BK||006

21.7K 3.5K 1.3K
                                    

Happy reading


"Kau tahu, Deyana. Gara-gara perbuatanmu, dua pelayan hampir kehilangan nyawanya."

"Saat ini mereka sudah diambang kematian."

"Itu semua karena ulahmu."

Kalimat itu terus terngiang-ngiang dikepala Deyana. Membuat tubuhnya terpaku. Pandangannya pun berubah kosong, mencoba mencerna dengan baik perkataan yang baru saja diucapkan oleh Samatha.

Dua pelayan nyaris kehilangan nyawa..

Karena ulahnya.

Tanpa sadar air mata Deyana menetes—terjatuh menghantam pipinya. Hati gadis itu terasa seperti diremuk saat tahu jika dua orang yang tidak bersalah harus terluka hanya karena ulahnya.

Seluruh persendian Deyana sampai melemas. Jujur saja, Deyana masih sulit percaya dan berharap apa yang ditakutkan olehnya tidak pernah terjadi. Pelayan itu tidak mungkin akan mati sia-sia. Mereka pasti masih baik-baik saja.

Namun ketika menemukan wajah tegang penuh kesedihan milik Samatha membuat harapan Deyana jadi terombang ambing dibawa angin.

Tidak mungkin..
Ini tidak mungkin terjadi. Deyana menggeleng dengan bibir yang mulai gemetar. Perasaan emosi kembali menguasai dirinya.

Tangan Deyana terkepal. Kebencian terhadap William semakin besar di dalam dirinya. Pria itu bukan manusia melainkan iblis terburuk yang tak memiliki hati. Begitu mudahnya dia melenyapkan nyawa seseorang seakan dia adalah Tuhan. Deyana benar-benar geram. Ia harus segera menemui pria itu dan meminta kesaksian langsung darinya.

Deyana segera menghapus air matanya lalu menghirup udara dalam-dalam. Kini ia tidak takut lagi pada pria itu. Apapun yang terjadi nantinya, Deyana akan hadapi. Ia akan melawan sampai batas kemampuan dirinya habis.

"Kau mau kemana?"

Lengan Deyana dicekal oleh Samatha. Ia lantas menoleh, menatap dingin wanita tua itu. Tanpa kelembutan, ia menyentakkan tangannya kasar membuat Samatha langsung tersentak kaget. Bukan hanya dia. Melainkan semua orang yang masih berdiri disekitarnya. Bahkan para pelayan sampai berani mengangkat kepala karena ikut merasa penasaran. Entah ulah apa lagi yang akan dilakukan oleh Nona mudanya itu.

"Aku akan memastikannya sendiri. Jika memang benar William membunuh dua pelayan itu, aku berjanji akan membalas kesakitan mereka." ucap Deyana dengan mata berkilat penuh amarah.

Sontak orang-orang menahan nafas terkejut. Beberapa dari mereka sampai menggeleng, memberi peringatan pada Deyana agar tidak sekali-kali mengusik ketenangan William.

"Jangan, Nak. Kau bisa terlu—"

Ucapan Samatha tertahan oleh suara tegas dari Deyana. "Aku tidak peduli. Mati lebih baik daripada hidup bersama pria itu!"

Tiba-tiba sebuah tamparan kembali mengenai pipinya. Walau tidak sekeras pemberian William namun tetap menyakiti wajah Deyana. Gadis itu sontak tertawa miris. Mereka semua sama saja. Selalu menggunakan kekerasan untuk membungkam lawan bicaranya.

Baru tiga hari Deyana berada di tempat ini, namun ia sudah mendapatkan tiga tamparan. Bagaimana jika ia terkurung sampai berbulan-bulan? mungkin wajah Deyana akan hancur.

"Jangan keras kepala, Deyana!" Samatha ikut meninggikan suaranya. Wanita itu membalas tatapan Deyana tidak kalah tajam. "Sudah cukup kau membuat keributan. Jangan menambah masalah lagi."

BRIDE KIDNAPPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang