Part 3

13K 890 29
                                    

Author

Sepanjang malam Zeeva tidak bisa tidur, ia meruntuki kesalahannya. Tidak habis pikir bagaimana permintaan itu yang keluar dari bibirnya. Mana mungkin ada seorang ayah yang mau memberikan anaknya kepada orang lain. Walaupun dulu ia pernah mengutarakan untuk meminta Aira tapi itu hanya iseng belaka dari pikirannya. Ia sudah mengubur permintaan itu. Tapi sekarang permintaan itu terlanjur diucapnya.

Zeeva berbaring dengan gusar. "Apa dia akan menyangka aku sudah gila??. Apa yang harus aku lakukan jika bertemu dengannya.. KYAAAA!! ROLAND!! AKU HARUS BAGAIMANA??" Teriaknya spontan, membuat Roland yang duduk di sofa terlonjak kaget. Hampir saja menjatuhkan handphonenya.

"Ada apa Zeeva? Kamu buat aku kaget saja!" Roland mendekati ranjang Zeeva, sambil melipat tangan didada.

"Sepertinya aku sudah gila!!" Serunya yakin.

"Kamu memang sudah gila, berapa kontrak yang kamu batalkan karena kejadian ini! Dan juga kita harus membayar denda atas kontrak yang sudah kamu tandatanganin" Dengus Roland. Zeeva memoyongkan bibirnya.

"Kamu atur saja" ucapnya santai. "Memangnya aku mau kaki ku seperti ini!" Mata Zeeva mendelik. "Roland, aku ingin makan bakso yang pedas sekali. Kepalaku sedang pusing,, please.. belikan ya" Ia mengedip-ngedipkan matanya. "Please.. Roland" Menangkupkan tangannya memohon.

Roland menghela nafas kesal, "Baiklah, seperti biasakan?" Zeeva mengangguk pasti seperti anak kecil. "Aku pergi dulu" pamitnya pergi.

Zeeva tersenyum manis, "Thank you, Roland. Hati-hati dijalan ya, sayang" Roland mencibir.

Semalam Zeeva dipindahkan ke kamar VIP. Roland marah mengetahui Zeeva di rawat di kelas 3. Untung saja Rizky sudah pulang, kalau tidak mungkin ia akan tersinggung.

Seharian ini ia tidak mandi, kakinya masih sakit untuk berjalan. Lagi pula keadaan seperti ini mana mungkin ia memikirkan penampilannya. Melainkan ia memikirkan perkataannya kepada Rizky. Ia bingung dan malu jika bertemu Rizky nanti.

Wajahnya polos tanpa make up dengan rambut tak disisir, itulah wujud Zeeva sekarang. Ia mengecek handphonenya tidak ada yang menghubunginya, ia merindukan keluarganya.

Tokk..Tokk..

Pintu terbuka terlihatlah bidadari kecilnya Zeeva yang masuk bersama ayahnya.

"Tante!!" Panggilnya riang. Aira menubruk tubuh Zeeva yang sedang duduk di ranjang Rumah Sakit hingga iaharus membungkukkan tubuhnya.

"Aira, sayang" dipeluknya gemas. Rizky berdiri dibelakang Aira.

"Saya tidak tau jika anda dipindahkan" Zeeva merasa tidak enak.

"Keluarga saya yang meminta untuk dipindahkan" Rizky mengangguk samar.

"Ayah, Aila mau duduk disini" tunjuknya di samping Zeeva yang kosong. "Ini untuk anda" Rizky memberikan sekantong plastik buah jeruk kepada Zeeva.

Ia menerimanya, "Terimakasih, padahal tidak usah repot-repot." Lalu menaruhnya di nakas.

"Ayah!!" Seru Aira lagi.

"Tidak boleh Aira, tantenya lagi sakit" tegur Rizky.

"Tidak apa-apa pak Rizky, Aira boleh duduk disebelah saya" Zeeva menggeser tubuhnya, terpaksa Rizky menuruti permintaan putrinya.

"Tante kakinya masih sakit tidak?" Aira menunjuk lulut Zeeva yang diperban.

"Iya, masih tapi tidak apa-apa. Aira tadi sekolah?"

"Hu.um,,, sekolah tapi sekalang sudah pulang. Kata ayah mau jenguk tante" ucapnya polos. Zeeva menggelung asal rambutnya. Ia malu dalam keadaan berantakan seperti ini. Memakai baju pasien dan celana pendek.

The LiFe (GOOGLE PLAY BOOK & DREAME/INNOVEL/MARIBACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang