MRB-09

1.5K 138 0
                                    

Kini aku berada di apartemen pak Nicholas. Dia memintaku untuk membersihkan apartemennya. Dan lihatlah betapa berantakannya isi apartment ini, seperti tidak pernah dibersihkan. Sejak pulang dari Grahambe Croup pak Nicholas membawaku ke sini. Ingin sekali aku menolak tapi apalah dayaku, aku hanya asisten pribadi nya yang harus siap disuruh sepanjang waktu.

Sebelum aku mulai bekerja, aku menelisik kesemua sudut ruangan. Ternyata apartment milik pak Nicholas ini sangat mewah megah dan juga lengkap. Ada beberapa jumlah Kamar tidur, dapur, ruang tengah, kamar mandi, dan ruang utama, persis seperti rumah pada umumnya.

Aku menyuruh pak Nicholas meninggalkan ku sendiri disini, karena tidak mungkin berdua dengan orang yang bukan makhrom dalam satu ruangan, makanya aku menyuruhnya pergi. Toh dia juga pasti tahu itu, secara dia kan orang Islam, tapi tadi saat aku menyuruhnya pergi dia tidak mau. Takut kalau aku akan mencuri sesuatu dari apartement nya ini. Dia pikir aku ini pencuri apa?!

Kalau di inget-inget sebenarnya aku sangat kesal dengan tuduhan pak Nicholas, bukannya berterima kasih malah menuduhku pencuri.

"Huh menyebalkan sekali sih!!" Aku menggerutu sambil membersihkan sisa-sisa makanan yang berceceran di lantai dan juga meja dapur. "Ini juga, apa pak Nicholas tidak pernah membersihkan apartemen nya apa? ya paling enggak nyewa orang buat membersihkan apartnya, gitu." Lanjutku sembari berjalan ke arah dapur.

"Sunyi banget sihh." Ucapku yang kali ini mencuci piring-piring kotor sambil celingak-celinguk.

Setelah itu aku tidak berkomentar lagi, aku terus melanjutkan pekerjaannya ku yang tidak ada habisnya. Sungguh apartment ini sangat besar bahkan lebih besar dari apartment ku. Yang masih menjadi pertanyaan dipikiranku, adalah mengapa pak Nicholas tinggal di apart ? Bukannya rumah keluarga nya juga berada di kota ini? Tapi entahlah, aku juga tidak ingin menanyakannya hanya membatin saja. Takut kalau menggangu privasi nya.

1 jam kemudian

Akhirnya setelah 1 jam penuh, pekerjaan ku selesai juga. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan yang terlihat bersih dan juga rapi dibanding dengan yang sebelumnya, sangat kotor dan berantakan. Aku mengelap keringat yang turun dari pelipis ku. Huh! Ini benar-benar menghabiskan seluruh tenaga ku. Aku mengelus perutku yang berbunyi dan meminta untuk diisi.

Kryukkk kryukkk


"wah aku sangat lapar, aku benar-benar membutuhkan makanan sekarang juga." Aku langsung berjalan cepat menuju dapur, dan membuka isi kulkas, bersyukur karena masih ada bahan makanan meskipun tinggal sedikit.

Aku langsung mengambil bahan-bahan dan mulai memasak. Aku membuat nasi goreng khas orang Indonesia, Tidak perlu repot-repot dan tidak membutuhkan waktu lama untuk memasaknya. Setelah selesai memasak aku langsung menghidangkan nya di dua buah piring, karena porsinya yang lumayan banyak. Seharusnya sih itu porsi untuk dua orang, tapi karena disini hanya ada aku jadi sebaiknya aku makan sesuai porsi ku dan yang satu ku simpan dulu, mungkin saja nanti pak Nicholas merasa lapar dan bisa memakan nasi goreng yang ku buat ini.

Aku berjalan sambil membawa sebuah piring nasi goreng dan segelas air menuju ruang makan. Tak butuh waktu lama aku langsung melahap nasi goreng itu hingga tandas. Aku hanya membutuhkan waktu lima menit saja untuk menghabiskannya, setelah itu aku mendengar ada yang mengetuk pintu, aku tak berniat membukakan pintu karena aku merasa yang mengetuk pintu tadi adalah pemilik apartemen ini yaitu pak Nicholas.

Dan benar saja, pak Nicholas langsung menghampiri ku dengan tergesa-gesa, aku yang sedang minum pun langsung tersedak. Aku berdiri dan membungkuk kan badan sendikit. Sebenarnya aku juga malu karena sudah lancang menggunakan dapur nya dan lancang sudah duduk di meja makannya yang bisa terbilang mewah.

Aku tersenyum kikuk saat menyadari pak Nicholas menatapku dengan tajam dan raut wajah datar. Kemudian dirinya duduk dengan angkuh di meja makan.

"Apa ini?" Tanya nya sembari mengangkat piring ku yang sudah kosong.

"Nasi goreng pak." Jawabku pelan.

Dia menaruh piring itu, kemudian mendongak menatapku. "Oh jadi kau enak-enakan memasak di dapur mewahku?! Lalu ini kau mendapat bahan-bahan untuk memasak dari mana?!" Dia bertanya dengan nada tajam.

Aku tersenyum kikuk, meski dia tidak bisa melihatnya, "em maaf pak sebelumnya karena saya sudah lancang memakai dapur bapak. Dan ini saya mendapat bahan-bahan masakan dari kulkas." Jawabku dengan sesekali membungkuk.

"Saya membawamu kemari agar kamu bisa membersihkan apart saya, tapi apa yang kamu perbuat? Sangat lancang!" Sentaknya.

Aku menghela nafas, "iya pak tapi sebelum saya memasak dan mengambil bahan-bahan di kulkas, saya sudah membersihkan apart bapak. Itu buktinya sudah rapi dan bersih." Aku menggerlingkan mata.

Pak Nicholas diam, "mana nasi gorengnya." Ucapnya sembari mata yang mengedarkan ke arah lain.

Aku langsung pergi ke dapur dan mengambil sepiring nasi goreng yang ku simpan tadi, kemudian aku menghidangkannya.

"Ini pak, untung tadi masih ada sisa." Ucapku saat melihat pak Nicholas mulai menyendok dan menyuapkan ke dalam mulutnya, tapi langsung terbatuk kala mendengar perkataan ku tadi.

Uhuk! Uhuk!

Aku langsung memberikan dia air dan langsung diminum nya.

"Apa kata kau tadi? Sisa?! Jadi makanan ini makanan sisa begitu?!" Tanyanya sedikit menyentak.

Aku mengerjap, detik kemudian aku menggeleng. "Eh bukan-bukan seperti itu pak, niat saya tadi hanya memasak sesuai porsi, eh ternyata ada lebih jadi saya simpan di piring, mungkin saja nanti pak Nicholas lapar dan bisa memakan nasi goreng ini." Jelasku.

Dia membuka mulutnya membentuk 'o', dan kemudian dia melanjutkan makannya yang tertunda.

"Beberapa hari lagi, kamu ikut saya ke pertemuan membosankan itu."

Eh?

Pertemuan membosankan? Memang ada? Aku menatap pak Nicholas, sedetik kemudian mengangguk ragu. Pak Nicholas mengelap sisa makanan yang ada di mulutnya menggunakan tisu, kemudian dia terlihat mengeluarkan sesuatu, yang ternyata sebuah handphone.

"Simpan nomermu disini." Ujarnya singkat.

Aku langsung menerima dan menyimpan nomerku di handphone mahal miliknya. "Sudah pak."

"Kau boleh pergi, dan suruh sopirku untuk mengantar dirimu."

"Baik pak, Terima kasih." Aku mengambil tas dan kemudian beranjak pergi. "Assalamualaikum." Tapi aku tak mendengar jawaban salam dari mulutnya.

🍒🍒🍒🍒

VOTE!!!!

Hallo Selamat malam!!!

Ini aku mau kasih tahu sama kalian —pembaca setia My Ruhtless Boss, agar membaca deskripsi cerita MRB, karena ada sedikit perubahan tapi itu tidak mengubah inti atau maksud dari ceritanya kok. Aku menyuruh kalian membaca deskripsi supaya, kalian enggak bingung dan pusing saat membaca chapter-chapter berikutnya.

Sekian terima gaji

Eh

Terimakasih

My Ruthles Bos (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang