part 6

170 2 0
                                    


21+ 
   

" sudah cukup bermainnya frasya, kau membuatku lelah bertahun2 tanpa istirahat !".  Suara berat penuh penekana dalam setiap kalimatnya itu mampu Aera dengar dengan jelas .

Aera bingung . Dia sungguh lelah dengan semuanya. Ingin rasanya ia memeluk pria bermarga Kim di hadapannya ini.

Dia hanya mampu menatap mata indah yang dia rindukan selama ini mata indah yang dulu penuh cinta sekarang berganti menjadi. Sorotan mata itu kini berubah dingin dan begitu menusuk.

Setelah lama dia bingung dengan dirinya sendiri Aera mulai berbicara.

" Lepaskan saya ". Ucap aera  berontak dari kengkungan pria yang bernama Kim seokjin itu.

" Lalu kamu kabur lagi seperti tahun itu, begitu maksud kamu hah!..". Bentak seokjin dengan satu tangan meninju tembok di samping wajah Aera .

Aera menutup matanya rapat. Seketika menahan air matanya merembas keluar.

" Saya mohon lepaskan saya. Ini sangat sakit ". Suara lemah Aera memohon karna tanganya benar2 sakit akibat genggaman kuat seokjin.

Seokjin melemah sesaat melihat wajah oval Aera basah karna keringat dan pipi itu basah oleh air mata yang sedari tadi membasahi pipi Aera .

Cengkraman di tangan kanan Aera terlepas . Masih dengan tubuh gemetar
Aera menangis sejadinya .

" M-maaf ". Lirih seokjin memeluk tubuh kurus  Aera  yang terguncang karna menangis.

" Lepaskan saya .. s-saya mohon". Ucap terbata Aera memohon agar seokjin melepaskannya .  Tapi seokjin tidak menjawab dan tidak melepaskan pelukannya .

Aera pasrah sekencang apapun dia berontak sebanyak apapun dia memohon agar seokjin melepaskannya itu ngga akan terjadi jika bukan keinginannya sendiri.

" Ikut bersamaku ...". Ucap seokjin lalu melepaskan pelukannya dan menggandeng Aera masuk ke dalam lorong itu. Deretan nomor kamar terlihat di depan pintu-pintu kamar Yanga Aera lewati.

Tanpa menjawab dan bertanya dia hanya bisa menuruti pria yang di depannya ini .

" Izinkan aku memberi kabar rekanku agar dia tidak kebingungan di luar, dia pasti menunggu aku di sana ". Aera berani bertanya dengan kaki terus melangkah mengikuti seokjin di belakang.

" Tidak usah khawatir rekanmu sudah pulang jadi jangan pikirkan hal apapun saat bersamaku ". Jawaban yang ngga akan bisa Aera bantah sama seperti 6 tahun saat bersamanya.

Pria egois yang bertindak semaunya itu tidak pernah berubah . Begitu fikir Aera menatap punggung lebar seokjin.

Ceklek...

Pintu yang bernomor 808 itu terbuka dan Aera di buat takjub dengan semua yang dia lihat .

Bukan hanya itu Aera juga mulai takut apah yang akan seokjin lakukan membawanya kesini.

Kedua anaknya pasti menunggunya saat ini Aera begitu bingung. Jika dia bicara kalo dia punya anak. Seokjin akan tau kalo yoosun dan yooan anaknya .

" Ayoo .. ngapain berdiri di depan pintu ". Suara seokjin membuyarkan lamunan Aera.

" Kamu mau apah, kenapah membawaku ke sini ". Jawab Aera mulai tenang dan berani bertanya .

" Mau mandi dulu atau langsung pada intinya ". Seokjin mendekat ke arah Aera membuat kakinya selangkah mundur .

" Aku mau pulang! ". Teriak Aera berbalik melangkah cepat memegang kenop pintu .

Tapi sayang pintu itu terkunci dan suara  kekehan seokjin menakutkan di telinga Aera . Aera berbalik menatap seokjin yang memeluknya dari belakang.

We love you daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang