setelah mengucapkan itu Nicholas pergi meninggalkan Nindy yang melotot kaget mendengar ucapan Boss nya itu.

"Ya Allah bantulah hamba."

🍓🍓🍓

Nicholas mendengus kesal, menyesal telah datang lebih dulu ke restaurant ini. Seharusnya dia menyuruh Asistennya saja yang datang duluan jadi ia tidak perlu capek-capek menunggu seperti ini.

"Kenapa juga dia tadi tidak langsung menerima ajakan ku untuk pergi besama saja? Jadi aku tidak perlu menunggu nya seperti ini. Sialan!"

"Permisi! Maaf saya datang terlambat." Tutur Nindy sopan.

Nicholas memutar bola matanya malas. "Duduk!" Perintahnya sedikit kesal. "Apa kau sengaja membuat ku menunggu mu seperti ini? Hah?!" Nicholas sedikit membentak.

"Tadi kan saya sudah meminta maaf bapak Nicholas yang terhormat." Nindy sengaja menekan kata 'terhormat'.

Nicholas melengos, "Sudah tidak perlu berbasa-basi. Langsung saja ke intinya." Nicholas menatap Nindy serius, "Apa kau akan menerima perjodohan ini?"

Nindy menunduk, dia sudah memikirkan ini sepanjang malam dan dia tidak akan merubah keputusannya. Mungkin dulu dia terlalu terburu-buru mengambil keputusan tapi tidak untuk kali ini, karena kali ini Nindy sudah bertekad untuk tidak merubah nya.

"Iya aku menerima perjodohan ini." Jawabnya tegas.

TBC!

My Ruthles Bos (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang