Pukul 5.30 am jalan raya masih sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang. Tidak begitu merusak polusi udara pagi itu. Senyum merekah diwajah gadis bermata coklat dengan paras cantiknya. Dia mengenakan setelan pakaian olahraga tak lupa pula headset dikepalanya. Ya, pagi ini dia sengaja mengambil kesempatan untuk berjoging, berlari mengitari jalanan yang tidak terlalu jauh dari komplek rumahnya. Panggil saja Syahila, pemilik mata coklat itu. Angin pagi menerpa wajahnya yang terasa sangat dingin menusuk ketulang, namun itulah baiknya. Keringat sudah bercucuran didahinya, dan sepertinya kendaraan sudah mulai memadati jalanan.
"Saatnya kembali kerumah" ucapnya sambil melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 6.00 am.
Syahila menghentikan langkahnya saat dia melihat diseberang jalan ada dua orang pria yang tidak dikenal menunjuk dirinya. Syahila menyipitkan matanya untuk mempertajam pandangan mengingat langit masih gelap. Kedua pria itu memakai setelan serba hitam, tak lupa pula memakai masker hitam diwajahnya. Salah satu dari mereka melepaskan maskernya dan sedikit menyunggingkan senyuman yang mirip seperti seringaian. Seketika mata Syahila terbelalak setelah mengenal salah satu dari kedua pria itu.
"Astaga!" Syahila langsung melangkah menjauh. Langkahnya sedikit dipercepat, kalau tadi keringatnya keluar karena aktivitas olahraga, maka kini keluar sebab rasa takut. Langkahnya sedikit melambat, Syahila memberanikan diri untuk menoleh kebelakang, memastikan apakah kedua pria itu mengejarnya.
'Syukurlah' desahnya saat tidak ada siapapun dibelakangnya.Sesampainya dirumah, tidak sengaja matanya melihat ada secarik kertas yang terletak di atas meja nakasnya. Disana bertuliskan, "Jangan terlalu tegang manis, aku belum memulainya". Merasa ada yang mengawasinya Syahila langsung melirik keseluruh ruangan. Namun sepertinya tidak ada tanda-tanda seseorang disana. Langkah kakinya berjalan menuju jendela, tapi tidak juga menemukan petunjuk dari pengirim pesan. Ingatannya kembali pada dua orang yang berpakaian serba hitam tadi. Dia mengenal salah satu dari pria tersebut, Marfin.
Marfin adalah teman sekelasnya di sekolah, dia pria yang baik, pintar dan jangan lupa wajahnya yang tampan menjadi pusat perhatian para siswi disekolah. Sayangnya tidak ada satu pun diantara mereka yang menjadi pacarnya, meskipun sudah banyak yang datang menyatakan cinta padanya.
Kembali kecerita awal.
Syahila tinggal di sebuah rumah yang sengaja dia kontrak untuk dirinya sendiri. Dia memang tidak suka keramaian, terlalu bising dia akan sulit beristirahat bila masih ada orang sekitarnya. Anggaplah dia seorang yang tertutup. Syahila bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan, ia bekerja sebagai staf administrasi keuangan.Syahila sedang di kantor sekarang melakukan aktivitas hariannya. Ia tidak menyangka akan dihadapkan dengan setumpuk lembaran yang harus diselesaikannya hari ini juga. Sehingga memaksanya lembur sampai semua berkas terselesaikan.
Saat ini sudah menunjukkan pukul 9.00 pm. dan ia masih saja berkutat dengan pekerjaannya. Sesekali Syahila memerhatikan setiap karyawan yang pulang karena telah menyelesaikan pekerjaan mereka. Ketakutan akan kejadian tadi pagi membuatnya sulit berkonsentrasi pada pekerjaan."Sya, aku sudah selesai" ucap Miska.
"Hmm" sahutnya, tanpa mengalihkan pandangannya pada komputer. Miska yang ditanggapi begitu cuma bisa menggeleng karna tingkah temannya. Jika sudah fokus pada pekerjaan Syahila tidak akan memikirkan orang disekitar hingga pekerjaannya tuntas.Drrrrt drrrrt
Miska merogoh sakunya mengeluarkan benda pipih yang bergetar dan didekatkan ketelinganya.
"Halo"
"..."
"Ada apa?"
"..."
"baiklah aku akan pulang" Miska memutuskan panggilannya. Lalu beralih ke Syahila.
"Sya, aku pulang duluan ya, tadi Yogi menelfonku katanya paman Jo pulang malam ini" Syahila menoleh kearah Miska.
"Oke, kamu duluan aja"
"maaf ya aku nggak bisa nungguin kamu" katanya sedikit tidak enak pada teman dekatnya itu.
Syahila menjawabnya dengan anggukan dan senyuman yang mengisyaratkan kalau dia baik-baik saja.
Jalanan terlihat sangat sepi, Syahila sedikit merinding, firasatnya mengatakan kalau seseorang sedang mengikutinya. Dia melirik kebelakang, tapi tidak ada seorang pun dibelakangnya. Langkah kakinya semakin dipercepat, keringat dingin membasahi wajah manisnya.
Ketakutan menjalar keseluruh tubuh membuat jantungnya berdegup kencang. Syahila berharap agar dirinya bisa cepat sampai dirumah.
Sesampainya dirumah dia segera mengunci pintu takut jika ada orang jahat yang akan mencelakainya. Syahila bersyukur dia bisa selamat sampai dirumah. Syahila bukan sedang berhalusinasi, saat jalan pulang tadi memang ada seseorang mengikutinya. Dia sempat menangkap sosok pria dengan setelan serba hitam dari pantulan kaca ruko. Mengingatnya saja membuat Syahila bergidik ngeri. Dia menggelengkan kepala untuk membuang pikiran buruk tersebut.Keesokan harinya Syahila, bekerja seperti biasa tanpa ada yang mengganggunya. Dan diperjalanan pulang pun tidak ada yang mengikutinya. Rasanya seperti satu beban berat dipunggungnya hilang. Ia tidak terlalu mengambil pusing memikirkan kenapa penguntit itu tidak mengikutinya. Kehidupannya sudah kembali normal saja sudah untung.
Sayangnya, kehidupan normal itu hanya berlangsung seminggu. Terlihat dari kegelisahan Syahila saat ini, meski sudah berada dirumah, namun tidak membuatnya merasa nyaman. Ia merasa setiap gerak-geriknya diawasi.
Jam menunjukkan pukul 12 malam, matanya belum bisa diajak tidur meski sudah beberapa kali menguap.
Prangg
Maaf yaa pendek ngga sampai 1k kata mueheheJangan lupa tinggalkan jejak!!
Coment Next Suyong!
Update yaa tinggalkan jejak biar aku semangat bikin ceritanya 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Reveal | Na Jaemin [On Going]
Mystery / Thriller(Judul awal Stalker, hanya saja saya ganti menjadi Reveal 😗) Kisah seorang gadis bernama Syahila yang tidak mengetahui kalau selama ini dia hidup bukan bersama orang tua kandungnya. Dan dia mengetahui kebenaran itu setelah insiden pembunuhan oran...