BK||007

22.9K 3.8K 1.7K
                                    

Happy reading

Tubuh ringkih milik Deyana terbaring lemah diatas lantai yang kotor dan berbau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh ringkih milik Deyana terbaring lemah diatas lantai yang kotor dan berbau. Ia meringkuk, bagai janin yang rapuh—mencoba mencari secuil kehangatan di tengah-tengah kedinginan yang menyelimuti. Tatapannya pun masih sama, kosong dan begitu lemah. Kedua matanya bahkan sudah membengkak akibat tak henti mengeluarkan air. Sampai ia bisa merasakan pedih serta kebas pada sekitaran matanya.

Entah sudah berapa lama Deyana terkurung di dalam penjara yang gelap dan lembab ini. Rasa-rasanya nyawa Deyana akan segera terenggut. Ia sudah tidak tahan lagi. Sekujur tubuhnya makin melemah. Sakit dimana-mana. Nafasnya pun mulai tersendat-sendat akibat hawa yang terlalu dingin hingga menusuk ke tulang.

Ya Tuhan. Sungguh, Deyana tidak tahan lagi. Rasanya begitu menyiksa. Tubuhnya redam remuk. Apalagi sejak kemarin ia belum menyentuh makan sedikitpun. Bahkan setetes air minum pun tidak. Perut Deyana sampai menjerit, menambah penderitaan tiada tara hingga menyerang ulu hati.

"Paman, Bibi.. tolong Dea. Dea takut, mau pulang. Dea kangen rumah.." batinnya menjerit pilu.

Hukuman yang diberikan oleh William memang tidak manusiawi. Deyana sampai kehabisan kata-kata—tidak sanggup lagi menilai perlakuan pria itu padanya. Padahal Deyana tidak mencuri apapun. Deyana hanya ingin pulang. Itu saja. Namun mengapa semua orang malah menyalahkannya? Mengatakan jika dirinya sangat egois dan keras kepala.

Coba katakan, apa yang harus di lakukan oleh gadis seusianya jika dipaksa menikah dengan orang asing dan tidak dibolehkan untuk menolak ataupun melawan? Apakah ia hanya boleh diam dan menerima?

Jujur saja. Deyana sakit Hati. Tidak ada yang mau mengerti jika ia sangat ketakutan dan sendirian.

Menyedihkan.

Deyana tertawa hambar dalam hati. kini ia hanya bisa diam memasrahkan semuanya. Menunggu detik-detik maut menjemput.

Deyana merasa jika kebahagiaan mulai enggan untuk menyapa dirinya. Membiarkan kematian terus melambai, ingin segera memeluk jiwanya erat.

Untuk kesekian kalinya Deyana meneteskan air mata. Kembali membasahi pipinya yang telah kotor dan terluka. Bahkan ia tidak lagi memperdulikan penampilannya. Pakaian yang ia gunakan telah terkoyak dimana-mana hingga membuat kulit mulus Deyana langsung tergores dengan lantai semen yang kasar.

Deyana menarik nafas dalam ketika kembali merasakan perih di hatinya. Masih terbayang bagaimana semua perlakuan yang diberikan oleh William dan keluarganya. Paksaan, tamparan serta makian. Bukan hanya itu. Bahkan para pengawal William sampai tega menyeretnya kasar lalu mendorong tubuhnya masuk ke dalam penjara seakan ia adalah terdakwa bersalah yang siap dieksekusi.

Baru kali ini Deyana mendapatkan perlakuan seburuk itu. Bahkan paman dan bibinya sendiri tidak pernah berbuat kasar padanya.

Niat hati ingin mencari kesenangan malah menjadi sebuah kemalangan. Sejak kecil, berliburan sudah menjadi hobi Deyana, ia adalah gadis yang bebas dan suka traveling. Namun ketika semua ini terjadi, mendadak hobi itu jadi trauma terbesar untuknya.

BRIDE KIDNAPPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang