Extra Part 1

229 24 0
                                    

Zeeva menatap Rizky yang sedang menunduk. Sudah dua hari suaminya di cueki olehnya. Mereka sedang berada di kamar. Duduk di sofa dan saling berhadapan. "Sejak kapan, Aira punya Marmut?" tanyanya dengan tatapan dingin. Rizky diam saja. "Ayah," panggilnya. Zeeva tidak sabaran. "Kalau tidak mau menjawabnya. Ya sudah, kita pisah kamar selamanya mau?" ancamnya.

"Tidak!! Tidak! Jangan, sayang." Mendengar ancaman dari sang istri akhirnya Rizky buka suara. "Sebelum kamu datang ke rumah ini. Aira sudah punya," ucapnya merasa bersalah.

Zeeva menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan satu kali hentakan. "Kenapa?"

"Sewaktu aku pindah ke rumah ini, Aira tidak mau tinggal di sini. Jadi aku membujuknya dengan membelikan marmut."

"Kenapa Aira tidak mau tinggal di sini?" tanya Zeeva sedang mengintrogasi Rizky.

"Karena kamu tidak ada di sini. Aira setiap hari menangis meminta pulang. Aku tidak tega jadi aku bilang mau memberikannya marmut. Sesuai keinginannya biar dia tidak menangis lagi dan mengingatmu."

"Jadi marmut itu sogokan biar Aira tidak mengingatkanku lagi?" Zeeva mulai marah karena perkataan Rizky.

"Bukan, bukan seperti itu, sayang!" Rizky segera menyanggahnya. "Aku mau biar dia tenang dulu. Itu maksudku. Awalnya Aira menolaknya karena takut di marahi olehmu. Dia masih mengingat ucapanmu yang dulu. Aku memang salah, karena aku bilang kamu tidak akan marah. Baru dia mau."

Zeeva terharu, Aira masih mengingatkan ucapannya tempo dulu. "Kenapa kamu tidak bilang sejak awal?" Rizky mendesah pelan, karena masalah marmut. Hidupnya seperti berada di atas jurang. Kenapa Zeeva mempermasalahkannya. "Kamu tidak mau menjawabnya?" tanyanya seraya melemparkan tatapan tajam.

"Aku takut kamu marah lalu pergi dari sini atau menyuruh membuang Coco dan Caca."

"Aku tidak mungkin tega membuang mereka. Apalagi Aira menyayangi mereka. Yang membuatku marah adalah kamu membohongiku!"

"Maafkan aku, sayang." Rizky memandanginya meminta iba.

"Aku kira Coco dan Caca itu temannya Aira. Manusia bukannya hewan. Pantas kamu selalu menutupinya," ucapnya sambil mendelik.

"Hubungan kita baru berbaikan. Aku takut kalau kamu mengetahuinya. Pasti akan menjadi masalah atau kamu kabur," ucap Rizky.

"Aku tidak akan meninggalkan anakku karena dua ekor marmut. Aku syok kemarin mereka ada di box Naren. Aku takut mereka menggigit."

"Coco dan Caca baik."

"Ya sudah kalau begitu kamu tidur dengan mereka saja," sindir Zeeva.

Rizky terkejut. "Tidak.. Tidak sayang. Nanti aku nasehati Aira supaya tidak membawa mereka ke dalam rumah lagi."

"Harusnya seperti itu." Zeeva sebenarnya ragu apa Aira bisa tidak membuat ulah. Putrinya itu sungguh ajaib.

"Jadi, kamu memaafkanku?" tanya Rizky dengan hati-hati berharap istrinya sudah memaafkannya.

"Untuk sekarang iya." Seketika wajah Rizky sumringah. "Tapi kalau ada kejadian seperti ini lagi," Zeeva memincingkan matanya. "Siap-siap kamu tidur di kamar tamu selamanya!"

"Baiklah aku janji," sahut Rizky dengan sungguh-sungguh.

Zeeva mengangguk. "Kamu harus terang apa pun itu. Apa ada yang kamu sembunyikan lagi?"

"Tidak ada, Zeeva."

"Oh, aku kira." Zeeva memutar bola matanya.

Rizky lantas berdiri dan pindah ke sofa dimana Zeeva duduk. Ia memeluknya. "Jadi aku boleh tidur di kamar lagi?"

The LiFe (GOOGLE PLAY BOOK & DREAME/INNOVEL/MARIBACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang